Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia. 2 Timotius 2: 21

Apakah ada orang yang suci di dunia? Tentu saja tidak ada, sekalipun ada orang Kristen yang saleh. Orang Kristen yang saleh, yang mempunyai hubungan yang baik dengan Tuhan, bukanlah orang yang suci. Jadi apa yang dimaksud dengan orang yang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat? Orang yang sedemikian adalah orang yang sadar akan kehendak Tuhan yang dinyatakan dalam Alkitab agar umat-Nya menghidari hal-hal yang jahat. Mereka yang sudah mendapat Roh Kudus, seharusnya tidak mendukakan-Nya, tetapi mau mendengarkan suara-Nya yang mengingatkan mereka jika ada hal-hal yang jahat yang harus mereka hindari. Seperti itulah, kita tidak dapat memilih apa yang baik tanpa pertolongan Roh Kudus dan karena itu kita harus bersyukur karena Yesus tahu kelemahan kita.
Ayat di atas lebih lanjut menyatakan bahwa seseorang yang mau menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia. Sudah tentu nasihat Paulus ini ditujukan kepada rekannya yang jauh lebih muda,Timotius, dan oran-orang percaya lainnya; dan bukan untuk orang yang belum percaya. Orang yang belum lahir baru tidak akan tahu apa kehendak Tuhan yang sudah dinyatakan dan tidak mengenal apa yang dipandang baik oleh Tuhan. Mereka tidak tahu bagaimana mereka bisa menjauhkan diri apa yang jahat menurut mata Tuhan.
Suatu hal yang penting kita ingat adalah bahwa orang Kristen bukan dipilih oleh Tuhan karena mereka adalah orang yang suci atau orang yang baik, terapi karena Ia mempunyai rencana untuk masa depan mereka. Jika mereka mempunyai dosa sebesar dan seburuk bagaimanapun, Tuhan akan membersihkan mereka dari dosa mereka melalui darah Kristus jika mereka bertobat. Itu bukan berarti bahwa mereka bisa menjadi sempurna selama hidup di dunia. Walaupun demikian, Tuhan menyuruh mereka yang sudah dipilih untuk menjadi bagian dari kerajaan-Nya akan bisa digunakan sebagai “perabot rumah” yang dipandang layak oleh-Nya dan disediakan untuk setiap pekerjaan-Nya yang mulia. Tuhan yang menyelamatkan, meminta mereka yang diselamatkan untuk mau menjadi apa yang berguna untuk kemuliaan-Nya.
Orang bisa saja bertanya-tanya, “Jika saya diselamatkan oleh anugerah dan semua dosa saya telah diampuni, mengapa saya harus berusaha untuk hidup suci?” Pemikiran ini bukanlah hasil dari pertobatan sejati. Pertobatan yang sejati akan menghasilkan hasrat yang lebih besar untuk menjadi taat, bukan sebaliknya. Kehendak Allah – dan kehendak kita saat kita telah dilahirkan kembali oleh Roh Kudus – adalah bahwa kita akan berusaha keras untuk menjadi sempurna seperti Dia. Itu harus dikerjakan dengan serius sampai saat kita meninggalkan dunia (Filipi 2: 12).
Dalam kenyataannya, ada banyak orang Kristen yang mengabaikan ajakan untuk hidup suci. Mungkin ada yang menggolongkan mereka ke dalam kelompok antinomianisme, tetapi saya tidak yakin apakah itu julukan yang tepat. Kata “antinomianisme” berasal dari dua kata Yunani, yaitu anti, yang berarti “melawan”; dan nomos, yang berarti “hukum.” Antinomianisme secara harafiah berarti “melawan hukum.” Secara teologi, antinomianisme adalah doktrin yang menyatakan kalau Allah tidak mengharuskan orang Kristen untuk taat kepada hukum moral apapun. Antinomianisme memang mengambil ajaran yang alkitabiah, namun kesimpulan yang ditarik tidaklah alkitabiah.
Orang Kristen memang tidak harus menaati Hukum Perjanjian Lama untuk dianugerahi keselamatan. Ketika Yesus Kristus mati di atas kayu salib, Dia menggenapi Hukum Perjanjian Lama (Roma 10:4) Kesimpulan yang tidak alkitabiah yang muncul: Allah tidak mengharuskan orang Kristen untuk menaati hukum moral dan etika Kristen karena sudah diselamatkan. Di zaman ini, saya kurang melihat adanya orang Kristen sejati yang dengan sengaja melanggar larangan Tuhan. Tetapi, saya melihat banyak orang Kristen yang mengabaikan ajakan Tuhan untuk berbuat baik dan melupakan adanya etika Kristen.
