“Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut.” 1 Yohanes 3: 14

Kematian adalah suatu misteri bagi banyak orang dan karena itu mereka tidak senang membicarakannya. Sekalipun mereka tidak percaya adanya kehidupan di alam yang lain, banyak yang merasa takut ketika memikirkan hal kematian. Mereka yang hidupnya tidak mengenal Tuhan barangkali kuatir kalau-kalau mereka harus menjalani hukuman berat sesudah mati atas segala kejahatan yang dilakukannya selama hidup. Mereka yang mengenal Tuhan pun sering kuatir kalau-kalau mereka tetap harus ke neraka karena perbuatan jahat mereka lebih banyak dari perbuatan baik yang pernah diperbuat. Dengan demikian, adanya ketakutan adalah disebabkan oleh ketidakpastian akan apa yang akan terjadi sesudah kematian.
Jika kematian adalah ketakutan bagi banyak orang, bagaimana pula dengan kehidupan? Kehidupan bagi banyak orang juga menakutkan.Bahkan bagi sebagian, hidup bisa lebih menakutkan dari mati. Bagaimana tidak? Sekarang masih bisa hidup tetapi tidak pasti kalau ada makanan esok hari. Sekarang hidup lumayan tapi tidak pasti kalau ada pekerjaan bulan depan. Sekarang hidup sehat tapi kuatir kalau-kalau terpapar Covid-19 esok hari. Sampai-sampai ada orang hidup yang ingin mati karena kematian dianggapnya akhir dari semua penderitaannya. Jadi kasihan juga, mereka mungkin tidak tahu kalau dengan kematian setiap orang masih harus mempertanggung-jawabkan hidupnya.
Bagi orang Kristen yang sejati, baik hidup atau mati bukanlah ketidakpastian. Paulus menulis bahwa baginya hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Filipi 1: 21). Hidup adalah bekerja untuk kemuliaan Kristus, dan mati adalah hidup bersama Kristus. Dengan demikian, baik mati maupun hidup bukanlah suatu ketakutan karena adanya kepastian bahwa kasih Kristus yang senantiasa menyertainya. Karena kasih-Nya, Tuhan sudah menciptakan manusia agar mereka dapat hidup berbahagia dalam hubungan yang baik dengan Sang Pencipta. Karena kasih-Nya juga, Tuhan membimbing manusia agar mereka tetap bersandar dalam iman yang benar sampai saat di mana mereka menemui Sang Pencipta di surga.
Allah yang mahakasih dengan demikian menciptakan manusia bukan secara sembarangan, tetapi sebagai peta dan teladan atau gambar-Nya, dan memberi mereka kedudukan sebagai wakil-Nya di dunia. Sayang sekali, bahwa dengan jatuhnya manusia ke dalam dosa, manusia kemudian kehilangan kemuliaan dan kedudukan yang dikaruniakan Tuhan. Manusia yang sudah jatuh dalam dosa pastilah akan menuju ke neraka, jika Allah tidak mengambil inisiatif untuk menyelamatkan mereka yang bertobat.
Manusia baru adalah mereka yang sudah dipindahkan Tuhan dari kematian dan alam maut, ke dalam hidup baru yang kekal dalam kasih Tuhan. Dengan demikian, mereka yang sudah diselamatkan akan dapat memancarkan kasih Tuhan yang sudah mereka terima kepada orang lain.
“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.” 1 Korintus 13: 4 – 7
Dengan kemampuan kita sendiri, tidaklah mungkin kita menjadi orang-orang yang bisa mengasihi Tuhan dan sesama. Jika kita ingat apa yang terjadi sebelum Yesus disalibkan, baik Petrus atau Yudas adalah murid-murid yang sudah mengkhianati Yesus. Walaupun demikian, Petrus menanggapi peringatan dan pertolongan Yesus dan kemudian menjadi rasul yang setia sampai akhir hayatnya, sedangkan Yudas meninggalkan Yesus dan kemudian mengakhiri hidupnya atas kehendak diri sendiri. Sekalipun kita tidak tahu apa yang terjadi pada Yudas setelah kematiannya, kita yakin bahwa Petrus sekarang berada di surga bersama Yesus. Mengapa demikian?
Mereka yang belum bisa mengasihi sesamanya adalah orang-orang yang belum menerima kasih Tuhan yang menyelamatkan. Memang tidaklah mungkin bagi mereka yang sudah merasakan besarnya kasih Tuhan untuk tetap hidup untuk kepentingan serta kenyamanan diri sendiri saja. Mereka yang sudah hidup dengan rasa syukur atas keselamatan yang diterimanya pasti akan melimpah dalam kasih mereka kepada siapa saja, termasuk orang yang berbeda dalam hal suku, bangsa, cara hidup, golongan dan agama. Mereka yang sudah menerima kasih Kristus, adalah orang-orang yang mau bekerja giat dan tidak gentar untuk tetap hidup dan mengabarkan Injil untuk kemuliaan-Nya.
Saat ini, adakah ketakutan dalam hidup anda? Jika ya, apakah itu ketakutan untuk hidup atau ketakutan menghadapi kematian? Biarlah Firman Tuhan menginsafkan kita semua bahwa dalam kasih-Nya tidak ada ketakutan. Kasih Tuhan yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab dengan kasih-Nya kita sudah diampuni dan diangkat menjadi anak-anak-Nya. Kasih-Nya menghilangkan hukuman atas kita dan sebaliknya membuka saluran berkat-Nya kepada kita. Karena itu barangsiapa takut, ia tidak menyadari kasih Tuhan. Biarlah dalam kasih-Nya kita bisa selalu dikuatkan baik dalam menghadapi hidup maupun kematian.
“Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.” 1 Yohanes 4: 18