Apakah aku cukup baik untuk bisa ke surga?

Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: “Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Markus 10: 17

Pertanyaan di atas sering diajukan manusia dari segala bangsa dan jaman. Berbagai agama telah memberikan jawaban yang berbagai ragam. Ada yang mengajarkan agar manusia berbuat baik kepada sesama, ada juga yang menyuruh pengikutnya agar rajin melakukan ritual tertentu, menyiksa diri, bertapa, mempersembahkan sesuatu kepada tuhan mereka, dan tindakan lainnya.

Jika dibandingkan dengan ajaran agama lain, ajaran Kristen sangat berbeda karena umat Kristen tidak perlu berbuat apa-apa untuk menerima keselamatan. Sering kali, keselamatan secara cuma-cuma ini menjadi bahan cemooh orang lain karena kelihatannya sangat mudah untuk mencapai surga. Sekalipun manusia hidup dalam dosa, seolah mudah sekali untuk mereka menjawab panggilan keselamatan Tuhan dengan sebuah kata “ya”. Tuhan orang Kristen seakan mudah memercayai jawaban manusia.

Memang adalah kenyataan bahwa orang agaknya gampang untuk menyebut dirinya Kristen karena kelihatannya tidak ada tuntutan untuk melakukan hal-hal khusus. Bukankah Yesus sudah berkata bahwa kita tidak lagi hidup di bawah hukum Taurat? Kita manusia merdeka! Sekali merdeka tetap merdeka! Tetapi betulkah itu? Betulkah bahwa keselamatan untuk orang Kristen itu diperoleh dengan harga murah?

Sebagian orang Kristen memandang bahwa iman kepada Yesus itu belum cukup karena tanpa melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, mereka merasa belum benar-benar tunduk kepada Tuhan. Kemudian mereka mencoba untuk hidup sebagai orang Israel, dengan mengadopsi tata cara budaya orang Israel dan hukum Taurat mereka. Mereka memandang orang Kristen yang lain sebagai orang fasik, atau orang yang tidak taat kepada perintah Tuhan. Orang yang tidak mau berkurban untuk Tuhan. Benarkah begitu?

Keselamatan buat umat Kristen tidak perlu dibayar dengan pengurbanan manusia. Tidak perlu bayar, tidak perlu bekerja untuk itu. Sekalipun kita miskin, sakit berat atau hampir mati, keselamatan masih bisa diperoleh; di mana saja, kapan saja. Tetapi itu dapat diperoleh karena harganya sudah dilunasi lewat pengurbanan Yesus di kayu salib. Karena harga keselamatan tidak terjangkau oleh manusia, satu-satunya jalan untuk menyelamatkan manusia adalah uluran tangan Tuhan sendiri yang memberikan karunia keselamatan untuk semua manusia yang mau menerimanya.

Dalam ayat di atas, ada seorang Yahudi kaya yang ingin mendapatkan keselamatan. Ia bertemu dengan Yesus dan bertanya apa yang harus dilakukannya. Pria kaya itu sudah menjalankan hukum Taurat tetapi ia tidak yakin bahwa ia sudah diselamatkan. Apa lagi yang harus dilakukannya? Yesus menjawab bahwa ada satu hal lagi yang harus dilakukannya: menjual seluruh hartanya.

Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Markus 10: 21

Pria itu ternyata tidak sanggup untuk melakukannya karena hidupnya memang untuk hartanya. Seperti pria kaya ini, kita pun bisa saja membaktikan hidup kita untuk uang, orang lain, keluarga, hobby, makanan, pekerjaan, aktivitas sosial, kenikmatan badani, kegiatan gereja dan sebagainya. Sebagian dari hal-hal ini nampaknya baik, tetapi jika bukan Tuhan yang dipermuliakan, semuanya akan menjauhkan diri kita dari Tuhan. Kegagalan pria kaya itu memang bukannya dalam hal menjual harta, tetapi dalam hal penyerahan hidup yang sepenuhnya kepada Yesus.

