“Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.” Roma 12: 19

Dalam sejarah ada banyak konflik antar umat beragama, bukan saja antara dua agama yang berbeda, tetapi juga di anara umat Kristen. Perang Tiga Puluh Tahun, misalnya, adalah sebuah konflik yang terjadi antara tahun 1618 hingga 1648, khususnya di wilayah yang sekarang menjadi negara Jerman, dan melibatkan sebagian besar kekuatan-kekuatan di kawasan tersebut. Ada beberapa sebab mengapa perang ini terjadi. Selain konflik keagamaan antara kaum Protestan dan Katolik, persaingan antara Dinasti Habsburg dan kekuatan lainnya juga merupakan salah satu motif penting terjadinya perang ini. Perang ini sendiri mungkin hanya berlangsung tiga puluh tahun, tetapi konflik yang dipicunya tetap berlanjut hingga waktu yang lama. Perang ini diakhiri melalui Perjanjian Westfalen.
Sebenarnya perang apa pun buasanya disebabkan oleh kemarahan atau kebencian antara pihak-pihak tertentu. Hal ini mungkin disebabkan oleh pihak yang dianggap penyebab persengketaan, dan pihak yang lain tidak bisa menerima hal itu kemudian berusaha membalas dendam. Memang dalam hidup ini banyak orang yang agaknya masih menganut paham “mata ganti mata”. Dengan demikian, mereka menyukai hal-hal yang berhubungan dengan pembalasan (revenge, avenge, vengeance). Mereka yang merasa terluka akibat apa yang terjadi sebelumnya, berusaha untuk menghancurkan lawannya.
Di kalangan orang Kristern ini pun, perang mulut dan perang media sering terjadi antar umat Kristen yang berlainan aliran. Jika kita meneliti media Youtube, misalnya, ada ratusan penampilan yang bernada sumbang atau kebencian terhadap pihak yang berbeda teologi atau kebiasaan. Kebanyakan mereka yang menerbitkan media semacam itu pernah memiliki pengalaman pahit yang melukai perasaan mereka, yang dilakukan oleh pihak lain. Mereka mungkin merasa bahwa ada kewajiban bagi mereka untuk membela Tuhan dalam menegakkan kebenaran.
Alkitab memang mempunyai banyak ayat yang berhubungan dengan soal membalas dendam. Seperti yang tertulis dalam ayat diatas, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, pembalasan dendam selalu dihubungkan dengan hak Tuhan. Mengapa Tuhan menyatakan bahwa Ialah yang berhak membalas dendam? Itu karena Tuhanlah yang memiliki seluruh jagad raya, termasuk semua mahluk hidup dan manusia. Manusia secara pribadi bukanlah pemilik apapun di dunia, dan juga bukan wakil Tuhan; karena itu ia tidak berhak menuntut balas. Selain itu, tiap orang dalam keterbatasannya tidak tahu sepenuhnya akan apa yang benar dan yang salah. Karena itu, hanya Tuhan yang pada hakikatnya berhak menjadi hakim.
“Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati.” Amsal 16: 2
Tuhan Yesus bukan saja melarang pengikut-Nya untuk saling membenci, Ia malahan menyuruh mereka untuk melawan kejahatan apa pun dengan kesabaran.
Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” Matius 5: 38 – 39
Jika membalas dendam adalah dosa yang melanggar perintah Tuhan, mereka yang mudah naik darah biasanya mudah terpancing untuk melampiaskan kemarahannya dengan melakukan kekerasan. Memang kemarahan yang tidak segera dihentikan, lambat laun akan berlanjut dengan kebencian dan pertengkaran (Amsal 10: 12). Karena itu Yesus memberikan perintah agar murid-murid-Nya tidak membiarkan kemarahan yang ada untuk berlanjut-lanjut, karena iblis menantikan kesempatan untuk menghancurkan mereka yang dikuasai amarah, seperti apa yang terjadi pada Kain yang membunuh Habel saudaranya.
“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.” Efesus 4: 26 – 27
Hari ini,kita harus sadar bahwa kesempatan untuk kita bisa menghilangkan rasa marah dan dendam sudah diberikan, dan apa yang selanjutnya terjadi dalam hidup kita akan menunjukkan apakah kita benar-benar sudah menjadi pengikut Yesus.
“Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” Matius 6: 15