Yesus mengajar umat-Nya pada saat yang tepat

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: ”Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” Tetapi Tuhan menjawabnya: ”Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” Lukas 10: 38-42

Sebagai dosen, saya selalu berusaha mengajarkan berbagai teori yang tidak hanya harus dimiliki oleh setiap murid sebagai dasar ilmu pengetahuan, tetapi juga dengan berbagai ajaran praktis dari dunia nyata. Jika teori diajarkan, dipelajari dan diuji, itu belum tentu bisa digunakan pada setiap waktu. Karena itu, para murid harus juga diberi petunjuk yang berdasarkan pengalaman nyata dan pengetahuan praktis, karena teori saja belum tentu mudah atau bisa dipakai secara efektif dalam menghadapi suatu persoalan.

Selama hidup di dunia, Yesus mengajarkan dan membahas berbagai hal yang menyangkut kehidupan manusia, baik dalam hal jasmani maupun rohani. Dari mulut-Nya, kita mendengar berbagai “teori” yang berupa firman dan hukum Tuhan, dan juga berbagai perumpamaan selaku “alat peraga “untuk menjelaskan pelaksanaan atau aplikasi firman-Nya, dan juga sebagai cara penyampaian hal yang rumit. Semua itu disampaikan-Nya pada saat dan kesempatan yang dipilih Yesus secara khusus dan bukannya secara acak-acakan.

Kisah kunjungan rombongan Yesus ke dusun di mana Marta dan Maria tinggal adalah suatu laporan lapangan yang ditulis dalam kitab Lukas di atas dan juga di Yohanes 12: 2. Kisah ini sudah banyak dibahas dalam khotbah, renungan dan bahkan melalui berbagai media. Pada umumnya, pembahasan yang ditampilkan mengandung pesan:

  • Perbedaan karakter: Maria yang baik karakternya dan Marta yang masih harus berubah.
  • Prioritas hidup: Maria yang memilih apa yang kekal, Marta memilih apa yang duniawi.
  • Menggunakan kesempatan: Maria yang menggunakan kesempatan dengan bijaksana.
  • Teguran Yesus: Yesus menegur Marta yang terlalu sibuk dengan hal-hal yang kurang penting.

Sebenarnya, baik Maria maupun Marta adalah orang orang yang dekat dengan Yesus. Bersama saudara mereka yang bernama Lazarus, mereka bertiga adalah orang-orang yang dikasihi Yesus. Oleh sebab itu, saya yakin bahwa ketiganya adalah orang-orang yang benar-benar dipilih untuk menjadi umat Tuhan yang sejati. Menjadi umat Tuhan bukan berarti bahwa Tuhan mengubah kebiasaan mereka dan pribadi mereka secara total, dan bahwa untuk menjadi pengikut-Nya orang harus mempunyai sifat dan gaya hidup yang serupa. Oleh karena itu ayat di atas bukanlah berisi pujian kepada Maria dan teguran kepada Marta. Apa yang dikatakan Yesus adalah nasihat praktis-Nya kepada setiap orang yang menghadapi tantangan hidup.

Yesus pada waktu itu datang ke Betania dengan murid-murid dan pengikut-Nya, yang mungkin ada sekitar 70 orang jumlahnya. Sebagai kebiasaan waktu itu, mereka yang bertamu ke desa tertentu akan menumpang di rumah penduduk desa yang bersedia untuk menjadi tuan rumah. Entah berapa orang yang datang di rumah Maria dan Marta, tetapi sudah jelas Marta merasa bertanggung jawab atas makanan yang harus disediakan untuk mereka. Marta adalah orang yang bertanggung jawab dan sikapnya patut dipuji. Dengan demikian, Yesus bukanlah marah atau menegur Marta ketika Ia memanggilnya dua kali: “Marta, Marta..”. Yesus hanya mengingatkan bahwa Maria yang duduk mendengarkan perkataan-Nya tidaklah perlu ditegur oleh Marta.

Tahukah Yesus bahwa Marta bermaksud baik dan bermurah hati kepada tamu-tamunya? Sudah tentu! Yesus tahu bahwa tiga bersaudara dari Betania adalah orang-orang yang mengasihi-Nya, dan Ia juga mengasihi mereka. Yesus tidak mengasihi atau menyenangi Maria lebih dari Marta. Tahukah Yesus bahwa Marta merasa tersendiri dalam kesibukannya untuk melayani? Yesus sebagai manusia pasti tahu dan bisa mengerti mengapa Marta secara tiba-tiba menjadi uring-uringan kepada-Nya. Yesus sebagai Tuhan, tentunya tahu bahwa hal itu akan terjadi, bahkan sebelum Marta membuka mulutnya.

Dapat dipastikan bahwa Yesus membiarkan “drama” yang akan terjadi dengan tujuan tertentu. Satu hal yang baik adalah Maria dan Marta diingatkan bahwa walaupun tugas manusiawi adalah penting, tugas surgawi adalah lebih penting pada saat itu. Karena itu, mereka tentunya merasa beruntung mengalami peristiwa sedemikian dalam hidup mereka. Sesuatu yang tidak disangka datang dari Yesus pada kesempatan yang tidak terduga. Apa yang dikatakan Yesus tentunya ada dalam hati mereka sepanjang hidup mereka. Bukan seperti teori, tetapi pengalaman hidup.

Apa yang dapat kita pelajari dari kisah di atas adalah kepedulian Tuhan atas hidup manusia sampai kepada hal-hal yang sekecil-kecilnya. Yesus pasti tahu apa yang ada dalam pikiran Marta dan Maria ketika Ia datang. Bukannya Ia berusaha menghindari atau berusaha menghentikan terjadinya kemarahan Marta, Ia justru membiarkannya dengan maksud tertentu. Ia ingin memberi nasihat kepada mereka berdua, dan juga kepada kita yang hidup dua ribu tahun sesudahnya.

Pelajaran apa yang bisa kita dapat dari kisah di atas selain mengenai penggunaan waktu dan prioritas secara bijaksana? Yesus ingin menyatakan bahwa Ia peduli akan hidup kita. Seperti kunjungan-Nya ke rumah Marta dan Maria, Ia sering datang ke dalam hidup kita sehari-hari. Mungkin kita tidak menyadari, ketika Ia menegur, menasihati atau menghibur kita karena kita terlalu sibuk dengan kehidupan kita. Yesus yang peduli kepada semua umat-Nya selalu beserta kita dan memakai kesempatan yang ada untuk berbicara kepada kita.

Yesus yang mahakasih, mahatahu dan mahakuasa, ingin untuk mengarahkan hidup kita ke arah yang benar. Ia datang ketika kita mengalami persoalan besar, tetapi Ia juga bersama kita ketika kita menghadapi tugas-tugas rutin. Ia melihat hidup kita, mendengarkan suara hati kita baik itu berupa keluhan, kemarahan atau rasa bimbang. Tuhan membiarkan berbagai masalah kehidupan terjadi atas kita dan menunggu sampai kita mau mendengarkan suara-Nya dan mau mengubah cara hidup kita. Biarlah mulai hari ini kita lebih peka akan kehadiran dan suara Yesus dalam hidup kita. Yesus selalu datang pada saat yang tepat untuk mengajar kita, baik pada saat kita mengalami peristiwa yang besar maupun hal-hal yang kecil.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s