Kata-kata dapat membunuh manusia

“Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapa pun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar.” Yakobus 3: 5

Ada frasa yang cukup terkenal: “Jangan pernah mengatakan dalam kemarahan apa yang tidak anda maksudkan, karena sekalipun anda dapat mengatakan bahwa anda menyesal sesudahnya, anda tidak dapat menariknya kembali.” Memang, kata-kata dapat berbicara tentang kehidupan, tetapi juga dapat berbicara tentang kematian. Lidah kita dapat membangun orang lain, tetapi juga dapat menghancurkannya. Gosip dan ajaran sesat juga serupa, apalagi di zaman internet ini. Kata-kata memang seperti api kebakaran yang tidak terkendali, yang berlipat ganda ukurannya setiap menit.

Dalam kehidupan rumah tangga, salah satu perbuatan yang bisa digolongkan ke dalam KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) adalah pelecehan dengan kata-kata(verbal abuse), di mana seseorang sering atau terus menerus menggunakan kata-kata untuk menyakiti hati pasangannya. Memang kata-kata dapat membawa sukacita atau menyebabkan kesengsaraan dalam sebuah rumah tangga. Amsal 18: 3 mengatakan demikian: “Bila kefasikan datang, datanglah juga penghinaan dan cela disertai cemooh“. Kita juga tahu bahwa setan dapat menggunakan lidah kita untuk menyebabkan perpecahan, merendahkan orang lain, membual, ajaran sesat, melebih-lebihkan, mengeluh, atau hanya berbohong. Orang hanya perlu beberapa kata untuk menyakiti orang lain. Luka sembuh tetapi meninggalkan bekas yang tidak pernah hilang.

Gereja tempat Yakobus menulis surat dalam Yakobus 3:1-12 penuh dengan orang-orang berpikiran sempit yang saling bergosip dan mencabik-cabik satu sama lain dengan lidah mereka. Kita bisa dengan cepat mengutuk dosa pembunuhan, pencurian, dan mabuk-mabukan, tetapi kita juga bisa menjadi pembunuh anggota keluarga dengan menggunakan lidah kita:

  • Suami bisa menikam istrinya dengan menggunakan kata-kata yang menyakitkan.
  • Istri bisa mencambuk suami dengan lidah yang merendahkan.
  • Orang tua bisa menghancurkan anak-anak mereka dengan lidah yang membodohkan.
  • Dan anak-anak membawa teror pada orang tua mereka dengan ancaman yang membawa ketakutan dan kekuatiran.

Yakobus menghubungkan dosa lidah dan ibadah. Dalam Yakobus 1: 26 ada tertulis ““Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya”. Mereka yang tidak bisa nengendalikan lidahnya, bukanlah orang yang takut akan Tuhan.

Jika seseorang melakukan pelecehan verbal, kata-katanya akan memiliki konsekuensi yang besar sebagai salah satu dari tujuh dosa yang disebutkan dalam Amsal 6: 16 – 19. Lebih lanjut, Amsal 21: 23 mengatakan, “Siapa menjaga mulut dan lidahnya, menjaga dirinya dari malapetaka” Lidah dapat mengekspresikan atau menekan; menyinggung atau berteman; menegaskan atau mengasingkan; membangun atau meremehkan; menghibur atau mengkritik; menyenangkan atau menghancurkan. Dengan demikian, lidah adalah salah satu alat yang sering dipakai orang untuk menindas anggota keluarga dan yang kemudian dapat menghancurkan rumah tangga.

Banyak kejadian yang menunjukkan bahwa gereja dan badan hukum kurang peka atas pelecehan verbal dalam rumah tangga. Sebaliknya, dalam rumah tangga, mereka yang dilecehkan sering menganggap semua itu adalah hal yang seharusnya bisa dilupakan. Ini tidaklah benar. Sebenarnya, rasa sakit psikologis jauh lebih parah dan bertahan lama daripada rasa sakit fisik. Banyak orang menyimpan bekas luka dari pelecehan psikologis sebagai anak-anak. Bekas luka itu ada di hati mereka dan bisa memengaruhi hidup mereka untuk selamanya. Begitu juga, perlakuan seseorang terhadap pasangannya bisa membunuh semangat hidupnya.

Pagi ini kita belajar bagaimana kita harus menjinakkan lidah kita. Kita tidak dapat menggunakan lidah kita untuk memuji Tuhan dan dengan lidah yang sama melukai manusia ciptaan Tuhan. Kata-kata bisa menghancurkan hati orang-orang yang mengasihi kita. Patah tulang dapat sembuh seiring berjalannya waktu, tetapi patah semangat yang disebabkan oleh kata-kata yang melecehkan, tidak mudah diperbaiki. Apakah selama ini lidah kita terlalu cepat untuk mengkritik? Apakah kata-kata kita selalu membangun, atau sering meruntuhkan? Berapa banyak orang yang telah kita siksa atau bunuh dengan kata-kata kita?

“Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah” Yakobus 1:19

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s