Rasul Paulus membahas isu antinomianisme dalam Roma 6:1-2, “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?” Kritik yang paling sering dilontarkan terhadap doktrin keselamatan melalui “Melalui Anugerah semata-mata saja” atau ” By Grace alone” adalah: doktrin itu bisa mendorong seseorang untuk kurang peduli akan dosa dalam hidupnya. Selain itu, mungkin juga doktrin itu mendorong seseorang untuk tidak berusaha untuk menghasilkan apa yang baik untuk Tuhan dan sesama dari apa yang sudah diterimanya. Bukankah harga keselamatan sudah dilunasi Yesus?
Harus dimengerti bahwa sesudah menerima keselamatan, manusialah yang harus mau mengambil keputusan untuk hidup suci, menaati firman-Tuhan dan menjalankan semua perintah-Nya. Ini bukan untuk mempetahankan keselamatan yang sudah diterima mereka, karena keselamatan orang yang sudah terpilih tidak akan ditarik kembali oleh Tuhan yang setia. Tetapi, mereka yang benar-benar sudah menjadi orang percaya tentu akan mengerti bahwa tanda keselamatan mereka adalah adanya kerinduan untuk hidup suci karena adanya rasa syukur atas karunia keselamatan dan berbagai karunia yang lain. Mereka yang tidak mau menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, dan tidak rindu untuk berbuat baik selama hidup di dunia, mungkin saja bukan orang Kristen yang sejati. Orang Kristen yang sejati selalu ingin menjadi murid Yesus yang bisa dipakai-Nya untuk melebarkan kerajaan-Nya dan membawa kemuliaan bagi-Nya baik dalam hal yang besar maupun yang kecil (Matius 25: 14-30).
Bagaimana seseorang bisa menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat agar menjadi “perabot yang mulia”? Umat Kristen dapat menjauhkan diri dari apa yang dilarang Tuhan, dan menjalankan apa yang dikehendaki Tuhan. Dalam Alkitab ada banyak kata “janganlah” dan “hendaklah” dan kata-kata lain yang mengandung arti yang serupa. Dalam bahasa Inggris, kehendak Tuhan yang sudah dinyatakan bisa digolongkan dalam dua grup, yaitu: “DO NOT” dan “DO”, yaitu “JANGAN LAKUKAN” dan “LAKUKAN”. Keduanya adalah kehendak Tuhan yang ada dalam Alkitab, dan untuk semua itu orang Kristen tidak dapat berlagak tidak tahu. Adalah ironi jika orang Kristen sering ingin mengetahui apa kehendak Tuhan pada masa depan sekalipun itu belum dinyatakan, tetapi mereka justru sering mengabaikan apa yang sudah dinyatakan.
Kembali ke soal “perabot yang mulia”, bagaimana kita bisa menyucikan diri kita dari hal-hal yang jahat? Dalam Alkitab, rasul Paulus pernah menasihati Timotius dan rekan-rekannya mengenai apa yang tidak patut dikerjakan oleh hamba Tuhan (semua orang Kristen sebenarnya adalah budak Tuhan):
“…sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran.” 2 Timotius 2: 24-25
Selanjutnya, rasul Paulus juga menulis kepada Titus mengenai syarat-syarat bagi penatua dan penilik jemaat (yaitu perabot yang mulia):
“Sebab sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah, melainkan suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri dan berpegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat, supaya ia sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang-penentangnya. Karena sudah banyak orang hidup tidak tertib, terutama di antara mereka yang berpegang pada hukum sunat. Dengan omongan yang sia-sia mereka menyesatkan pikiran. Orang-orang semacam itu harus ditutup mulutnya, karena mereka mengacau banyak keluarga dengan mengajarkan yang tidak-tidak untuk mendapat untung yang memalukan.” Titus 1: 5-9
Selain dari itu, rasul Petrus menulis mengenai tanggung jawab manusia kepada Tuhan:
“Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa , supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah. Sebab telah cukup banyak waktu kamu pergunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kamu telah hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang. Sebab itu mereka heran, bahwa kamu tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama, dan mereka memfitnah kamu. Tetapi mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati.” Petrus 4:1-4
Hari ini, firman Tuhan menyatakan bahwa sebagai orang Kristen kita adalah orang yang sudah mendapat karunia terbesar, yaitu penebusan Kristus. Kita dengan demikian patutlah dengan rendah hati menyatakan kemauan kita untuk menjadi budak-Nya yang berguna dan berusaha untuk hidup sesuai dengan perintan-Nya. Satu hal yang jelas adalah bahwa kita sudah dimampukan untuk menjadi perabot yang mulia, dan karena itu tidak boleh menyombongkan hidup kita. Pasa pihak yang lain, tidak ada alasan bagi kita yang mengaku Kristen sejati, untuk tidak membiarkan Roh Kudus memimpin kita untuk mengubah hidup kita. Kita harus ingat bahwa setiap manusia harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Hanya orang Kristen sejati yang akan mendapat pengampunan oleh darah Kristus.
Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” Lukas 17: 10