Bacaan Matius 8:18–22
“Salah seorang murid berkata kepadanya, ‘Tuhan, biarkan aku pergi dulu dan menguburkan ayahku.” Dan Yesus berkata kepadanya, “Ikutlah aku, dan biarkan orang mati menguburkan orang mati mereka sendiri.” Matius 8: 21-22

Kerumunan besar datang berkumpul menjumpai Yesus ketika ketenaran-Nya menyebar di Kapernaum. Pada waktu itu Dia bersiap untuk menyeberangi danau Galilea (ayat18). Kita tidak tahu pasti mengapa Dia membuat langkah ini, tetapi banyak penafsir Alkitab yang percaya bahwa Yesus sedang mencari tempat istirahat. Memang, Dia ditemukan tertidur di perahu sesudahnya (ayat 24).
Melihat Yesus akan pergi, seorang ahli Taurat yang terlatih dalam hukum Musa mengungkapkan keinginannya untuk mengikuti Yesus ke mana pun Dia pergi (ayat 19). Yesus tidak menolak calon murid ini, tetapi Dia menjelaskan bahwa untuk mengikuti Yesus, orang berpendidikan ini harus mau ikut mengembara, bahkan mungkin kehilangan tempat tinggalnya (ayat 20). Memang, semua pengikut Yesus harus menerima kenyataan bahwa mereka adalah orang asing dan orang buangan di dunia (Ibrani 11:13-16).
Hidup di dunia tidaklah mudah untuk orang Kristen, tetapi di dalam Kristus suatu hari nanti kita akan bebas dari tekanan hidup (2 Timotius 2:12a). Kehidupan orang Kristen di dunia, seperti yang dikatakan Yesus adalah panggilan untuk memikul salib-Nya. Seperti Yesus, kita harus bersedia memberi tahu orang-orang bahwa ada harga yang harus dibayar untuk mengikuti Sang Juruselamat. Kita tidak menyatakan kebenaran jika kita mengajar atau menyiratkan bahwa Yesus dapat dimasukkan ke dalam struktur kehidupan kita tanpa dunia membenci kita (Matius: 24:9). Dunia sudah jatuh dalam dosa karena Iblis, dan Iblis dan pengikutnya membenci Yesus.
Setelah berbicara dengan ahli Taurat, seorang pria lain mengatakan bahwa dia bersedia untuk mengikuti Kristus jika dia dapat menguburkan ayahnya terlebih dahulu. Namun Yesus tidak mengizinkan keraguan ini (8: 21—22). Ini adalah perkataan yang sulit dimengerti, karena Alkitab mengajarkan kita untuk menghormati orang tua kita (Keluaran 20: 12). Tetapi, kemungkinan besar jawaban Yesus kepada orang itu adalah prinsip universal, bukan penerapan universal. Pada prinsipnya, hanya Yesus yang layak menerima pengabdian tertinggi kita, tetapi cara penerapan prinsip ini mungkin berbeda-beda. Walaupun demikian, jelas bahwa tugas keluarga seharusnya menempati urutan kedua ketika Yesus memanggil.
John Calvin berkomentar, “Anak-anak harus melaksanakan kewajiban mereka kepada orang tua mereka sedemikian rupa sehingga, setiap kali Tuhan memanggil mereka untuk pekerjaan lain, mereka harus mengesampingkan ini, dan menempatkan perintah Tuhan di tempat pertama. Apa pun kewajiban kita harus dilaksanakan, ketika Allah memerintahkan kepada kita apa yang harus segera menjadi hak-Nya.”
Hari ini, firman Tuhan mengingatkan kita bahwa setiap pengikut-Nya mempunyai tugas-tugas tertentu dalam hidupnya. Mungkin kesadaran akan hal itu belum terasa, sekalipun kita sudah menjadi orang yang diselamatkan sejak lama. Mungkin, pikiran kita merasa tenteram karena adanya keyakinan bahwa kita sudah menjadi orang terpilih. Tetapi, ayat pembukaan kita menunjukkan bahwa untuk menjadi pengikut Yesus yang sejati kita tidak dapat tidak harus mengubah prioritas hidup kita. Menjadi pengikut Kristus tanpa memberi pengurbanan adalah tidak mungkin. Setiap orang yang mau mengikut Dia harus mau membaktikan bagian yang paling utama untuk Tuhan. Itu mungkin berupa dedikasi, waktu, tenaga, kemampuan, pikiran, uang dan apa pun saja yang kita pandang berharga. Itu bukan untuk membeli keselamatan kita, tetapi untuk menyatakan rasa syukur kita kepada Tuhan atas keselamatan yang kita terima. Apa saja yang dapat kita pakai untuk melayani dan memuliakan Kristus. Jangan sampai kita menunda-nunda kesempatan yang baik untuk mengikut Dia. Siapa yang menunda panggilan Tuhan akan tertinggal di belakang.
Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”Lukas 9: 62
(Saduran bebas dari Ligonier)