“Ingatkanlah dan pesankanlah semuanya itu dengan sungguh-sungguh kepada mereka di hadapan Allah, agar jangan mereka bersilat kata, karena hal itu sama sekali tidak berguna, malah mengacaukan orang yang mendengarnya. Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.” 2 Timotius 2: 14-15

Reformasi Protestan adalah pergolakan agama, politik, intelektual, dan budaya pada abad ke-16 atas Gereja Katolik yang pada akhirnya melahirkan Protestantisme. Gerakan ini dipelopori oleh Martin Luther, yang kemudian diikuti oleh John Calvin, Ulrich Zwingli, dan Henry VIII. Para reformis mengkritik otoritas kepausan dan mempertanyakan fungsi Gereja Katolik sebagai pusat politik dan budaya Kekristenan di Eropa. Reformasi Protestan berujung pada perpecahan Gereja Barat menjadi Protestantisme dan Gereja Katolik Roma.
Konflik keagamaan antara kaum Protestan dan Katolik memuncak pada 1618-1648 atau kemudian dikenal sebagai Perang Tiga Puluh Tahun. Perang antar umat Kristen ini kemudian diakhiri dengan perjanjian damai Westfalen, yang menetapkan bahwa semua pihak memiliki hak untuk menentukan agama negaranya sendiri, dan adanya tiga aliran Kristen yang diakui yaitu Katolik Roma, Lutheran, dan Calvinis. Ini menjamin hak bagi orang-orang Kristen dalam menjalankan agamanya Perjanjian ini secara resmi mengakhiri kekuasaan politik kepausan di Eropa.
Di zaman ini, masalah perbedaan doktrin masih sering menimbulkan ketegangan antar aliran gereja. Karena itu, tidak semua gereja mementingkan pengajaran doktrin dalam penginjilan. Bagaimana sebenarnya posisi kita dalam hal mengabarkan injil? Memang tugas utama umat Kristen adalah mengabarkan injil. Oleh sebab itu, banyak orang Kristen dengan semangat yang menggebu-gebu ingin agar orang lain juga bisa diselamatkan. Karena itu, sering terlihat di berbagai media adanya berbagai pidato, tulisan dan rekaman yang bernada keras dan menyerang orang yang berbeda teologinya. Baikkah itu? Alkitab menyatakan bahwa sekalipun tujuannya baik, penginjilan harus dilaksanakan dengan cara yang baik karena jika tidak, kekacauan dan kebencian justru akan muncul.
“Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas. Tetapi ada orang yang tidak sampai pada tujuan itu dan yang sesat dalam omongan yang sia-sia.” 1 Timotius 1: 5 – 7
Paulus dalam suratnya kepada Timotius menyatakan bahwa untuk membawa orang lain kepada keselamatan, orang percaya harus bisa memberi nasihat yang benar. Ia menjelaskan jika kita berusaha membawa orang lain kepada keselamatan, itu harus dilakukan tanpa menimbulkan perdebatan sia-sia yang menimbulkan kekacauan.
Tujuan nasihat itu ialah untuk menyatakan kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas. Bukan didasarkan pada kebencian, rasa tidak suka atau kepentingan pribadi. Dengan demikian, tujuan mengabarkan Injil adalah untuk menyatakan kasih kita kepada mereka yang belum mengenal Tuhan, agar mereka menyadari betapa besar kasih-Nya yang sudah menurunkan Anak-Nya yang tunggal untuk menebus dosa mereka yang percaya. Karena itu, setiap orang yang kemudian percaya kepada Tuhan akan memiliki kasih-Nya. Orang yang menabur kasih Tuhan akan menuai kasih dan bukan kebencian.
Mengapa untuk Alkitab yang sama ada begitu banyak teologi yang berbeda? Itulah karena manusia adalah makhluk yang istimewa! Dalam segi yang baik maupun yang buruk, manusia adalah makhluk yang unik. Manusia diciptakan sebagai peta dan teladan Allah dan karena itu mempunyai kemampuan yang berbeda dari makhluk-makhluk yang lain. Manusia memiliki pikiran, perasaan dan perhatian yang jauh lebih tinggi dari makhluk yang lain. Jika makhluk lain bergantung pada naluri, manusia menggunakan akal budinya untuk menilai keadaan dan orang di sekitarnya. Tiap manusia bisa mempunyai pengertian dan perasaan yang berlainan terhadap hal yang sama.
Walaupun manusia mempunyai kemampuan intelegensi yang tinggi, ia tidak dapat menyamai Sang Pencipta. Bagaimanapun kita berusaha menyelami jalan pikiran Tuhan, tidaklah mungkin kita mengenalnya jika Tuhan sendiri tidak menyatakan diri-Nya dalam bentuk manusia Yesus Kristus. Untunglah setelah Yesus naik ke surga, Roh Kudus diberikan kepada setiap orang yang percaya kepada Kristus agar mereka dapat belajar mengerti apa yang dikehendaki Tuhan. Cara bekerja Roh Kudus dalam hidup anak-anak Tuhan tidaklah mematikan pola berpikir dan kehidupan mereka secara total dan drastis. Roh bekerja sesuai dengan keadaan manusia yang dihuni-Nya. Perubahan hidup manusia karena Roh Kudus terkadang cepat, tetapi bisa juga lambat tergantung pada sikap manusia (Efesus 4: 30). Memang tingkat kedewasaan dalam iman tiap orang tidaklah sama.
Roh Kudus tidak menghilangkan pribadi manusia, tetapi memperbaikinya. Karena itu jugalah, tiap anak Tuhan, baik yang baru maupun yang sudah lama, mempunyai sikap, pengertian dan hubungan yang berbeda terhadap Tuhan yang sama. Sekalipun berbeda dalam cara dan bentuk hubungan mereka akan Tuhan, setiap orang percaya adalah anak-anak-Nya. Kepada masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus (Efesus 4: 3-7).
Pada waktunya, semua orang percaya akan bisa mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Yesus dan memperoleh kedewasaan penuh yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (Efesus 4: 13-15). Tetapi perbedaan yang sekarang ada, bisa membuat komunikasi antar umat Tuhan terkadang sulit. Salah pengertian dan perbedaan sering terjadi dan bisa menimbulkan pertikaian. Lebih serius lagi, orang mungkin merasa bertumbuh dalam pengetahuan tetapi sebenarnya tidak bertumbuh dalam iman dan cara hidupnya.
Hari ini kita diingatkan oleh Tuhan bahwa dalam menyatakan keyakinan iman kita, kita harus tegas dan memegang kebenaran Firman tetapi bisa menghindari perdebatan yang tidak membangun, karena selain tidak berguna, hal sedemikian malah bisa menimbulkan kebingungan dan kekacauan di antara mereka yang ingin mengenal Yesus Tuhan kita. Biarlah kita makin hari makin sempurna di dalam anugerah Tuhan!
“Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera.” 1 Korintus 14: 33