“Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.” Lukas 12: 6 – 7

Ayat di atas adalah ayat yang cukup terkenal dan sering dikhotbahkan untuk menunjukkan bahwa Tuhan mengatur alam semesta dan juga hidup manusia sampai ke detail yang sekecil-kecilnya. Tuhan agaknya menghitung jumlah rambut kita satu persatu dan tidak membiarkan sehelai rambut pun rontok tanpa seizinNya. Tuhan dengan demikian membuat segala sesuatu berjalan persis seperti apa yang dikehendaki-Nya. Pengertian determinisme yang sedemikian biasanya cenderung mengarah ke pandangan bahwa Tuhan, baik secara langsung maupun tidak langsung, adalah pencipta dan penyebab terjadinya segala sesuatu, termasuk apa yang baik dan jahat. Kuasa Tuhan yang absolut membuat manusia hanya bisa melakukan apa yang ditentukan-Nya dan bahkan bertanggung jawab atas hidup yang sudah ditentukan Tuhan dari awalnya.
Sekalipun secara literal bunyi ayat itu menggaris-bawahi kedaulatan Tuhan yang mutlak, banyak penafsir Alkitab yang menyatakan bahwa Yesus dalam ayat itu memakai sebuah kiasan (metafor) untuk menyatakan bahwa Tuhan adalah mahatahu dan mahakuasa. Dalam hal ini, Tuhan tidak perlu untuk menghitung jumlah rambut kita setiap detik, tetapi Ia yang mahatahu selalu bisa mengarahkan jalan kehidupan manusia yang bebas tetapi terarah pada rencana Tuhan. Sekalipun pekerjaan Tuhan bukan menghitung rambut manusia, tetapi Ia tahu keadaan setiap insan dan selalu bisa mengatasinya.
Perlu diketahui, selama pelayanan-Nya di bumi, Yesus Kristus menggunakan frasa “rambut” secara harfiah dan metaforis, dua cara yang berbeda tetapi terhubung. Secara harfiah, Dia berbicara tentang pengetahuan ilahi dengan detail yang tepat. Tuhan dapat dan melakukan hal yang mustahil secara manusiawi, sepanjang waktu. Itulah yang dilakukan dan akan dilakukan oleh Allah Tritunggal untuk selama-lamanya.
“Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya.” Matius 10:30.
Secara kiasan, Yesus berbicara tentang keselamatan. Hanya Tuhanlah Juruselamat, Penyelamat, Pelindung, Penjaga, dan Pembebas kita, sekarang dan selama-lamanya. Sekali lagi, itulah yang Dia lakukan dan akan lakukan selamanya.
“Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang.” Lukas 21:18
Seperti Yesus, Paulus juga menggunakan frasa ini secara metafora untuk mengartikan “keselamatan.”
“Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorang pun di antara kamu akan kehilangan sehelai pun dari rambut kepalanya.” Kisah Para Rasul 27:34
Dengan demikian, sekalipun secara literal bunyi ayat pembukaan di atas menggarisbawahi kedaulatan Tuhan yang mutlak, banyak penafsir Alkitab yang menyatakan bahwa Yesus dalam ayat itu memakai sebuah kiasan untuk menyatakan bahwa Tuhan adalah mahatahu dan mahakuasa. Dalam hal ini, Tuhan tidak perlu untuk menghitung jumlah rambut kita setiap detik, tetapi Ia yang mahatahu selalu bisa memegang kemudi jalan kehidupan manusia.
Bagaimana dengan kita sendiri, jika kita melihat sesuatu terjadi di luar dugaan atau rencana kita? Karena kita bukan Tuhan, sudah tentu reaksi kita akan berbeda dengan reaksi-Nya. Kita mungkin heran, kaget, kuatir atau takut. Jika itu menyangkut masa depan dan rencana kita, mungkin saja kita merasa sedih, depresi, kuatir ataupun putus asa. Adalah wajar bahwa sebagai manusia kita menyadari bahwa kemampuan kita terbatas dan karena itu kita bisa kehilangan harapan. Tetapi Tuhan bukan manusia. Ia bisa mengatasi semua persoalan dan bahkan tahu persoalan apa yang akan timbul sebelum itu terjadi.
Ayat di atas meyakinkan kita bahwa tidak ada hal yang terlalu kecil untuk diabaikan Tuhan, dan tidak ada hal yang terlalu besar untuk bisa diatasi-Nya. Tuhan mahatahu tidak mungkin untuk tidak melihat masalah apa pun yang terjadi di dunia dan Ia tahu bagaimana hal yang kecil bisa berkembang menjadi besar. Tuhan yang mahakuasa tentunya mampu untuk mengatasi masalah apa pun pada waktu yang tepat. Tuhan pastilah bisa membuat apa saja untuk menjadi kebaikan untuk umat-Nya sehingga semua orang bisa memuliakan Dia yang mahakuasa.
Dalam kenyataannya, manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa sudah tentu tidak bisa hidup sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan. Setelah diusir dari taman Firdaus, manusia secara bebas melakukan berbagai kejahatan dan penyelewengan yang pada akhirnya akan membawa kematian. Walaupun demikian, Tuhan yang mahakuasa tidak akan terkejut melihat apa yang terjadi, karena Ia yang memegang kemudi dan sanggup mengatur segalanya sehingga pada akhirnya kehendak-Nya yang terjadi. Itulah sebabnya Ia membeti kesempatan dan kesempatan bagi mereka yang percaya kepada-Nya untuk bertobat. Pujilah Tuhan selama-lamanya!