Dan Saul bertanya kepada TUHAN, tetapi TUHAN tidak menjawab dia, baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi. Lalu berkatalah Saul kepada para pegawainya: “Carilah bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya.” Para pegawainya menjawab dia: “Di En-Dor ada seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah.” 1 Samuel 28: 6-7

Anda senang menonton bola? Saat ini perebutan Piala Dunia (World Cup) lagi berlangsung di Qatar. Banyak orang bukan saja senang menonton, tetapi juga gemar bertaruh uang dengan menebak siapa pemenang pertandingan antara dua tim tertentu setiap harinya. Tenntunya semua orang berharap atas kemenangan tim yang didukung mereka. Tetapi tim mana yang menang tentunya tidak mudah diterka, dan karena itu ada istilah “bola itu bundar”. Karena bola itu bundar dan bisa bergulir ke mana saja, segala kemungkinan bisa terjadi. Tim yang dipandang kuat bisa saja kalah dari tim yang dipandang lebih lemah. Lalu, tim mana yang kira-kira akan menjuarai Piala Dunia? Hanya Tuhan yang tahu, sekalipun ada banyak peramal yang menyatakan tim ini atau tim itu yang akan menjadi juara.
Ketidaktahuan manusia akan apa yang akan terjadi di hari depan sebenarnya adalah berkat Tuhan, karena dengan itu manusia bisa menggantungkan hidup mereka sepenuhnya kepada Tuhan yang mahakuasa dan mahakasih. Persis seperti keadaan di taman Firdaus, sebelum Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Tetapi, karena manusia ingin menjadi seperti Tuhan yang mahatahu, mereka selalu berusaha dengan segala cara untuk mengetahui apa yang akan terjadi dalam hidup mereka agar bisa melakukan sesuatu sebelumnya.
Raja Saul, sebagai contoh, menemui seorang dukun untuk bisa mengetahui apa yang akan terjadi pada dirinya dan bani Israel (1 Samuel 28: 3 -25). Raja Saul pada saat itu merasa bahwa ia tidak dapat memperoleh petunjuk dari Tuhan karena ia sudah hidup jauh dari Tuhan. Dalam kekuatirannya ia ingin mencari jawab dari arwah manusia yang sudah meninggal. Ini adalah tindakan yang sebenarnya bertentangan dengan larangan untuk praktik perdukunan atau peramal yang ditetapkan oleh Raja Saul sendiri. Sudah tentu, tidak ada manusia yang bisa memanggil roh manusia yang sudah meninggal. Besar kemungkinan bahwa Iblis memanfaatkan kesempatan itu dengan menampilkan sosok Samuel yang sebenarnya sudah bersama Tuhan dan tidak mungkin datang menjumpai Saul. Sebagian “ramalan” iblis memang bisa terjadi, tetapi kematian Saul dengan bunuh diri adalah tragis dan merupakan kelanjutan dosa Saul sendiri, karena ketakutan yang timbul setelah mendengar ramalan itu.
Dalam lingkungan gereja pun, ada orang-orang yang senang mencari “informasi” tentang masa depan, dan ada yang sering menyampaikan “nubuat” tentang berbagai hal. Nubuat semacam itu harus dianalisa isi, tujuan dan akurasinya. Memang, jika Tuhan mau menyatakan sesuatu kepada manusia, itu bisa dilakukan melalui orang-orang tertentu yang dikaruniai Tuhan. Tetapi, itu jarang terjadi dan biasanya muncul secara spesifik untuk hal yang sangat urgen yang akan terjadi. Nubuat bukan untuk membawa kemuliaan kepada si pembawa atau manusia lain, tetapi untuk membawa orang kepada pengenalan akan kebesaran Tuhan. Untuk memberitakan nubuat, seseorang harus dipilih Tuhan pada saat tertentu dan karena itu cara bernubuat tidak bisa dipelajari manusia. Nubuat Tuhan pasti terjadi dan jika ada yang tidak terjadi, itu menunjukkan adanya kepalsuan.
Sadar atau tidak, mereka yang selalu ingin melihat apa yang terjadi di masa depan, sebenarnya ingin untuk mengungguli kehendak Tuhan. Mereka yang merasa bisa meramalkan masa depan, seringkali mengalihkan perhatian orang lain dari Tuhan kepada diri mereka sendiri. Mereka yang terlibat dalam usaha memperoleh pengertahuan akan apa yang belum dinyatakan Tuhan pada akhirnyajatuh dalam penyembahan berhala dan kebodohan yang membawa amarah Tuhan seperti apa yang terjadi pada Rraja Saul.
Jika kita membaca Alkitab dari ujung ke ujung, kita tahu bahwa ada satu oknum yang selalu ingin untuk mengungguli kehendak Tuhan. Iblis dulunya adalah malaikat ciptaan Tuhan yang berpenampilan luar biasa yang merasa lebih hebat dari Tuhan (Yesaya 14: 12 – 14). Iblislah yang membuat manusia jatuh ke dalam dosa dengan mengalihkan perhatian Adam dan Hawa ke arah buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, dan iblis jugalah yang sampai sekarang berusaha mengalihkan pandangan kita, dari kebesaran Tuhan kepada dirinya sendiri, dengan melakukan berbagai trik dan tipu muslihat yang mempesona agar kita terlena. Iblis jugalah yang membuat kita mengabaikan kehendak Tuhan yang sudah dinyatakan dalam Alkitab, tetapi justru ingin untuk mengetahui kehendak-Nya yang belum dinyatakan.
Sudah tentu mereka yang benar-benar beriman kepada Tuhan akan berusaha menghindari tipu daya iblis. Tetapi, keadaan di sekeliling manusia bisa menimbulkan keinginan untuk bisa melihat dan mengatur masa depan mereka. Dengan demikian, manusia bisa jatuh dalam dosa karena tidak mempercayai Tuhan yang mahakuasa dan mahabijaksana. Manusia kemudian mudah jatuh kedalam tipu daya ramalan iblis. Manusia jatuh dalam dosa memuja ilah lain, dan itu bisa berbentuk manusia, benda, tempat keramat, ilmu pengetahuan dan sebagainya .
Hari ini, firman Tuhan mengingatkan kita untuk hanya mempercayai Dia dalam menghadapi masa depan. Dalam keadaan apap un, kita harus bisa mengatasi dorongan iblis untuk melupakan Tuhan dan kuasa serta kasih-Nya. Jika hidup kita saat ini mengalami berbagai kesulitan dan bahaya, itu adalah kesempatan bagi kita untuk makin dekat kepada Tuhan dan bukannya melarikan diri kepada orang-orang atau cara-cara analisa modern yang nampaknya bisa memberi bimbingan, jaminan, dan pertolongan melalui ramalan masa depan. Semoga kita selalu taat kepada Tuhan dan menghindari bujukan iblis!
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” 1 Petrus 5: 7