Apa yang tertulis dalam Markus 10: 17-27 mengingatkan kita bahwa menjadi pengikut Kristus yang sejati tidaklah semudah yang dibayangkan. Tidaklah semudah menjawab “ya” atas panggilan Tuhan. Jawaban semacam itu yang tidak pernah disertai dengan keluarnya buah-buah Roh (kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri) hanyalah membawa harapan kosong. Tanda-tanda pengikut Yesus yang benar selalu nampak dalam hal meninggalkan hidup lama dan munculnya hidup baru yang makin lama makin berbuah lebat. Bukan dengan menjalankan hukum Taurat.

Hukum Taurat yang berat itu, memang dalam pelaksanaannya sering membuat orang mencari jalan untuk bisa melanggarnya secara “halus”, yaitu melalui apa yang diperbolehkan menurut pikiran dan keputusan para pemimpin agama. Mereka terpaksa untuk memakai siasat “pilih-pilih” atau “pick and choose” untuk mencari cara gampangnya. Itulah sebabnya mengapa Paulus, yang sebenarnya adalah orang Farisi yang mengenal seluk-beluk hukum Taurat dan kebiasaan orang Yahudi, mengatakan bahwa mereka yang bersikeras untuk menerapkan hukum Taurat tetapi melanggarnya adalah lebih buruk dari mereka yang hidup dalam kebenaran walaupun tidak mengenal hukum Taurat.

“Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri.” Roma 2: 14

Bagaimana orang percaya bisa berjalan dalam kebenaran tanpa memiliki hukum Taurat? Bagaimana mereka bisa menjadi orang Kristen sejati tanpa melalui hukum Taurat dan adat istiadat orang Yahudi? Yesus pernah berkata bahwa Ia tidak meniadakan hukum Taurat, tetapi menggenapinya. Ia menjelaskan bahwa seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi dapat diringkas menjadi hukum kasih (Matius 22: 37 – 40).

Seperti pria kaya itu, kita pun mungkin sudah berusaha untuk hidup baik dan bahkan menjalankan hukum Taurat. Tetapi hidup baik tanpa penyerahan kepada Yesus bukanlah bukti keselamatan! Perbuatan baik yang kita lakukan seharusnya bermula dengan pengakuan kita akan kedaulatan Tuhan atas hidup kita. Itu tidak mudah. Penyerahan total kepada Tuhan itu tidak mungkin terjadi jika Tuhan sendiri tidak bekerja dalam diri kita. Tanpa uluran tangan Tuhan, lebih mudah untuk seekor unta untuk masuk dalam lubang jarum daripada untuk kita masuk ke surga.

Jadi, kalau keselamatan itu ternyata bukan melalui perbuatan baik dan perbuatan baik itu belum tentu merupakan tanda orang yang sudah diselamatkan. Keselamatan untuk manusia ternyata tidak mudah didapat! Apalagi, siapakah manusia yang dapat melaksanakan hukum Taurat dengan sepenuhnya? Kalau begitu, apakah ada orang yang bisa selamat? Tidak ada, jika tanpa bimbingan Tuhan. Manusia tidak mungkin menemukan Tuhan dengan usaha sendiri , tetapi dalam Tuhan semua itu mungkin. Yesus berkata:

“Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah.” Markus 20: 27

Hari ini, jika kita meneliti hidup kita, biarlah Firman Tuhan bisa menyentuh hati kita. Bahwa bukannya kebiasaan dan ritual agama yang membuat kita menjadi orang Kristen sejati, karena apa yang kita pikir dan lakukan dalam hidup sehari-harilah yang lebih penting. Seperti bungkus tidak menentukan isi, begitu juga isi hidup kitalah yang lebih penting di hadapan Tuhan. Yesus sudah membayar hidup kita dengan harga termahal, dan pengurbanan-Nya bukanlah agar kita mempunyai penampilan yang baik menurut hukum Taurat, tetapi agar kita memiliki hidup baru di dalam Dia.

“Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” Galatia 3:28:

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s