Kesalehan tidak identik dengan kemunafikan

“Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” 1 Petrus 1: 14 – 16

Salah satu julukan yang sering diberikan kepada orang Kristen adalah “orang yang sok suci”. Ucapan ini keluar dari mulut seseorang mungkin ketika ada orang Kristen yang menegur cara hidupnya. Bagi orang yang ditegur, adanya sesama manusia yang berani menegurnya seolah membawa kesan kurang ajar. Siapakah dia yang merasa hidupnya lebih suci dari orang lain? Jangan pura-pura suci! Orang munafik!

Sebenarnya, bukan saja orang non-kristen yang sering mengejek mereka yang ingin untuk hidup dalam kesalehan. Sebagian orang Kristen pun kurang suka membicarakan hal hidup suci karena adanya pandangan bahwa manusia tidak perlu berusaha keras untuk hidup saleh, asal saja mereka sudah tergolong orang pilihan Tuhan untuk diselamatkan. Masalahnya, dalam hal ini tidak ada seorang pun yang yakin 100% bahwa ia sudah dipilih Tuhan; dan selain itu, jika seseorang sudah dipilih, justru tantangan untuk hidup suci seharusnya makin besar – sebagai pengutaraan rasa syukurnya kepada karunia keselamatan dari Tuhan.

Memang semua orang di dunia adalah orang berdosa. Orang Kristen pun orang berdosa, tetapi karena penebusan Kristus dosanya sudah diampuni Tuhan. Orang yang sedemikian adalah orang yang merasa beruntung; dan dengan demikian, ia ingin untuk memuliakan Tuhan yang mahakasih dan hidup suci seperti apa yang dikehendaki-Nya. Ini bukan berarti bahwa orang itu tidak bisa berbuat dosa lagi, tetapi ia sadar bahwa dosa adalah hal yang tidak disenangi Tuhan yang mahasuci.

Bagi orang yang kurang mengerti, hidup suci atau hidup kudus adalah keadaan yang sempurna yang seharusnya terjadi setelah orang menjadi pengikut Yesus. Bukan begitu! Sebenarnya, apa yang terjadi ketika seseorang menjadi orang percaya adalah pembenaran (justification); ketika Tuhan menerima orang itu sebagaimana adanya, dan mengampuni dosa-dosanya. Sejak saat itu, orang yang benar-benar percaya akan berusaha dengan pertolongan Roh Kudus yang menginsafkan dan membimbing, untuk hidup dalam kesucian dengan pertolongan Tuhan (sanctification) sehingga ia mencapai kedewasaan dalam iman (maturity).

Kesempurnaan selama hidup di dunia itu tidak terjadi secara tiba-tiba seperti keajaiban. Hari demi hari pengikut Kristus tetap harus berjuang menghadapi tantangan dan godaan, dalam usaha mereka untuk menjadi suci seperti Kristus dibawah bimbingan Roh Kudus. Perjuangan ini hanya berakhir ketika pada akhir hidup, mereka berjumpa dengan Sang Juruselamat dan menerima kemuliaan dan kesucian yang sepenuhnya (glorification).

“Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.” 1 Yohanes 3: 2 – 3

Mereka yang benar-benar sudah diselamatkan pasti berubah hidupnya dan tidak mau untuk tetap hidup dalam dosa. Mereka bukanlah orang yang “sok suci”, tetapi orang yang benar-benar tahu apa dosa itu dan membencinya. Ia akan berusaha keras untuk melawan godaan dan pencobaan, sekalipun itu bukanlah hal yang mudah dilakukan di setiap saat.

“Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia.” 1 Yohanes 3: 6

Orang Kristen adalah orang yang sadar bahwa dirinya adalah lemah dan tidak dapat melawan godaan dosa. Itu sudah terlihat sejak kejatuhan Adam dan Hawa, dan Rasul Paulus pernah menyatakan hal itu dalam suratnya kepada jemaat di Roma.

“Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.” Roma 7: 19

Hal ini bukanlah alasan bagi kita untuk tidak mau berusaha mati-matian untuk hidup baik. Kita tahu bahwa sekalipun dosa tidak membawa maut kepada mereka yang diselamatkan, dosa akan membawa banyak kesusahan dan penderitaan bagi mereka yang tidak berhati-hati. Hidup dalam dosa juga merendahkan Tuhan yang mahakasih yang sudah mengurbankan Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus untuk ganti kita.

Hari ini, kita diingatkan bahwa cara hidup kita di dunia adalah pilihan kita, dan bukan apa yang sudah ditetapkan Tuhan. Jika kita sudah menerima keselamatan, perubahan hidup kita adalah sesuatu yang seharusnya bisa terlihat karena adanya kesadaran bahwa hidup suci adalah perintah Tuhan. Lebih dari itu, karena kita sudah diselamatkan semata-mata karena anugerah Tuhan, hidup suci juga untuk memuliakan nama-Nya. Sebagai manusia kita tidak dapat hidup suci dengan kekuatan kita sendiri. Biarlah Roh Kudus membimbing hidup kita hari demi hari, supaya hidup kita makin lama makin menyerupai hidup Kristus!

“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” 2 Korintus 5: 17

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s