“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Roma 12:1

Orang terkadang berpikir bahwa Tuhan menciptakan manusia karena Ia kesepian dan membutuhkan persekutuan dengan orang lain. Jika ini benar, itu pasti berarti bahwa Tuhan tidak sepenuhnya independen dari ciptaan-Nya. Ini berarti bahwa Tuhan perlu menciptakan alam semesta dan manusia agar Ia bisa benar-benar bisa bahagia atau sepenuhnya terpenuhi dalam kebutuhan pribadi-Nya.
Dengan demikian, mungkin banyak orang Kristen yang merasa bahwa mereka memegang peranan penting dalam rencana Tuhan, tanpa itu rencana Tuhan akan terhambat. Selain itu, banyak orang Kristen yang mengharapkan “ucapan terima kasih dari Tuhan” dalam bentuk berbagai berkat untuk apa yang sudah mereka lakukan untuk Tuhan. Benarkah sikap dan pendapat manusia seperti ini?
Kita harus mulai dengan menanyakan apakah Tuhan membutuhkan kita untuk ada di dunia. Tuhan dalam Alkitab adalah Tuhan yang tidak membutuhkan apa pun. Dia ada secara independen dari dunia, sebagai Oknum Ilahi yang mandiri dan ada dengan sendirinya. Tuhan tidak menciptakan manusia karena Dia membutuhkan mereka. Jika kita tidak pernah ada, Tuhan akan tetap menjadi Tuhan—Yang tidak berubah (Maleakhi 3:6). Ketika Dia menciptakan alam semesta, Dia melakukan apa yang menyenangkan diri-Nya sendiri, dan karena Tuhan itu sempurna, tindakan-Nya sempurna. “Bagus sekali” (Kejadian 1:31).
Jika Tuhan tidak membutuhkan persembahan dan bantuan kita, mengapa Ia menciptakan manusia? Jawaban singkat untuk pertanyaan itu adalah “untuk kesenangan-Nya. Kolose 1:16 menegaskan poin ini: “Segala sesuatu diciptakan oleh dia dan untuk dia.” Diciptakan untuk kesenangan Tuhan tidak berarti manusia diciptakan untuk menghibur-Nya. Tuhan adalah Makhluk Ilahi yang kreatif, dan itu memberi-Nya kesenangan untuk menciptakan manusia dan seisi alam semesta. Tuhan adalah pribadi, dan adalah kesenangan bagi-Nya untuk memiliki manusia yang Dia dapat memiliki hubungan yang tulus dengannya. Walaupun demikian, hubungan antara Tuhan dan manusia adalah inisiatif Tuhan. Tanpa inisiatif-Nya, kita tidak dapat mendekati Dia.
Menyadari kedaulatan penuh dan kekudusan Allah, kita tentu kagum bahwa Dia akan mengambil manusia dan memahkotainya “dengan kemuliaan dan hormat” (Mazmur 8:5) dan bahwa Dia akan merendahkan untuk menyebut kita “sahabat” (Yohanes 15:14-15 ). Diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:27), manusia sebelum kejatuhan dalam dosa memiliki kemampuan untuk mengenal Allah dan mengasihi Dia, menyembah Dia, melayani Dia, dan bersekutu dengan Dia. Kemampuan ini hilang akibat dosa, tetapi dimungkinkan lagi melalui pengurbanan Kristus di kayu salib.
Segala sesuatu yang Tuhan ciptakan pastilah lebih rendah dari Dia. Hal yang dibuat tidak akan pernah bisa lebih besar dari, atau sebesar, Dia yang membuatnya. Dengan demikian, tidak ada barang apa pun yang patur kita persembahkan kepada Dia selain tubuh kita yang sudah dibasuh oleh darah Kristus. Tubuh kita adalah rumah Allah, di mana Roh Kudus tinggal. Itu adalah persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah.
Hari ini, firman Tuhan mengingatkan kita bahwa jika kita dipanggil oleh Tuhan untuk menaati firman -Nya dan hidup dalam kesucian, itu bukan karena Ia membutuhkan kita. Sebaliknya, Tuhan dengan kasih-Nya ingin memberi kita kesempatan untuk mempunyai hubungan yang erat dengan-Nya, sesuai dengan rencana-Nya dan untuk kemuliaan-Nya. Sebagai orang yang sudah diselamatkan melalui pengurbanan Yesus Kristus, adalah kewajiban kita untuk menjadi hamba-Nya dan menyadari bahwa adanya ikatan antara kita dan Tuhan adalah untuk kebaikan kita dan bukan untuk memenuhi kebutuhan Tuhan.