“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Roma 12:1-2

Semua orang yang beragama apa pun tentunya tahu bahwa dosa adalah sesuatu yang harus dihindari. Secara umum mereka mengerti bahwa berbuat dosa adalah melakukan apa yang tidak baik dalam pandangan atau ajaran agama masing-masing. Jika mereka melakukan hal yang jahat, itu adalah dosa; sebaliknya jika mereka melakukan hal yang baik, itu membawa pahala. Walaupun demikian, banyak orang yang berpendapat bahwa asal tidak berbuat jahat, ia sudah termasuk orang yang baik.
Dalam banyak hal, apa yang baik dan yang buruk bagi manusia mana pun adalah serupa. Hal membunuh, mencuri, berbohong dan semacamnya biasanya juga diatur oleh hukum negara, dan karena itu orang berusaha untuk tidak melakukannya. Walaupun demikian, hukum negara biasanya tidak mengatur atau mengharuskan orang untuk berbuat baik. Karena itu, selama tidak ada hukum yang mengharuskan hal atau tindakan tertentu, orang bisa memilih apa yang akan dikerjakannya. Dalam hal ini, jika tidak ada insentif untuk berbuat baik, orang biasanya tidak mau repot untuk melakukannya.
Hal berbuat baik biasanya diatur oleh etika. Etika mengajarkan apa yang baik dan yang buruk dalam hidup bermasyarakat. Adanya etika adalah baik, tetapi tiap bangsa atau masyarakat mempunyai etika tersendiri sehingga apa yang dianggap baik di satu tempat, mungkin adalah sesuatu yang tidak baik di tempat lain. Etika biasanya tidak diatur hukum, sehingga perbuatan yang dianggap buruk tidaklah mengundang hukuman negara, sekalipun mungkin ada sanksi sosialnya.
Bagi orang Kristen, etika Kristen adalah prinsip baik-buruk yang dilandaskan pada Alkitab. Karena itu, etika Kristen seharusnya tidaklah bergantung pada tempat atau masa. Dalam kenyataannya, banyak orang Kristen yang mempunyai perbedaan etika karena mereka mempunyai pergumulan yang berbeda dalam hal penerapan firman Tuhan. Mereka mungkin sependapat dalam hal-hal yang buruk atau dosa, tetapi mungkin berbeda dalam usaha untuk melakukan apa yang baik bagi Tuhan dan sesama. Tambahan pula, ada orang Kristen yang berpikir bahwa setiap orang sudah ditetapkan Tuhan jalan hidupnya, dan itu tidak akan dipengaruhi oleh usahanya untuk berbuat baik. Bukankah apa yang dipandang baik oleh manusia adalah sampah bagi Tuhan?
Salahkah jika orang tidak melakukan hal yang baik? Benarkah bahwa di dunia ini tidak ada yang baik? Alkitab dalam ayat di atas menyatakan bahwa orang Kristen harus mau berbuat baik, karena hal yang baik itu ada. Dalam perumpamaan orang Samaria yang murah hati (Lukas 10: 30 – 37), baik imam maupun orang Lewi tidak mau menolong orang Samaria yang menjadi korban perampokan. Bagi mereka, menolong orang lain dan berbuat baik adalah sebuah pilihan dan bukan keharusan. Mereka tidak merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada orang Samaria itu. Dan pada zaman sekarang, banyak orang Kristen yang melakukan hal yang serupa: mereka menutup mata akan hal yang buruk dan tidak tertarik untuk berbuat baik.
Ayat diatas adalah apa yang seharusnya membuat kita sadar bahwa sebagai orang Kristen, kita harus memegang etika yang sejalan dengan Alkitab. Alkitab bukan hanya menyatakan bahwa perbuatan buruk adalah dosa, tetapi juga jelas menerangkan bahwa jika tidak melakukan apa yang baik untuk Tuhan dan sesama, kita juga berbuat dosa. Menjadi orang Kristen bukan saja aktif dalam arti menghindari dosa, tetapi juga aktif dalam berbuat baik tanpa mengharapkan pahala!
Paulus menasihatkan jemaat di Roma, supaya mereka mempersembahkan tubuh mereka sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Paulus menyatakan bahwa hal itu adalah cara ibadah orang yang saleh. Orang Kristen tidak boleh menjadi serupa dengan dunia ini, yang sering mengikut arus dosa, tetapi harus berubah dan mengubah melalui bimbingan Roh Kudus. Mereka harus tahu dan bisa membedakan apa yang baik dari apa yang tidak baik. Baik dan jahat adalah seperti terang dan gelap, dan tidak ada sesuatu di antaranya yang bisa dipilih.
Ayat ini sangat jelas bunyinya, dan mungkin memang dimaksudkan demikian akar tidak ada orang yang bisa membantahnya. Paulus memang sering memberikan penjelasan tentang apa artinya bagi seorang Kristen untuk tidak menjadi serupa dengan orang yang bukan Kristen. Saat ini, kita bisa melihat bahwa banyak cara hidup sudah dianggap”normal”, seperti arogan, mementingkan diri sendiri, dan tidak setia. Banyak orang Kristen yang tidak mau atau tidak berani melawan ketidakadilan, pelecehan, penyelewengan dan kejahatan yang lain. Bagi mereka, ketidakpedulian akan apa yang jahat adalah cara hidup yang paling aman setelah menerima keselamatan dari Tuhan.
Dalm kenyataannya, adalah terlalu mudah bagi umat Kristen untuk menanggapi ajaran Alkitab secara teologis tanpa benar-benar berusaha membuat perubahan apa pun. Kita mungkin menikmati merenungkan ide-ide besar, mempertimbangkan berbagai kemungkinan, menimbang maknanya. Tetapi jika yang kita lakukan hanyalah memikirkannya dan tidak pernah melaksanakannya, kita akan berbuat dosa. Ayat ini menambahkan kewajiban pada pengetahuan kita: kegagalan untuk bertindak, dengan sendirinya, adalah suatu tindakan. Tidak berbuat baik adalah suatu perbuatan yang buruk. Kita tidak hanya diperintahkan untuk menghindari kejahatan, semua orang percaya diwajibkan secara moral untuk melakukan apa yang kita ketahui sebagai hal yang baik dan dikehendaki Tuhan di mana pun mereka berada.
“Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.” Yakobus 4: 17