“Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.” 1 Korintus 6: 9-11

Saat ini, salah satu isu yang sering diperdebatkan orang Kristen adalah adanya kelompok LGBT yang menuntut persamaan hak dalam kehidupan bermasyarakat dan dalam kehidupan gerejani. Hak asasi manusia seharusnya sama untuk semua orang tanpa memandang latar belakang dan orientasi seksualitas mereka. Walaupun demikian, kebanyakan orang Kristen masih ingin mempertahankan posisi anti LGBT, sekalipun mereka menghargai semua orang dan pilihan mereka. Karena itu, ada gereja yang menolak adanya jemaat dari kelompok LGBT.
Paulus dalam ayat di atas mengingatkan umat Kristen di Korintus bahwa orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah. Ayat tersebut dipandang menjadi semacam legitimasi bahwa para homoseks ini calon penghuni neraka, padahal ayat di atas juga membahas dosa-dosa yang lain. Artinya siapa pun yang tidak bertobat, dari dosa apa pun tidak hanya soal homoseksualitas saja, dan sesuai daftar yang diberikan Rasul Paulus, mereka tidak layak mendapat bagian dalam Kerajaan Surga. Dengan demikian, semua orang Kristen adalah orang yang dulunya tidak layak mendapat bagian dalam kerajaan Allah.
Dengan menyatakan ini, tidak berarti kita menutup mata terhadap kejahatan-kejahatan dalam hubungan heteroseksual. Hubungan heteroseksual yang melanggar susila tidak lebih baik ataupun lebih buruk dari hubungan homoseksual. Keduanya dihakimi Allah. Walaupun demikian, bila kita datang kepada Kristus, kita dituntut untuk bertobat dari dosa-dosa kita dan tidak lagi melakukan pola-pola hidup tak saleh yang kita nikmati sebelumnya. Mungkin ada di antara kita berusaha membenarkan homoseksualitas sebagai pilihan lain dari hubungan heteroseksual, namun Roma 1:1-32 jelas menyebutnya sebagai hal yang berbeda.
Seperti orang berdosa lainnya, kaum homoseksual perlu mengalami kelepasan melalui kuasa Injil, walaupun mungkin mereka tidak mudah bebas sepenuhnya dari kecenderungan-kecenderungan homoseksual dan pencobaan. Rasul Paulus menulis kepada mereka yang dulunya pernah terlibat dalam homoseksualitas dan dosa-dosa lainnya, sebagai berikut: “Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.” (1 Korintus 6:11). Artinya, golongan mereka juga akan tetap mempunyai kesempatan untuk dikuduskan bagi Allah dan memperoleh bagian dalam Kerajaan Surga dalam pertobatannya.
“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus 5:17)
Bagaimana orang Kristen harus menghadapi mereka yang berbeda dalam hal seksualitas? Mungkin kita ingat bahwa Yesus mau diundang dan bahkan makan dengan pemungut cukai dan orang yang dipandang berdosa. Mereka bertanya kepada murid-murid-Nya: “Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Mereka tidak sadar bahwa di hadapan Tuhan semua orang adalah orang berdosa, seperti orang sakit yang memerlukan tabib. Mereka yang menyadari dosanya dan datang kepada Yesus akan menerima keselamatan secara cuma-cuma, tetapi mereka yang tidak mengakui dosanya tidak akan bisa menghindari kematian.
Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” Markus 2: 17
Kecenderungan memang ada untuk mengabaikan apa yang buruk dalam hidup kita dan merasa bahwa kita sudah cukup baik untuk Tuhan. Kalau cara hidup kita diterima masyarakat, mungkin ada perasaan bahwa Tuhan tentu sudah senang dengan cara hidup kita. Selain itu, dengan adanya berbagai kesibukan, kita tidak lagi peduli untuk selalu datang kepada Yesus untuk memohon pengampunan dan bimbingan dari-Nya. Yesus datang seperti seorang tabib yang datang untuk menyembuhkan mereka yang sakit. Mereka yang sudah merasa hidupnya cukup baik dan sehat adalah orang-orang yang tidak menyadari segala kelemahan dan dosanya. Hanya orang yang menyadari kelemahannya akan mau mengundang Dia untuk datang dan menyertainya setiap saat.
Mungkin pada saat ini hidup kita berjalan lancar dan nyaman. Adalah mudah dalam keadaan yang sedemikian untuk kita merasa bahwa semuanya ada dalam keadaan baik. Sebagai orang Kristen, kita mungkin tidak lagi merasa bahwa kita selalu membutuhkan Yesus pada setiap saat untuk terus menguatkan, membimbing dan menyembuhkan bagian hidup kita yang tidak baik. Sebagai orang Kristen kita mungkin juga ragu-ragu untuk menyatakan bahwa ada orang-orang tertentu yang tidak sadar akan dosa mereka karena kita tidak ingin disebut orang munafik. Kita mungkin takut untuk dikritik orang yang sudah kita tegur.
“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” Matius 7: 1
Ayat ini kelihatannya mudah dimengerti dan sangat praktis penggunaannya dalam hidup sehari-hari. Sayang sekali, ayat ini sering disalah artikan sehingga orang memakainya sekadar untuk membungkam kritik-kritik orang lain. Lebih-lebih lagi di kalangan umat Kristen pun banyak yang memakai ayat ini untuk menekankan segi kasih dan kesabaran Tuhan, tetapi secara keliru. Sering kali ayat ini juga dipakai untuk menyerang orang Kristen yang berusaha menerapkan ajaran Alkitab dalam masyarakat dan negara. Ayat ini biasanya dikaitkan dengan ayat lainnya yang juga sama terkenalnya dalam hidup sehari-hari:
“Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Yohanes 8: 7b
Ayat ini sekarang sering dipakai untuk membungkamkan orang Kristen yang ingin mengingatkan bahwa setiap orang berdosa harus bertobat.
Sungguh disayangkan bahwa dengan tekanan masyarakat umum, orang Kristen sering kali jadi bungkam dan mandul dalam usaha menegakkan kebenaran Kristus di dunia. Tidak hanya masyarakat Kristen menjadi tersudut, para pendeta, guru dan orang tua pun menjadi serba salah ketika menghadapi tantangan dalam gereja, sekolah dan keluarga. Akibatnya jelas merugikan martabat dan fungsi orang Kristen di dunia. Orang Kristen tidak dapat lagi menjadi terang dunia sebagaimana seharusnya.
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” Matius 5: 16
Pagi ini kita diingatkan bahwa sebagai orang terpilih yang sudah diselamatkan kita tidak boleh ragu dan takut untuk menegur orang lain. Firman Tuhan harus dinyatakan kepada semua orang, karena Yesus mengasihi setiap orang. Sebagai orang yang dulunya hidup dalam dosa, kita harus tetap mau menyatakan kebenaran Tuhan!