Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.” Yakobus 2: 22

Bagaimana manusia bisa mendapatkan keselamatan sesudah hidupnya berakhir di dunia adalah hal utama yang di bahas dalam semua aliran kepercayaan. Kalau ada orang yang hanya membahas bagaimana manusia bisa hidup berbahagia di dunia, orang itu bukan membahas kepercayaan tetapi falsafah hidup. Hidup di dunia memang dapat dilihat dan dirasakan, dan untuk itu kita tidak membutuhkan kepercayaan, tetapi perlu melakukan tindakan atau perbuatan.
Seorang mungkin percaya bahwa pada suatu saat manusia akan bisa pergi ke planet Mars, tetapi kepercayaan semacam itu bukanlah iman, melainkan keyakinan berdasarkan pengetahuan manusia. Tambahan pula, keyakinan itu tidak perlu mengubah cara hidup manusia saat ini, karena hal pergi atau tidak pergi ke Mars adalah pilihan manusia. Karena itu, hal semacam itu tidak perlu membawa konsekuensi langsung pada cara hidup manusia di dunia. Bagaimana pula kepercayaan manusia untuk bisa ke surga?
Ayat di atas adalah ayat yang nampaknya sederhana dan mudah dimengerti. Tetapi, ayat ini sebenarnya sulit difahami dan sering menjadi bahan perdebatan, terutama antara 2 kutub aliran Kristen, yaitu Calvinisme dan Arminianisme. Perdebatan itu sebenarnya tidak perlu menjadi masalah karena kedua aliran itu percaya bahwa keselamatan datang dari Tuhan, dan bukan karena usaha manusia. Walaupun demikian, sebagian orang menganggap perbuatan sebagai hal yang mutlak penting untuk dilakukan, sedangkan yang lain lebih menekankan keyakinan akan pilihan Tuhan.
Ayat di atas sepertinya mirip dengan hitungan matematik: Tuhan (yang memberi iman) + manusia (yang melakukan perbuatan baik) = kesempurnaan, atau God + human = perfection. Jika itu benar, orang bisa menganggap bahwa peran manusia adalah mutlak perlu untuk mencapai kesempurnaan atau keselamatan yang diminta Tuhan di surga. Mungkin ada yang percaya bahwa keselamatan adalah kerjasama 50-50 antara Tuhan dan manusia. Iman tanpa perbuatan adalah tidak lengkap. Apakah ini benar?
“Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” Yakobus 2: 17
Pengertian akan ayat-ayat di atas sebenarnya menunjukkan bahwa orang yang nantinya mati secara kekal adalah orang yang tidak mempunyai iman yang menghasilkan perbuatan yang baik. Perbuatan baik siapa dan dari mana? Kalau dari manusia, bukankah itu sama saja dengan apa yang ditulis sebelumnya? Sebenarnya, perbuatab baik itu memang dilakukan oleh manusia tetapi berasal dari Tuhan. Manusia yang berdosa tidak mungkin menjadi orang yang bisa menghasilkan apa yang dikehendaki Tuhan; karena itu,Tuhan sendirilah yang harus memberikannya. Tuhanlah yang menumbuhkan pohon kebenaran yang berbuah dalam diri orang beriman: buah-buah Roh.
“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.” Galatia 5: 22-23
Barangkali kalau kita menulisnya dengan hitungan matematik, rumus kehidupan orang Kristen sejati adalah Tuhan + pertumbuhan rohani = kesempurnaan, atau God + growth = perfection. Mereka yang tidak bertimbuh secara rohani, bukanlah orang Kristen yang hidup secara rohani. Mereka bukan orang Kristen yang mempunyai hubungan yang baik dengan Kristus, karena setiap orang Kristen sejati tentunya sudah dikaruniai Roh Kudus yang menolong, membimbing dan menumbuhkan iman. Lalu bagaimana peranan manusia dalam hal ini? Tidak ada sama sekali? Ada!. Roh Kudus hanya mau bekerja jika orang Kristen mau menghormati dan mendengarkan serta menurut apa yang disampaikan-Nya. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan yang perlu ditaati dan disembah. Orang yang terus menerus hidup dalam dosa akan memadamkan api atau mendukakan Roh Kudus.
Ketika Alkitab menggunakan kata “memadamkan,” Alkitab berbicara mengenai memadamkan api. Roh Kudus adalah api yang berdiam dalam diri setiap orang percaya. Dia ingin mengungkapkan diri-Nya dalam tindakan dan sikap kita. Ketika orang-percaya tidak mengizinkan karya Roh Kudus terlihat nyata dalam perbuatan mereka, atau ketika kita melakukan apa yang jelas tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, pada waktu itulah kita menekan atau “memadamkan” Roh. Kita tidak mengizinkan Roh Kudus mengungkapkan diri-Nya, dengan cara yang diinginkan-Nya dalam hidup dan perbuatan kita.
Jika kita benar-benar beriman, tidaklah mungkin bagi kita untuk tidak merasakan adanya dorongan Roh Kudus untuk mempersiapkan diri kita sebaik-baiknya untuk masa depan dengan menyempurnakan iman kita. Memang kita diselamatkan hanya karena iman, tetapi iman yang benar akan nampak dalam hidup kita di dunia sebagai hidup yang taat kepada perintah Tuhan. Hari ini kita dingatkan bahwa iman harus disertai dengan perbuatan yang seirama. Karena kita percaya bahwa kita akan hidup bersama Tuhan di surga, kita harus bisa memakai hidup kita yang sekarang ini untuk kemuliaan Tuhan.
“Janganlah padamkan Roh” 1 Tesalonika 5:19