Arti warna merah di hari Natal

“Marilah, baiklah kita berperkara! firman TUHAN Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” Yesaya 1: 18

Dua minggu lagi kita akan merayakan hari Natal. Bagi banyak orang, hari Natal adalah hari yang dirayakan dengan kegembiraan, sekalipun mereka bukan orang Kristen. Hari Natal di banyak negara adalah hari besar di mana banyak keluarga merayakan kebersamaan dengan saling menukar hadiah dan makan malam bersama. Walaupun demikian, hanya mereka yang beragama Kristen merayakan hari Natal sebagai hari peringatan kelahiran Yesus, Anak Allah.

Jika pada saat ini banyak tempat yang sudah dihiasi dengan berbagai lampu dan hiasan Natal, satu warna yang selalu dapat dijumpai adalah warna merah. Mungkin banyak orang mengartikan bahwa karena hari Natal adalah hari yang berbahagia, warna merah adalah warna yang cocok untuk lampu dan hiasan Natal. Jarang orang sadar bahwa warna merah adalah warna darah, dan pada hari Natal dua ribu tahun yang lalu seorang bayi dilahirkan di palungan di kota Betlehem, yang kemudian, setelah dewasa, harus mengucurkan darah-Nya dan mati sebagai tebusan orang yang berdosa.

Warna merah juga warna yang melambangkan dosa manusia. Mengapa warna ini, dan bukan hitam misalnya? Istilah-istilah ini dipakai karena merah adalah warna yang terang, bisa menimbulkan noda yang mencolok mata. Salah satu kamus Alkitab menyatakan: “Satu-satunya warna dasar yang tampaknya memiliki konsepsi yang jelas dalam pikiran orang Ibrani ialah merah.” Berbeda dengan ketidakmampuan manusia untuk mencuci noda kehidupannya, ayat di atas menyatakan bahwa Allah bisa membasuh jiwa kita untuk kembali menjadi putih, seperti bulu domba yang tidak bernoda, bahkan seperti salju. Itu karena adanya warna merah yang lain, yaitu darah Kristus.

Sebagai umat Kristen, memang kita percaya bahwa karena darah Yesus kita mendapat pengampunan sepenuhnya. Tetapi pikiran kita seringkali sulit untuk dibersihkan atau dicuci bersih dari bekas-bekas dosa kita. Ada kalanya perasaan bersalah itu begitu besar, sehingga kita merasakan betapa besar dan nyata noda-noda yang ada dalam hidup kita. Apalagi jika iblis mulai menyerang kita dengan tuduhan-tuduhannya yang keji (Wahyu 12: 10).

Ayat di atas menjelaskan bahwa tidak ada yang bisa membersihkan hidup kita dari dosa. Agama-agama lain mengajarkan bahwa manusia dapat menyucikan dirinya dengan perbuatan amal dan berbagai ritual. Tetapi kita tahu bahwa standar kesucian Tuhan adalah sangat tinggi dan tidak mungkin dicapai manusia atas usaha dan jerih payahnya sendiri. Hanya darah Kristus yang bisa membersihkan kita dari noda-noda dosa kita. Apa yang kita perlukan hanyalah iman, percaya bahwa penebusan Kristus hanya sekali tetapi sudah cukup untuk memberikan kita hidup yang baru. Dengan itu kita bisa memusatkan pikiran kita kepada hal-hal yang positip dan menolak tuduhan-tuduhan iblis.

Pada saat menjelang Natal ini marilah kita mengingat bahwa bukan kelahiran Kristus yang menjadi inti iman kita, tetapi kematian-Nya yang menghapus dosa kita, dan kebangkitan-Nya yang memberi kita kesempatan untuk bangkit dengan tubuh baru untuk bersatu dengan-Nya di surga. karena itu, jika kita melihat warna merah di antara hiasan Natal pada saat ini, marilah kita bersyukur bahwa karena kasih Allah yang sangat besar, Ia sudah mengurbankan Anak-Nya agar kita beroleh hidup yang kekal.

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yohanes 3: 16

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s