Setiap orang bisa menjadi seperti Yudas

“Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. Ia berkata: ”Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.” Matius 26:14-16

Sangat mudah untuk membayangkan Yudas sebagai penjahat atau orang yang dikorbankan dalam rencana Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia, tetapi dalam banyak hal, dia sama seperti banyak orang Kristen yang lain. Yudas adalah seorang pengikut Yesus dan seorang pengabar Injil, tetapi selalu ada keragu-raguan dalam dirinya. Pada akhirnya, dia meninggalkan keyakinan yang pernah dimilikinya. Ia tidak dipaksa oleh Tuhan, semua yang dilakukannya adalah pilihannya sendiri.

Yudas membuat komitmen kepada Yesus, dan tidak ada alasan bagi kita untuk berpikir bahwa dia tidak benar-benar tulus dalam imannya. Seperti murid-murid lainnya, dia meninggalkan segalanya untuk mengikuti Tuhan kita. Yudas secara aktif terlibat dalam pelayanan, dan dia diberi karunia rohani seperti murid-murid yang lain. Kita tahu bahwa Yesus memanggil “kedua belas” bersama-sama, termasuk Yudas, dan “memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit. Dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang” (Lukas 9: 1–2).

Yudas Iskariot adalah seorang dari dua belas orang pilihan. Dia diberi karunia penyembuhan, dan dia menjalankan otoritas atas setan. Walaupun demikian, sekalipun keaktifan dalam pelayanan adalah hal yang baik dan luar biasa; tetapi itu bukanlah jaminan kehidupan atau kesehatan rohani. Yudas berjalan bersama Yesus selama tiga tahun. Dia melihat kehidupan terbesar yang pernah dijalani dari dekat dan secara pribadi. Kita tidak dapat memiliki pertumbuhan iman atau lingkungan yang lebih baik untuk membentuk iman daripada yang pernah dimiliki Yudas selama ia berjalan bersama Sang Juruselamat.

Yudas menyaksikan langsung keajaiban-keajaiban yang diperbuat oleh Yesus. Ketika Yesus memberi makan 5.000 orang, Yudas ada di sana. Yesus mengambil lima ketul roti dan dua ikan dan membagikannya bersama murid-murid lainnya. Ketika Yesus meredakan badai di danau Tiberias, Yudas juga ada di sana. Dan dia juga ada ketika Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian. Kita tidak dapat memiliki fakta penunjang iman yang lebih baik daripada yang pernah dimiliki Yudas.

Yudas juga mendengar semua ajaran Yesus. Dia mendengar khotbah di bukit, jadi dia tahu ada jalan yang harus dipilih setiap orang, jalan sempit yang menuju kehidupan atau jalan lebar yang menuju kehancuran. Dia mendengar peringatan yang Yesus sampaikan kepada orang-orang Farisi, jadi dia tahu adanya neraka yang harus dijauhi dan adanya surga yang harus dituju. Dia mendengar perumpamaan tentang anak yang hilang, jadi dia tahu bahwa Tuhan siap untuk menyambut dan mengampuni mereka yang telah menyia-nyiakan hidup mereka tetapi kemudian bertobat.

Dengan mata Yudas sendiri, dia melihat bukti yang paling jelas. Dengan telinganya sendiri, dia mendengar ajaran terbaik. Dengan kakinya sendiri, dia mengikuti contoh terbaik. Namun Yudas masih mengkhianati Yesus. Bagaimana ini bisa terjadi? Mungkinkah ini terjadi pada diri kita atau sanak kita? Mungkinkah semua itu adalah hasil penetapan Tuhan?

Hati manusia berada di luar pemahaman, dan ada sesuatu yang tidak dapat kita pahami tentang seseorang yang meninggalkan iman yang pernah mereka miliki. Apa yang pasti adalah setiap orang bertanggung jawab atas tingkah langkahnya dan perbuatannya.

“Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.” Yeremia 17: 9-10

Sulit untuk memahami bagaimana seorang anak muda yang dibesarkan oleh orang tua yang saleh dalam konteks kehidupan rohani, yang diajarkan kebenaran Alkitab sejak usia dini, dan diberi dasar pengertian iman, kemudian dapat meninggalkan Yesus.

Kisah Yudas mengandung pelajaran penting bagi orang tua, pemimpin, dan teman-teman yang berduka atas seseorang yang mereka cintai yang telah meninggalkan iman. Mereka mungkin berpikir:

  • Dimana letak kesalahan kita?
  • Apa lagi yang bisa kita lakukan?
  • Apakah kita telah gagal dalam pengajaran kita?
  • Apakah kita gagal dalam memberi contoh?
  • Haruskah kita menaruh putra atau putri atau teman kita di lingkungan yang berbeda?

