“Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.” 2 Korintus 11: 3

Rasul Paulus dalam ayat di atas menyatakan kekuatirannya atas kemungkinan bahwa jemaat Kristen di Korintus diperdayakan oleh beberapa pengajar yang menyesatkan mereka dari ajaran yang benar. Pengajar-pengajar yang sesat itu diumpamakan seperti ular, si iblis, yang dengan kelicikannya sudah membuat Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa di taman Eden.
Ada tiga hal yang penting yang bisa kita simak dari ayat itu. Yang pertama, tiap orang Kristen masih bisa, dan mungkin malah sering, diserang oleh iblis. Kedua, iblis sering muncul dalam bentuk yang penuh pesona sehingga orang yang tidak awas akan terjebak. Dan yang ketiga, iblis sering muncul pada tempat dan waktu yang tidak terduga, selagi umat Tuhan lengah atau lemah. Umat Kristen jelas bisa jatuh ke dalam pencobaan jika tidak berhati-hati. Pencobaan bukan datang dari Tuhan, tetapi dari ulah manusia sendiri. Manusia yang mempunyai kebebasan memang cenderung jatuh ke dalam dosa jika tidak mau menuruti bimbingan Tuhan.
Bagaimana iblis berusaha memperdayai umat Tuhan di Korintus? Korintus adalah kota niaga yang cukup besar dan karena itu banyak orang datang dari berbagai tempat. Dengan itu, Korintus dari mulanya mudah sekali menerima budaya atau agama lain, mungkin melalui praktik toleransi agama dan multikulturalisme yang sering didengung-dengungkan saat ini.
Di antara berbagai ajaran di luar agama Kristen yang bisa melemahkan dan bahkan menyesatkan orang Kristen pada waktu itu dan juga sering ditemui sampai saat ini adalah ajaran bahwa keselamatan adalah berdasarkan apa yang kita perbuat dalam hidup, dan ajaran bahwa pedoman hidup baik adalah berdasarkan pikiran manusia yang berkembang.
Memang di zaman ini banyak manusia yang tidak puas dengan ajaran Kristen yang menyatakan bahwa keselamatan adalah semata-mata adalah karunia Tuhan. Mereka kemudian memilih untuk ikut ajaran yang menekankan humanisme, yang mengajarkan bahwa keselamatan manusia ada di tangan mereka sendiri, yang harus melakukan hal-hal tertentu untuk mencapai surga. Selain itu, ada berbagai pengajar yang mengajarkan bahwa keselamatan hanya dapat dicapai dengan cara-cara tertentu, dengan menjalankan aturan-aturan budaya historis, yang membuat orang bergantung pada tradisi dan bukannya kepada Tuhan.
Iblis juga sering muncul pada saat dan keadaan di mana umat Kristen mengalami kelengahan atau kesulitan. Bagi sebagian orang, kelengahan terjadi ketika segala sesuatu berjalan lancar dan hidup terasa nikmat. Pada saat itu kesadaran akan Tuhan dan kasih-Nya mungkin menjadi samar karena orang lebih tertarik untuk menghabiskan waktunya untuk menikmati hidupnya. Selain itu, mudah bagi mereka untuk merasa bahwa Tuhan pastilah menyukai cara hidup mereka. Kelengahan juga bisa terjadi dalam keadaan yang sulit dan penuh perjuangan. Ketika keadaan yang menekan lagi menguasai hidup, orang menjadi terlalu sibuk berusaha melewati hari-harinya dengan rasa tegang, kuatir atau kecewa. Pada saat-saat di mana manusia lagi lemah seperti itu, iblis bekerja lebih giat untuk menggoda manusia agar mereka jatuh ke dalam dosa dan mengingkari imannya.
Hari ini, seperti jemaat Korintus kita diingatkan oleh Rasul Paulus bahwa iblis selalu mengintai umat Tuhan dan siap untuk menyesatkan kita. Karena itu, dalam keadaan apa pun yang kita alami saat ini, baik susah maupun senang, sakit maupun sehat, miskin ataupun kaya, kita harus tetap rajin berdoa dan membaca firman-Nya agar kita tidak tertipu oleh iblis yang berusaha menghancurkan kita. Kita harus sadar dan berjaga-jaga agar tidak memilih cara hidup yang keliru.
“Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. 1 Petrus 5: 8