“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.” Filipi 1: 21-24

J.I. Packer dikenal luas sebagai salah satu pempopuler teologi paling berpengaruh di abad kedua puluh. Salah satu dari banyak tulisan beliau adalah “God’s Plans for you” atau “Rencana Tuhan untukmu”. Beliau menulis dalam buku itu “Only when you know how to die can you know how to live” yang artinya “Hanya jika kamu tahu bagaimana kamu akan mati akanlah kamu tahu bagaimana harus hidup”. Tulisan beliau menggarisbawahi cara hidup orang Kristen yang harus disesuaikan dengan kenyataan bahwa ia akan bertemu Tuhan yang mahasuci pada saatnya. Karena itu semestinya orang Kristen sadar bahwa mereka harus hidup baik dan bersiap setiap waktu untuk menghadapi kematian.
Barangkali, Paulus dalam menulis ayat di atas merasakan hal yang serupa bagi dirinya. Ia menulis bahwa mati adalah keuntungan. Mengapa demikian? Sebagai orang beriman, Paulus percaya bahwa karena imannya, ia sudah menerima keselamatan yang datang melalui darah Kristus. Tetapi, selama hidup di dunia, ia hanya bisa membayangkan keindahan surga. Hanya melalui kematian tubuh jasmaninya, ia akan menerima tubuh rohani yang abadi di surga. Membayangkan saat di mana ia bisa berjumpa muka dengan muka dengan Kristus, Paulus berkata bahwa ia akan merasa beruntung jika itu terjadi sekarang juga karena itu jauh lebih baik daripada hidup di dunia yang gelap ini.
Keyakinan bahwa hidup di surga itu lebih baik dari hidup di dunia barangkali dipunyai oleh setiap orang percaya. Memang orang percaya bahwa dalam Kristus ada kebangkitan yang memungkinkan mereka untuk hidup bersama Kristus untuk selamanya. Walaupun demikian, mungkin tidak ada orang Kristen yang memilih untuk mati secepatnya. Kebanyakan orang Kristen mungkin mengakui bahwa saat untuk meninggalkan dunia ini ditentukan oleh Tuhan; tetapi, mereka akan memilih hidup panjang di dunia jika itu mungkin. Dalam hal ini, banyak orang Kristen merasa canggung untuk membicarakan hal kematian, karena kematian jasmani adalah suatu misteri yang tidak pernah dialami oleh orang yang masih hidup.
Mereka yang siap untuk mati jasmani adalah orang-orang beriman yang percaya bahwa iman mereka tidak sia-sia. Mereka akan menyambut kematian dengan tanpa rasa takut karena mereka sudah siap untuk menjumpai Tuhan yang mereka kasihi dan ingin hidup dalam kemuliaan-Nya di surga. Tetapi, sebagian orang Kristen percaya bahwa sebelum kedatangan Kristus untuk kedua kalinya, orang yang meninggal dunia akan masuk ke dalam keadaan tidur, dalam penantian akan saat dibangunkan kembali. Jadi, ada dua pertanyaan:
- Mengapa kata “tidur” atau gambaran tidur digunakan untuk menggambarkan kematian bahkan oleh Yesus?
- Apa yang akan kita alami ketika berada di antara saat kematian dan saat kebangkitan tubuh?
Kebangkitan tubuh menjadi masalah bagi banyak orang Yunani yang menyukai gagasan jiwa yang tidak berkematian tetapi tidak menyukai gagasan kebangkitan tubuh ini. Kekristenan bukanlah serasi dengan pandangan Yunani dalam hal ini. Tetapi kita percaya bahwa tubuh kita akan dibangkitkan dari kematian, dan kebangkitan tubuh Yesus dalam bentuk yang dapat dikenali dan yang dapat disentuh serta yang dapat memakan ikan, adalah prototipe dari tubuh kebangkitan kita.
Dalam ayat di atas, Paulus menyebut kematian sebagai “keuntungan” bukan karena dia tidak sadarkan diri atau menikmati tidur nyenyak yang berkepanjangan, tetapi karena dia akan berada di hadirat Kristus. Paulus berkata dalam 1 Korintus 15:20, “Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.” Dan ketika orang mencemooh bab ini dan berkata, “Dengan tubuh seperti apa mereka?” dia menjawab dalam ayat 42–44, “Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah.” Jadi kebangkitan tubuh mutlak penting bagi doktrin Kristen.
