Bagaimana belajar dari Alkitab

“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” 2 Timotius 3: 16

Tidak terasa, sekarang sudah pertengahan tahun. Waktu berjalan cepat, hari demi hari dilalui, tetapi bagi kebanyakan orang hidup ini terasa membosankan karena agaknya tidak ada yang berbeda. Walaupun demikian, untuk hal-hal tertentu, dalam keadaan tertentu, apa yang pernah dilihat, dirasakan dan dialami, bisa memberi pelajaran dan pengertian untuk hari depan. Tetapi, dengan adanya pengalaman pribadi, orang juga bisa menolak pendapat orang lain, nasihat guru atau orang tua, dan bahkan firman Tuhan.

Secara umum, karena pengalaman seseorang belum tentu bisa dialami orang lain, dan juga karena pengalaman tergantung situasi dan kondisi, apa yang dirasakan sebagai kebenaran di saat ini, belum tentu benar di masa depan. Karena itu, pengalaman orang lain belum tentu membawa kebenaran dan belum tentu bisa menjadi guru yang terbaik untuk kita. Apa yang pernah kita alami sendiri akan cenderung dipercayai, sedangkan apa yang tidak pernah terjadi atau terlihat dalam hidup kita, sering diabaikan.

Dalam kehidupan iman, kita juga dihadapkan dengan berbagai ajaran dan praktik kekristenan yang beraneka ragam. Pada umumnya, keragaman adalah lumrah karena tiap manusia adalah individu yang berbeda, yang mempunyai pengalaman dan pengertian yang berlainan. Walaupun demikian, ayat di atas menjelaskan bahwa firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab, harus dipegang sebagai pedoman untuk memperoleh kebenaran. Kita harus sadar bahwa apa yang kita dengar dan saksikan dalam hidup ini mungkin bersumber pada pengalaman pribadi seseorang, yang sehebat atau seajaib bagaimanapun, tidak dapat dianggap setara dengan firman Tuhan. Karena itulah kita harus mau belajar dari Alkitab.

Perlu kita ketahui bahwa pengalaman pribadi, jika dipakai sebagai dasar untuk mempelajari Firman, bisa menghasilkan sesuatu yang kurang cocok dengan Firman itu sendiri. Begitu juga akal budi tidak akan dapat menjajaki kedalaman firman Tuhan. Karena itu, setiap orang percaya harus mau mempelajari firman Tuhan dengan iman, menggumuli dan menerapkannya dalam hidup dengan bimbingan Roh Kudus. Pengalaman hanya bisa menjadi guru yang terbaik sesudah dibandingkan dengan kebenaran yang ada dalam Alkitab. Bagaimana cara yang tepat untuk mempelajari Alkitab?

Jika membaca Alkitab bisa dilakukan siapa juga, mencari makna ayat-ayat Alkitab adalah salah satu tugas yang paling penting yang dimiliki oleh orang-percaya dalam hidup ini. Allah tidak memberitahu bahwa kita hanya perlu membaca Alkitab. Kita perlu mempelajarinya, dan menggunakannya secara tepat. Mempelajari Firman Tuhan adalah pekerjaan berat. Membaca Alkitab secara sekilas atau sambil lalu kadang menghasilkan kesimpulan yang sama sekali keliru mengenai apa yang Allah maksudkan. Karena itu, sangatlah penting untuk mengerti beberapa prinsip mengenai bagaimana menentukan arti yang sebenarnya dari Kitab Suci.

Yang pertama, kita harus rajin berdoa dan minta agar Roh Kudus memberikita pengertian, bukan saja sewaktu kita membaca Alkitab, tetapi selama kita hidup di dunia. Melalui Yohanes 16, Yesus berbicara mengenai Roh Kudus dan mengatakan bahwa ketika Ia datang (Roh Kudus datang pada hari Pentakosta, Kisah Rasul 2), Dia akan menuntun mereka ke dalam kebenaran. Sebagaimana Roh Kudus menuntun para rasul dalam menulis Perjanjian Baru, Dia juga membimbing kita untuk mengerti isi Alkitab. Kita harus ingat bahwa Alkitab itu milik Allah dan kita perlu bertanya kepada-Nya apa artinya untuk hidup kita.

“Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.” Yohanes 16: 13

Yang kedua, kita tidak boleh memisahkan satu ayat Alkitab dari ayat-ayat sekitarnya dan menganggap bahwa arti dari ayat itu tidak tergantung pada ayat-ayat lain. Kita perlu selalu membaca ayat-ayat dalam konteks yang benar dan mengenali tujuan penulisan dari ayat-ayat tersebut. Alkitab memang berasal dari Allah (2 Timotius 3:16; 2 Petrus 1:21), namun Allah menggunakan manusia untuk menuliskannya. Orang-orang ini memiliki tema tertentu dalam pikiran mereka, tujuan penulisan, dan hal-hal tertentu yang mereka ingin bicarakan. Karena itu, kita harus membaca latar belakang dari ayat Alkitab yang kita pelajari supaya kita mengetahui siapa yang menuliskan kitab itu, untuk siapa kitab itu ditulis, kapan ditulis dan mengapa itu ditulis. Jika tidak demikian, kita akan terjebak dalam kekeliruan di mana kita menaruh pengertian kita sendiri di atas Firman Tuhan, supaya kita bisa menafsirkannya sesuai dengan keinginan kita.

Yang ketiga, jangan coba mempelajari Alkitab tanpa mempedulikan orang lain. Adalah kesombongan kalau kita beranggapan bahwa kita tidak akan belajar apa-apa melalui karya seumur hidup dari orang-orang lain yang telah mempelajari Alkitab secara mendalam. Memang banyak orang, secara keliru, sengaja berusaha memahami Alkitab dengan usaha sendiri, dengan asumsi bahwa mereka bisa bergantung semata-mata pada Roh Kudus dan karenanya bisa menemukan kebenaran Kitab Suci yang tersembunyi. Mereka tidak mau belajar dari penjelasan tokoh-tokoh dan guru-guru teologi Kristen, yang mungkin dianggap berbeda dengan pandangan mereka sendiri.

Kita tentu tahu bahwa Kristus, ketika memberikan Roh Kudus, telah memberikan orang-orang talenta dan karunia rohani sebagai bagian dari tubuh Kristus. Salah satu dari karunia rohani ini adalah karunia untuk mengajar (Efesus 4:11-12; 1 Korintus 12:28). Para pengajar ini diberikan Allah untuk menolong kita mengerti Firman Tuhan secara benar dan menaati Kitab Suci. Selain itu, mempelajari Alkitab bersama dengan orang-orang percaya lainnya selalu merupakan hal yang bijaksana, karena mereka bisa saling membantu dalam pengertian dan penerapan kebenaran Firman Tuhan.

Hari ini, pertanyaan kepada kita yaitu apakah kita mau hidup dengan selalu belajar dari Firman Tuhan. Segala pengalaman hidup terjadi dengan sekehendak Tuhan dan semua itu bukan tidak ada artinya. Sungguh sayang jika pengalaman kita tidak membuat kita makin bijaksana, bertambah dalam kasih, dan makin menaati firman Tuhan. Dapat disesalkan jika pengalaman kita justru membuat kita makin jauh dari Tuhan dan sesama kita karena kekeliruan kita dalam mengartikannya. Biarlah kita mau belajar dari Alktab dengan cara yang benar!

“Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” Mazmur 119: 105

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s