Kedaulatan Tuhan dan kebebasan manusia

Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: ”Pencobaan ini datang dari Allah!” Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.” Yakobus 1: 13-14

Jika Tuhan adalah penyebab utama dari segala sesuatu yang terjadi, apakah Tuhan bertanggung jawab atas dosa kita? Apa hubungan misterius antara kedaulatan Allah dan dosa manusia? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini secara tepat, kita harus memeriksa kondisi manusia dan bagaimana manusia bekerja di luar kasih karunia Allah.

Reformator John Calvin menulis: “Saya yakin [bahwa] pencuri dan pembunuh dan pelaku kejahatan lainnya adalah alat pemeliharaan ilahi, dan Tuhan sendiri menggunakan ini untuk melaksanakan penghakiman yang telah Dia tentukan. Namun saya menyangkal bahwa mereka dapat memperoleh dari alasan apa pun untuk perbuatan jahat mereka. Karena masalah dan kesalahan kejahatan ada pada orang jahat, apa alasan untuk berpikir bahwa Tuhan harus membuat kekotoran dalam pikiran mereka yang bisa memyebabkan mereka berdosa?”

Sementara Tuhan mengendalikan dan menahan keberdosaan manusia, Dia tidak bertanggung jawab atas tindakan orang jahat. Pemerintahannya yang berdaulat atas segala sesuatu dipertahankan, tetapi Dia tidak bertanggung jawab atas dosa – manusialah yang jatuh dan bertanggung jawab atas tindakan mereka. Kita diberkati dengan kebebasan untuk bertindak sesuai dengan sifat kita. Karena kodrat kita telah jatuh, rusak, dan berdosa, terlepas dari kasih karunia Allah, kita secara bebas bisa berbuat dosa. Ketika Tuhan mengeraskan hati orang-orang seperti Firaun, Dia tidak memaksa mereka untuk bertindak bertentangan dengan apa pun di dalam diri mereka sendiri. Manusia akan terus berbuat dosa dengan bebas selama Allah mengizinkannya.

Tuhan menggunakan orang-orang jahat untuk tujuan-Nya, ini terlihat jelas dalam kisah Yusuf ketika saudara-saudaranya menjual dia sebagai budak. Jusuf memberi tahu saudara-saudaranya kemudian bahwa apa yang mereka maksudkan untuk kejahatan, Tuhan dimaksudkan untuk kebaikan. Yusuf mengerti bahwa tangan Tuhan yang mengarahkan keadaannya, bukan saudara-saudaranya: “Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah” (Kejadian 45: 8). Allah mengizinkan adanya dosa untuk mewujudkan kehendak-Nya yang berdaulat.

Manusia yang jatuh adalah daging. Dalam daging, dia tidak dapat melakukan apa pun untuk menyenangkan Tuhan.

Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.” Roma 8: 7-8

Karena kebejatan kita, tanpa kasih karunia Tuhan, kita hanya bertindak dalam pemberontakan dan karena itu harus bertanggung jawab atas dosa-dosa kita. Walaupun begitu, Tuhan itu baik dan tidak bisa berbuat jahat. Allah mengizinkan kejahatan untuk mengerjakan segala sesuatu bersama-sama untuk kebaikan.

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Roma 8: 28

Mungkin kita bertanya, “Siapakah mereka yang ‘berada dalam daging’?” Paulus selanjutnya menyatakan: “Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu” (Roma 8: 9). Kata penting di sini adalah jika. Apa yang membedakan mereka yang ada dalam daging dari mereka yang tidak adalah berdiamnya Roh Kudus.

Tidak ada orang yang tidak dilahirkan kembali yang didiami oleh Allah Roh Kudus. Orang-orang yang ada di dalam daging belum dilahirkan kembali. Kecuali mereka dilahirkan kembali lebih dulu, dilahirkan dari Roh Kudus, mereka tidak dapat tunduk pada hukum Tuhan. Mereka tidak bisa menyenangkan Tuhan, kecuali jika mereka mau berpaling dari dosa dan mau menerima bimbingan Roh Kudus selama hidup.

Mereka yang sudah lahir baru masih bisa berbuat dosa, tetapi bukan hamba dosa. Mereka adalah hamba Allah. Mereka mempunyai Roh Kudus, tetapi masih bisa mendukakan Roh Kudus karena adanya kebebasan yang mereka punyai.

“Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.” Efesus 4: 30-31

Hari ini, kita dapat menyimpulkan bahwa manusia yang jatuh masih bebas untuk memilih apa yang dia inginkan, tetapi karena keinginannya hanya jahat, dia tidak memiliki kemampuan moral untuk datang kepada Kristus. Selama dia tinggal di dalam daging, tidak dilahirkan kembali, dia tidak akan pernah memilih Kristus. Dia tidak dapat memilih Kristus dengan tepat karena dia tidak dapat bertindak melawan kehendak jahatnya sendiri. Dia tidak memiliki keinginan dan kemampuan untuk membuang segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, fitnah dan segala kejahatan. Sungguh luar biasa bahwa hanya kasih karunia Tuhan yang bekerja di dalam hatinya yang dapat membawanya kepada iman dan pembaharuan cara hidup. Dengan adanya Roh Kudus, ia akan dapat membuang apa yang jahat dan memilih apa yang baik, yang berkenan kepada Allah.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s