Sekarang pertanyaannya adalah: Bagaimana dengan selang waktu antara kematian dan kebangkitan tubuh? Apakah ada ayat Alkitab yang menyebut keadaan “tidur”? Dalam 1 Tesalonika 4:14 tertulis: “Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia. Kenapa dia berkata seperti itu? Atau 1 Korintus 15:17–18, “Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus.” Dalam Alkitab berbahasa Inggris, kata meninggal dan mati di atas ditulis sebagai “tidur”. Jadi memang ada referensi untuk tertidur sebagai gambaran kematian.
Dan kemudian ada Yesus di mana dia membangkitkan gadis kecil yang sudah meninggal dunia. Sesudah Ia masuk ke rumah duka, Yesus berkata kepada orang-orang di situ: “Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!” Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu. Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: “Talita kum,” yang berarti: “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah! (Markus 5:41). Dia membangkitkan gadis kecil ini dari kematian. Dan kita tahu bahwa dia sudah meninggal karena dalam Markus 5:35 ada orang yang menyampaikan pesan kepada ayah gadis itu, “Anakmu sudah mati.” Dan ketika Yesus datang untuk menangani hal ini, gadis yang sudah mati itu disebut-Nya sebagai tidur. Mengapa?
Jawabannya adalah bersangkutan dengan cara tubuh terlihat dan bekerja. Ini hanyalah deskripsi kematian dengan gambaran yang lebih lembut tentang seperti apa sebenarnya. Jika Anda pernah melihat seseorang yang baru saja meninggal, Anda mungkin bertanya, apakah mereka meninggal atau hanya tidur? Karena mereka terlihat seperti ada di sana, seperti yang selalu mereka lihat, tetapi tidak bergerak. Sepertinya mereka hanya tertidur. Jadi “tidur” adalah gambar, itu adalah deskripsi yang lebih lembut dari kenyataan sebenarnya bahwa mereka telah mati.
Dua perikop kunci dalam tulisan Paulus adalah Filipi 1:21–23, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.” Paulus ditekan di antara keduanya. Keinginannya adalah pergi dan bersama Kristus, karena itu jauh lebih baik. Jadi ketika Paulus merenungkan kematiannya sendiri, dia menyebutnya “keuntungan”, bukan karena dia akan menjadi tidak sadar atau tidur dan tidak juga bukan berkhayal karena tidak memiliki pengalaman untuk itu. Mungkin ia ingin hidup seribu tahun lagi (seperi syair lagu Pertemuan, yang dinyanyikan oleh Anna Mathovani), tetapi karena dia tahu bahwa jika ia pergi ke hadirat Kristus, dan bertemu dengan Kristus, itu akan bermakna lebih dalam dan lebih intim. Itu, katanya, jauh lebih baik daripada apa pun yang dia bisa nikmati di dunia.
Ingatkah Anda tentang Yesus yang menceritakan kisah tentang orang kaya dan Lazarus? Kita tidak tahu pasti, apakah itu perumpamaan atau bukan, tetapi tidak dikatakan itu perumpamaan. Yesus hanya menggambarkannya seperti itu benar-benar terjadi. Dan jika itu benar-benar terjadi atau jika itu adalah sebuah perumpamaan, tampaknya menunjukkan bahwa setelah kematian tidak ada masa tidak sadar atau tidur. Yang ada adalah dua pilihan: kehidupan dalam siksaan atau hidup dalam kebahagiaan.
Jadi, hari ini kita boleh percaya bahwa orang Kristen memiliki penghiburan pada saat menunggu ajal atau sesudah meninggal dunia. Bagi orang yang percaya kepada Yesus Kristus, darah dan kebenaran Kristus telah menghapus penghukuman bagi mereka dan memastikan bahwa kebangkitan tubuh di langit baru dan bumi baru setelah kematian adalah pengalaman yang intim dan manis. Setelah meninggalkan dunia ini, kita akan berada di hadirat Kristus pada saat di antara kematian dan kebangkitan yang akan datang. Kita aman di dalam Dia sekarang, kita akan aman di hadapan-Nya pada saat kematian, dan kita akan sangat bahagia dalam tubuh yang baru dan sehat selama-lamanya di langit baru dan bumi baru. Bagaimanamungkin pengertian ini tidak akan mengubah cara hidup anda semasa hidup di dunia? Setiap orang yang sadar akan arti kematian dalam Kristus tentu akan hidup sesuai dengan firman Tuhan untuk kemuliaan-Nya karena rasa syukur yang besar!