Apa yang anda kerjakan setelah menjadi budak Tuhan?

“Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.” Roma 6: 17-18

Tahukah Anda bahwa kata “hamba” muncul lebih dari 150 kali dalam Perjanjian Baru? Itu seharusnya tidak mengejutkan karena diperkirakan ada sekitar satu dari empat orang di Kekaisaran Romawi adalah budak, tetapi kata “budak” hanya muncul sekitar 10 kali. Mengapa? Para penerjemah tidak terlalu menyukai kata “budak” karena konotasi yang dibawa oleh kata tersebut. Mereka lebih menyukai kata “hamba” daripada “budak”.

Untuk beberapa alasan, kata Yunani “doulos” yang berarti “budak”, diterjemahkan (salah menerjemahkannya) menjadi “hamba”, sekalipun ada perbedaan besar antara menjadi budak dan menjadi hamba. Seorang hamba bekerja untuk tuannya dan kemudian pulang kerumahnya sendiri. Tuannya membayar hamba untuk pekerjaan mereka, tetapi seorang budak tidak dibayar. Budak tidak punya hak. Mereka bukan milik sendiri. Walaupun demikian, seorang budak sering kali menjadi bagian dari keluarga dan ia tidak perlu khawatir dari mana datangnya makanan, di mana mereka akan tidur di malam hari, dan tidak perlu memikirkan berapa harga sewa rumah atau biaya rumah tangga. Karena itu budak lebih dari hamba sebab mereka adalah bagian dari keluarga. Begitulah hubungan antara sebagian besar budak dan tuan di abad pertama.

Anda tidak akan berpikir bahwa tuan dari budak akan mencintai mereka sebagai salah satu dari mereka sendiri, tetapi memang, mereka adalah bagian dari keluarga. Salah satu contohnya adalah ketika seorang perwira Romawi mengirim seorang pria kepada Yesus untuk membantunya menyembuhkan hamba atau budaknya. Jelas bahwa budak disayangi tuannya lebih dari hamba mana pun, oleh karena itu menjadi budak Kristus adalah lebih baik dari sekedar menjadi hamba atau pelayan. Seorang hamba tidak benar-benar sadar akan sifat dan kehendak tuannya, lain halnya dengan budak yang selalu tinggal bersamanya. Budak lebih dari sekadar properti, tetapi, dalam banyak kasus, mereka dianggap sebagai bagian dari keluarga. Itulah alasan mengapa kita harus percaya bahwa kita adaah budak Kristus dan bukan sekadar hamba-Nya. Dia memiliki kita sepenuhnya!

Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. Roma 6: 22

Apa artinya menjadi hamba Kristus yang tinggal bersama Kristus seperti budak yang dulu tinggal atau hidup dengan tuannya? Artinya kita secara sadar menyerahkan kehendak kita kepada kehendak-Nya. Artinya kita tidak memiliki apa-apa kecuali apa yang telah diberikan-Nya kepada kita (1 Kor 4:7). Artinya kita adalah milik-Nya. Bukannya kita yang memilih Dia, tetapi Dia yang memilih kita. Budak berada pada kehendak pemilik dan tidak mengendalikan hidup mereka sendiri. Tetapi budak dengan sadar mau bekerja untuk tuannya.

Satu hal yang baik tentang menjadi budak Kristus adalah bahwa kita tidak lagi menjadi budak dosa atau perbudakan dosa karena sudah dibeli dengan darah Kristus. Bagaimanapun, kita telah mati dalam dosa-dosa kita, bahkan tanpa menyadarinya (Efesus 2:1-2). Inilah sebabnya mengapa kita harus mati untuk diri kita sendiri dan hidup untuk Kristus. Kita hidup untuk Dia karena kita dimiliki oleh-Nya dan apa pun yang Dia inginkan harus menjadi apa pun yang kita inginkan dan lakukan dengan kesadaran bahwa itu adalah baik adanya. Itu karena seorang budak mengenal tuannya lebih baik daripada seorang hamba atau pelayan dan ganjaran untuk seorang budak jauh lebih besar dari sekedar menjadi seorang pelayan.

Salah satu kesalahpahaman tentang hal menjadi budak Tuhan bisa terjadi karena adanya orang Kristen merasa menjadi milik Tuhan tanpa keharusan untuk hidup bagi kemuliaan Tuhan. Ini bisa terlihat orang-orang Kristen duniawi” yang percaya bahwa karena mereka aman selamanya, mereka dapat menjalani gaya hidup tidak bermoral apa pun yang mereka inginkan dan tetap diselamatkan.

Tapi itu adalah kesalahpahaman dari apa yang Alkitab ajarkan. Seseorang yang percaya bahwa dia dapat hidup dengan cara apa pun yang dia inginkan karena dia telah mengakui Kristus tidak menunjukkan iman yang menyelamatkan yang sejati (1 Yohanes 2:3-4). Ketika seseorang diselamatkan, Roh Kudus melepaskan dia dari perbudakan dosa, dan memberinya hati yang baru dan keinginan untuk mencari kekudusan. Oleh karena itu, seorang Kristen sejati akan selalu berhasrat untuk taat kepada Allah dan akan diinsafkan oleh Roh Kudus ketika ia berbuat dosa. Orang Kristen sejati tidak akan pernah “hidup semaunya” karena perilaku seperti itu tidak mungkin dilakukan oleh seseorang yang telah diberi natur baru sebagai budak Kristus (2 Korintus 5:17).

Hari ini kita diingatkan bahwa jika kita mau mengikut Yesus, kita sewajarnya memegang dan melaksanakan apa yang baik, yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita tidak boleh lupa bahwa sekalipun kita sudah dianggap sebagai anggota keluarga Tuhan, kita adalah budak-Nya yang harus melakukan apa yang disenangi-Nya. Tuhan kita adalah mahabaik dan mahasuci, karena itu kita harus berusaha untuk hidup baik dan hidup dalam kesucian. Diperlakukan sebagai anggota keluarga, kita sudah diberi pengertian akan apa yang baik dan apa yang buruk, dan karena itu harus melakukan apa yang baik. Tidak ada alasan bagi kita untuk membebaskan diri kita dari melaksanakan kehendak-Nya, sekalipun kita adalah orang-orang yang sudah dipilih-Nya.

“Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.” Yakobus 4:17

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s