“Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” Roma 5: 8

Kesempatan untuk mengunjungi dan tinggal di berbagai negara bisa memberi pelajaran kepada siapa pun bahwa setiap suku bangsa mempunyai adat istiadat dan etika yang berbeda. Walaupun begitu, ada satu hal yang selalu ada dimanapun kita berada, yaitu ucapan terima kasih. Dimana saja, setiap orang yang mempunyai sopan santun, selalu mengucapkan terima kasih atas pemberian dan pertolongan orang lain. Jika apa yang diterima dari orang lain cukup besar artinya, mungkin juga ada keinginan untuk membalas budi selain mengucapkan terima kasih.
Pernyataan syukur kepada Tuhan adalah wujud rasa terima kasih kita kepada-Nya. Alkitab mencatat bahwa dari mulanya, Tuhan menghendaki dan menghargai persembahan syukur dari manusia ciptaan-Nya. Kain dan Habil mempersembahkan korban syukur dengan caranya masing-masing, tetapi hanya persembahan Habil yang diterima Tuhan (Kejadian 4: 3 – 4). Rupanya Tuhan mempunyai selera tersendiri dalam hal menerima pernyataan syukur manusia. Karena itu, dalam mempersembahkan syukur kita kepada Tuhan, kita tidak boleh melakukannya menurut apa yang kita senangi, tetapi sesuai dengan apa yang Tuhan sukai.
Adalah kenyataan hidup bahwa banyak manusia yang senang menerima, tetapi kurang suka memberi. Ini juga berlaku dalam hubungan manusia Kristen dengan Tuhan. Sebagian besar manusia hanya berdoa kepada Tuhan untuk memohon sesuatu, terutama jika situasi hidup menjadi berat. Namun, manusia cenderung untuk menerima kasih dan berkat Tuhan seperti sesuatu yang sudah selayaknya diterima dan lupa untuk bersyukur.
Ayat diatas menyebutkan bahwa ketika kita masih hidup dalam dosa, Kristus sudah mati untuk ganti kita. Kita menerima keselamatan karena Tuhan sudah lebih dulu menyatakan kasihNya. Apa yang bisa kita lakukan untuk menyatakan rasa terima kasih kita? Sebagian orang merasa bahwa karena keselamatan itu datang dari Tuhan dan bukan karena perbuatan kita, kita tidak perlu menekankan pentingnya hal berbuat baik untuk Tuhan. Ini aneh.
Yesus tidak meninggalkan kita dengan keraguan tentang apa artinya mengasihi Allah. Dalam Yohanes 14:23, Dia berkata, “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.” Yesus telah menjelaskan dengan sangat jelas bahwa mengasihi Dia berarti menaati-Nya dan, dalam Yohanes 15:10, Dia memberi tahu kita, “Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.”
Jadi, kasih Yesus bagi kita bukanlah hal yang ringan dan tanpa syarat seperti yang dipikirkan banyak orang; kita harus tetap berada dalam kasih-Nya jika kita taat pada perintah-Nya. Jika kita tidak menaati perintah ini maka kita tidak akan tinggal di dalam kasih-Nya dan tidak akan mewarisi hidup yang kekal karena, dalam Yohanes 15:6, Dia berkata, “Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.”
Selain itu, Paulus dalam kitab Roma 12:1 menulis tentang persembahan apa yang patut untuk Tuhan: “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”
Pagi ini, firman Tuhan berkata bahwa Tuhan yang sudah memberikan berbagai berkat dalam hidup kita, tidaklah menganggap uang, tenaga atau materi sebagai hal yang utama untuk dipersembahkan kepada-Nya. Semua itu baik, tetapi terlalu kecil bagi-Nya. Bagi Dia yang sudah memberikan hidup baru dan keselamatan yang sejati kepada kita, tidak ada yang lebih patut untuk dipersembahkan kepada-Nya, kecuali seluruh hidup kita. Biarlah apapun yang kita kerjakan dan jalani dalam hidup ini bisa kita gunakan untuk memuliakan Dia!