Mengapa Tuhan membiarkan umat-Nya menderita?

Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini. Yesaya 45: 6-7

Jika kita membaca berita dalam surat kabar atau dari media eletronik, pastilah kita bisa melihat bahwa setiap hari selalu ada saja kabar buruk yang terjadi di dunia. Tidak hanya berita tentang adanya kekacauan di bidang sosial, ekonomi dan politik di berbagai tempat, tetapi juga adanya penderitaan yang dialami manusia karena adanya kelaparan, penyakit, penganiayaan, kejahatan, perang atau kecelakaan. Apalagi, ada kejadian-kejadian dimana sejumlah besar manusia yang nampaknya tidak bersalah, menemui kematian pada waktu yang bersamaan akibat suatu bencana, seperti jatuhnya sebuah bom di kompleks perumahan Ukraina.

Memang sebagian manusia mungkin hanya memikirkan penderitaan orang lain secara sepintas lalu saja. Selama hal-hal itu tidak menyangkut hidup mereka atau hidup sanak saudara, mereka tidak merasa terbebani. Tetapi, kebanyakan manusia tentu bisa merasakan kesedihan yang dialami orang lain dan menerima kenyataan bahwa selama hidup di dunia memang penderitaan bisa datang silih berganti.

Apakah Tuhan itu benar ada dan tetap mengatur seisi jagad-raya? Jika Tuhan itu mahakuasa, mahatahu dan mahakasih, adakah yang Ia lakukan ketika Ia melihat bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada diri umat manusia? Inilah pertanyaan yang sulit dijawab manusia jika mereka membaca ayat di atas. Dimanakah Tuhan ketika malapetaka terjadi di dunia? Sedihkah Tuhan jika umat-Nya terkena bencana?

Bagi orang Kristen hal ini adalah pertanyaan yang masih sering timbul. Bahkan adanya bencana dan malapetaka seringkali membuat hati menjadi kecil karena nampaknya malapetaka bisa terjadi pada siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Itu karena Tuhan yang “menjadikan nasib mujur dan nasib malang”. Ini adalah serupa dengan pandangan fatalisme: bahwa segala sesuatu, apa yang baik dan yang jahat, diciptakan oleh Tuhan. Sebaliknya, apa yang bisa kita pastikan adalah segala sesuatu yang baik dan yang sempurna diciptakan oleh Tuhan (Yakobus 1: 17).

Sebelum kita bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, kita harus menyadari bahwa karena bumi ini sudah jatuh kedalam dosa, hidup semua makhluk tidak lagi dapat memperoleh ketenteraman. Karena dunia ini adalah dunia yang tidak sempurna, manusia secara perorangan atau kolektif, bisa membuat kesalahan yang bisa mencelakakan orang lain atau dirinya sendiri. Dalam hal ini, kita harus ingat bahwa iblis dengan segala usahanya juga berusaha menghancurkan kehidupan manusia.

Satu hal lain yang harus kita sadari ialah sifat Tuhan yang mahakasih tentulah bertentangan dengan pandangan sebagian agama atau pendapat beberapa pemuka agama, bahwa Dialah satu-satunya yang menyebabkan munculnya malapetaka. Dalam Yohanes 3:16 kita tahu bahwa karena Tuhan mencintai seisi dunia, Ia sudah memberikan jalan keselamatan melalui Yesus Kristus. Dengan kasih yang sedemikian besarnya, tidaklah mungkin bahwa Tuhan bermaksud membiarkan orang-orang atau bangsa-bangsa tertentu untuk menderita jika tidak ada sebabnya. Tuhan bukan pencipta kejahatan.

Konteks Yesaya 45: 6-7 adalah Allah memberi upah kepada Israel karena ketaatan dan menghukum Israel karena ketidaktaatan. Tuhan mencurahkan keselamatan dan berkat kepada orang-orang yang Dia kasihi. Tuhan membawa penghakiman atas mereka yang terus memberontak melawan Dia. “Celakalah orang yang berbantah dengan Pembentuknya; dia tidak lain dari beling periuk saja!” (Yesaya 45:9). Itulah orang yang kepadanya Tuhan membawa “kejahatan” dan “bencana.” Jadi, bukannya mengatakan bahwa secara umum Tuhan menciptakan “apa yang jahat” untuk umat manusia. Yesaya 45:7 menyajikan tema umum dari Kitab Suci – bahwa Tuhan membawa bencana bagi mereka yang terus memberontak melawan-Nya. Selain itu, Tuhan juga memberi peringatan kepada umat-Nya yang mundur dari-Nya.

Dalam Alkitab, pengaalaman buruk umat Alah bisa digambarkan oleh Ayub. Ayub pernah mengalami pengalaman yang sangat buruk dan karena itu merasa bahwa itu adalah hukuman baginya Ia merasa bahwa Tuhan sudah memusuhinya. Ini adalah kekeliruannya. Tuhan tidak memusuhi umat-Nya.

Berapa besar kesalahan dan dosaku? Beritahukanlah kepadaku pelanggaran dan dosaku itu.Mengapa Engkau menyembunyikan wajah-Mu, dan menganggap aku sebagai musuh-Mu? Ayub 13; 23-24

Pagi ini, jika kita mendengar adanya sebuah malapetaka, hati kita mungkin bertanya-tanya mengapa Tuhan seakan berdiam diri. Apakah Tuhan benar-benar mahakasih, maha adil dan mahakuasa? Ayat diatas menunjukkan bahwa  keputusan-Nya akan terjadi dan segala kehendak-Nya akan terlaksana. Apa-pun yang terjadi adalah dengan sepengetahuan-Nya.

Dalam keadaan yang tidak baik, bagi umat Kristen seharusnya tetap sadar bahwa satu-satunya pegangan hidup adalah kasih Tuhan yang sudah mengurbankan Anak-Nya yang tunggal untuk menebus dosa manusia. Karena sedemikian besar kasih Tuhan kepada manusia, Ia sebenarnya tidak menginginkan adanya bencana apa pun pada diri manusia. Walaupun begitu, karena dosa yang diperbuat manusia, Tuhan bisa memungkinkan terjadinya hal-hal yang menyedihkan sebagai peringatan dan hukuman. Selain itu, dalam berbagai penderitaan, kuasa Tuhan bisa terasa dan membuat manusia mau tunduk dan berserah kepada-Nya. Tuhan ingin agar umat-Nya bisa sepenuhnya bergantung kepada kasih-Nya.

Kita sering kali tidak mengerti mengapa Ia mengambil keputusan tertentu atau membiarkan hal-hal yang buruk terjadi di dunia. Tetapi, satu hal yang kita mengerti adalah hidup di dunia ini hanyalah sebagian kecil dari hidup manusia. Orang mungkin hidup di dunia untuk 70-80 tahun dan dalam jangka waktu yang relatif singkat itu berbagai kesukaran dan penderitaan bisa muncul (Mazmur 90: 10). Tetapi apa yang datang sesudah hidup di dunia adalah yang lebih penting; masa yang abadi dimana kita sudah menerima garansi untuk bisa menikmati kebahagiaan yang penuh dengan Tuhan. Hidup yang singkat di dunia, dengan demikian bisa kita gunakan untuk mempersiapkan diri untuk hidup bersama Allah, dan untuk menolong mereka yang menderita, agar mereka bisa mengenal Tuhan yang mahakasih seperti kita. Biarlah nama Tuhan dipermuliakan segala bangsa dalam segala keadaan!

“Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku, yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan” Yesaya 46: 9  – 10

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s