Tuhan memberi kita kemampuan untuk bertanggung jawab

Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. 1 Korintus 10: 31

Membaca ayat di atas, saya sering diingatkan bahwa hidup kita sebagai orang percaya adalah untuk kemuliaan Tuhan. Itu adalah tujuan Allah menciptakan seisi alam semesta, tetapi bukanlah hal yang mudah dilakukan. Mengapa begitu? Sering kali kita melakukan suatu perbuatan hanya untuk kenyamanan dan kemuliaan kita sendiri. Makan minum pun adalah salah satu yang kita lakukan sebagai sesuatu yang bisa dinikmati untuk kepuasan diri kita.

Jika Tuhan ingin untuk kita melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan-Nya, mengapa Ia tidak menciptakan manusia sebagai suatu makhluk yang selalu bisa dan mau memuliakan-Nya? Mengapa, seperti yang ditulis rasul Paulus di atas, kita harus mau mengambil keputusan setiap hari untuk memuliakan Tuhan dalam setiap segi kehidupan kita? Dalam hal ini, pembedaan antara Tuhan sebagai penyebab utama kehidupan bisa digunakan untuk menjelaskan kemampuan dan tanggung jawab manusia, yang diberikan oleh Pencipta mereka, Tuhan.

Ketika saya makan sarapan pagi, bukan Tuhan yang perlu memakan sarapan saya. Jika saya merasakan rasa nasi goreng yang lezat itu, bukanlah Tuhan yang merasakannya. Dengan kemampuan indera yang datang dari Tuhan, saya, bisa merasakan lezat atau tidaknya makanan dan minuman. Saya, dengan kebijaksanaan saya bisa mengerti apakan perbuatan saya akan memuliakan Tuhan. Tuhan menopang saya dengan Roh-Nya dalam keberadaan saya dan melestarikan kekuatan saya dengan masukan baru dari kekuatannya, dan dengan itu saya bisa bersyukur atas berkat-Nya dan makan sarapan dengan keputusan saya. Begitu juga dalam melakukan berbagai tindakan dalam hidup, Tuhan yang memberi kemampuan dan kita yang menggunakannya.

Bahwa saya seriap hari perlu sarapan, dan melakukan hal-hal yang lain, itu sudah ditetapkan Tuhan dari awalnya. Tuhan menetapkan apa yang telah Dia ciptakan sesuai keinginan-Nya. Selain menciptakan dan melestarikan, ia juga mengatur ciptaan-Nya untuk tujuan-tujuan-Nya. Artinya, semua ciptaan-Nya berguna, memiliki hidup yang bertujuan baik. Hanya saja, sebagian manusia tidak menyadari bahwa mereka harus berani mengambil keputusan untuk memilih apa yang baik, yang bisa memuliakan Tuhan. Sebagian manusia yang lain, merasa bahwa Tuhanlah yang sudah menentukan dari awalnya apakah dalam hidup mereka bisa atau tidak memuliakan Tuhan.

Memang ada dua kesalahan yang harus dihindari, kesalahan pertama adalah ajaran bahwa segala sesuatu terjadi secara kebetulan. Kesalahan kedua adalah ajaran bahwa segala hal terjadi karena kepastian yang buta atau takdir. Karena Allah mengendalikan alam semesta ini, tidak ada tempat bagi hal yang disebut kebetulan dalam hidup manusia, dan karena Allah mengendalikan alam semesta ini, juga tidak ada tempat bagi hal yang disebut takdir untuk hidup manusia. Yang ada adalah kesempatan dan kemampuan manusia untuk memuliakan-Nya yang datang dari Tuhan.

Dalam pengaturan alam semesta, dengan pemeliharaan yang sama, Tuhan membuat semua makhluk hidup untuk bisa merasa lapar. Jadi, dalam hal makan, tindakan serangga berbeda dari tindakan burung, ternak atau manusia, tetapi masing-masing memiliki sifat yang berbeda yang “diperkenan” oleh Tuhan, yang memerintahkan semuanya agar hidup seperti seharusnya. Begitu juga, dalam hal rohani, Tuhan sudah menentukan dari awalnya apa yang baik dan apa yang jahat. Sampai sekarang, Allah secara aktif mengatur semua ciptaan-Nya untuk bisa dan bebas “mengerjakan segala sesuatu menurut kehendak-Nya” (Efesus 1:11). Jika Adam dan Hawa kemudian memilih apa yang jahat, itu adalah keputusan mereka sendiri yang ingin untuk mencari kemuliaan bagi diri mereka sendiri.

Pagi ini, ayat di atas mengingatkan kita bahwa Tuhanlah yang menetapkan segala sesuatu untuk berfungsi dan bekerja untuk kemuliaan-Nya. Dengan demikian, setiap manusa seharusnya sadar bahwa Tuhan adalah sumber kehidupan dan sepenuhnya berdaulat atas segala sesuatu. Walaupun demikian, adalah tanggung jawab kita untuk memakai hidup kita agar kehendak Tuhan atas diri kita boleh kita terjadi. Hidup kita bukanlah milik kita, tetapi milik Kristus, karena itu kita sepenuhnya bertanggung jawab untuk memakainya agar kebesaran, kemulian, serta kasih-Nya disadari oleh seisi dunia.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s