Bahaya perhambaan dalam penerapan doktrin

“Memang ada desakan dari saudara-saudara palsu yang menyusup masuk, yaitu mereka yang menyelundup ke dalam untuk menghadang kebebasan kita yang kita miliki di dalam Kristus Yesus, supaya dengan jalan itu mereka dapat memperhambakan kita. Tetapi sesaatpun kami tidak mau mundur dan tunduk kepada mereka, agar kebenaran Injil dapat tinggal tetap pada kamu.” Galatia 2: 4 – 5

Di zaman ini, masalah perbedaan doktrin masih sering menimbulkan ketegangan di antara umat Kristen. Karena tugas utama umat Kristen adalah mengabarkan injil, banyak orang Kristen dengan semangat yang menggebu-gebu ingin agar orang lain juga bisa diselamatkan. Oleh sebab itu, sering terlihat di berbagai media adanya berbagai pidato, tulisan dan rekaman yang bernada keras dan menyerang orang yang berbeda teologinya.

Mengapa untuk Alkitab yang sama ada begitu banyak teologi yang berbeda? Itulah karena manusia adalah makhluk yang istimewa! Dalam segi yang baik maupun yang buruk, manusia adalah makhluk yang unik. Manusia diciptakan sebagai peta dan teladan Allah dan karena itu mempunyai kemampuan yang berbeda dari makhluk-makhluk yang lain. Manusia memiliki pikiran, perasaan dan perhatian yang jauh lebih tinggi dari makhluk yang lain. Jika makhluk lain bergantung pada naluri, manusia menggunakan akal budinya untuk menilai keadaan dan orang di sekitarnya. Tiap manusia bisa mempunyai pengertian dan perasaan yang berlainan terhadap hal yang sama.Walaupun demikian, masalah akan timbul jika ada orang-orang tertentu yang bersikeras bahwa pengertian yang dimilikinya adalah satu-satunya yang benar dan harus diikuti oleh orang lain.

Masalah serupa diungkapkan Paulus pada suratnya kepada jemaat di Galatia, Dalam ayat di atas ia memperingatkan bahwa dalam gereja ada orang-orang yang menyelundup ke dalam untuk menghadang kebebasan jemaat dalam bersekutu di dalam Kristus Yesus. Paulus menegaskan bahwa “saudara-saudara palsu” itu berusaha untuk memperhamba jemaat. Siapa saudara-saudara palsu ini tidak diketahui dengan pasti. Juga tidak diketahui apakah Paulus mengacu pada mereka yang berada di Yerusalem atau mereka yang berada di Antiokhia. Kemungkinan besar dia merujuk pada orang-orang Kristen yang melakukan Yudaisasi, atau orang-orang yang mengaku sebagai orang Kristen dan telah berpindah agama dari Yudaisme.

Apakah “saudara-saudara palsu” itu benar-benar penyesat dan munafik, atau apakah mereka kurang mendalami hal kekristenan, dan begitu keras kepala, bersikap otoriter, meskipun mereka sebenarnya orang beriman, tidaklah mudah untuk dipastikan. Namun, jelas bahwa mereka menentang rasul Paulus. Mereka menganggap Paulus telah mengajarkan doktrin yang berbahaya, dan mengklaim memiliki pandangan yang lebih benar yang berdasarkan prinsip-prinsip Yudaisme. Mereka ingin menjadi pemimpin yang terpandang dalam gereja.

Jelas di sini bahwa Paulus memberikan alasan untuk apa yang telah dia lakukan, yaitu untuk melawan pengaruh “saudara palsu” dalam kasus tersebut. Ini diungkapkan dalam pernyataannya bahwa dia tidak setuju atas penyunatan Titus, dan bahwa dia bermaksud menolak itu untuk melawan pengaruh mereka dan untuk mengalahkan rencana mereka. Dengan demikian Paulus dapat mengamankan ajaran para rasul terkemuka lainnya, dan secara efektif mencegah semua upaya saudara-saudara palsu untuk memaksakan ritus-ritus Yahudi pada orang-orang non-Yahudi yang bertobat.

Mungkin Paulus merujuk pada kejadian di Yerusalem, dan bahwa saudara-saudara palsu ini telah diperkenalkan dari Antiokhia atau tempat lain di mana Paulus telah berkhotbah, atau bahwa mereka adalah orang-orang yang telah diperkenalkan oleh musuh-musuhnya untuk menuntut agar Titus disunat, dengan alasan yang masuk akal bahwa hukum Musa mengharuskannya. Mereka menuntut agar penyutatan Titus ini harus diterapkan pada orang-orang non-Yahudi yang bertobat. Jika Paulus dipaksa untuk tunduk pada ini dan menyerah atas tuntutan mereka, itu akan membuktikan bahwa hukum Musa harus diterapkan pada orang-orang non-Yahudi yang bertobat. Inilah alasan mengapa Paulus sangat menentangnya. Memang penerapan doktrin yang salah bisa membuat mereka yang mengajarkannya seolah menjadi “wakil-wakil” Allah yang berotoritas, yang menuntut ketundukan orang lain kepada mereka dan bukannya kepada firman Tuhan.

Pada zaman ini kita masih bisa menemukan “saudara-saudara palsu” seperti yang ditemui Paulus. Mereka yang memimpin umat dengan otoritas yang berasal dari pengaruh, pandangan dan pengertain mereka, Mereka memandang bahwa satu-satunya kebenaran adalah seperti apa yang mereka mengerti. Mereka sudah menganggap bahwa apa yang mereka ajarkan adalah apa yang benar dan sempurna, dan dengan itu menjadikan orang lain mau untuk menjadi hamba dari apa yang mereka percayai. Pada pihak yang lain, ada pemimpin kelompok yang memperhamba pengikutnya dengan cara yang membuat mereka takut untuk meninggalkan kelompok itu.

Pagi ini, seperti Paulus kita harus berani menyatakan bahwa dalam Kristus ada kemerdekaan dari pengertian manusiawi. Seperti Paulus kita harus yakin bahwa kita sudah dimerdekakan dari pengaruh dosa dan manusia, dan menjadi pelayan-pelayan Allah yang merdeka dalam darah Yesus. Kita tidak boleh tunduk kepada mereka yang menambahkan berbagai syarat buatan manusia untuk menjadi orang Kristen yang benar. Kita tidak boleh terpengaruh oleh mereka yang ingin mempengaruhi iman kita melalui berbagai ajaran yang bertujuan meninggikan status dan teologi mereka di mata umat Kristen dan bukannya untuk memuliakan Tuhan.

“Tetapi sesaatpun kami tidak mau mundur dan tunduk kepada mereka, agar kebenaran Injil dapat tinggal tetap pada kamu.” Galatia 2: 5

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s