Tetapi Yudas mengajarkan kita bahwa bahkan contoh terbaik, bukti yang paling meyakinkan, pengajaran terbaik, dan lingkungan prima untuk menetaskan iman, tidak dapat dengan sendirinya mengubah hati manusia. Manusia dengan kehendak bebasnya memang cenderung untuk memilih apa yang buruk.

Setan melakukan serangan tanpa henti terhadap jiwa Yudas, sebagaimana ia menyerang setiap orang yang memilih untuk mengikuti Kristus. Kita membaca hal setan menyerang Yudas, dan kemudian masuk ke dalam dirinya (Lukas 22:3–4, Yohanes 13:2, Yohanes 13:27). Pernyataan Alkitab yang jelas tentang aktivitas setan telah membuat beberapa orang berkata, “Yah, Yudas yang malang, dia tidak memiliki kesempatan. Setan masuk ke dalam dirinya. Apa yang bisa dia lakukan tentang itu?” Tetapi evaluasi ini mengabaikan fakta bahwa Yudas membuka pintu bagi setan. Ia 100% bertanggung jawab atas dosa-dosanya.

Yudas telah mencuri dari kantong uang kolekte, dan ketika dia merahasiakan dosa ini, setan masuk ke dalam dirinya. Dia lalu membuat kesepakatan dengan para imam kepala dan kemudian duduk di meja Yesus dengan dosa-dosa yang diketahui tetapi tidak diakuinya, dan setan kemudian masuk lebih jauh ke dalam hidupnya. Jika penyakit yang tidak dirasakan bisa menjadi parah, dosa yang tidak diakui selalu membuka pintu bagi kuasa Setan. Setan tidak mendapatkan pijakan dalam kehidupan orang-orang yang berjalan dalam terang bersama Yesus, tetapi ia mendapatkan jalan masuk ketika orang membuka pintu hidupnya.

Keagungan Yesus yang khas adalah bahwa Ia dapat menaklukkan manusia dan kehendak bebasnya tanpa manusia terlebih dahulu mendekatinya. Tetapi kelemahan Setan dibuktikan dengan ini, bahwa ia tidak dapat mendekati suatu jiwa kecuali jiwa itu terlebih dahulu berpaling kepada setan melalui pilihannya. Kadang-kadang kita salah mengartikannya, takut bahwa setan entah bagaimana akan memiliki akses ke anak-anak Allah, sementara kita meragukan bahwa Yesus dapat melakukan apa saja untuk manusia sekalipun mereka menutup pintu hidupnya. Tetapi Alkitab justru mengajarkan sebaliknya. Manusia mempunyai kehendak bebas, tetapi Tuhan dapat mengalahkannya. Iblis mempunyai kehendak bebas, tapi tidak dapat mengalahkan manusia jika manusia ada dalam perlindungan Tuhan.

Yudas jatuh ke dalam lubang yang telah digalinya sendiri. Seperti Yudas, ketika kita mendekati Yesus, salah satu dari dua hal akan terjadi: apakah kita akan menjadi miliknya sepenuhnya, atau kita akan semakin terasing dari-Nya. Hanya mereka yang belum pernah mengenal-Nya yang bisa tetap acuh tak acuh kepada-Nya. Memang, karena klaim keilahian-Nya begitu eksklusif dan tuntutan-Nya begitu luas dan tegas, pada akhirnya orang harus memilih: menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada-Nya atau melupakan-Nya sama sekali. Tidak ada jalan tengah.

Akhirnya, kisah Yudas mengingatkan kita bahwa tidak ada hal baik yang bisa datang dengan mengabaikan Yesus Kristus. Karena keilahian-Nya, mengikuti-Nya adalah suatu kebahagiaan besar, bagaimanapun beratnya salib yang harus kita pikul selama hidup di dunia. Di zaman ini, ketika banyak orang meninggalkan iman yang pernah mereka imani karena keinginan duniawi, kisah Yudas memperingatkan kita untuk menjaga hati kita, agar jangan sampai kita terhanyut. Kita sepenuhnya bertanggung jawab atas cara hidup dan pilihan kita. Kisah Yudas juga memperlengkapi kita untuk menjangkau mereka yang mungkin sudah menjauh dari iman, agar mereka mau kembali ke jalan yang benar.

“Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu, selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api. Tetapi tunjukkanlah belas kasihan yang disertai ketakutan kepada orang-orang lain juga, dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa.” Yudas 1: 2 2-23

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s