Mengapa ada kekejian?

“Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis. Mereka mengaku mengenal Allah, tetapi dengan perbuatan mereka, mereka menyangkal Dia. Mereka keji dan durhaka dan tidak sanggup berbuat sesuatu yang baik.” Titus 1: 15 – 16

Kemarin media memberitakan adanya baku tembak antara beberapa orang dengan polisi. Ketika itu, empat polisi mendatangi sebuah rumah di sebuah desa di Queensland untuk menyelidiki seseorang yang dinyatakan hilang. Tidak terduga, mereka ditembaki sehingga dua polisi yang masih muda tewas di tempat. Kekacauan yang terjadi selama enam jam itu berakhir ketika tim khusus polisi datang dan menembak mati tiga orang yang bersembunyi di rumah itu. Bagaimana asal mula terjadinya peristiwa yang menyedihkan itu belumlah diketahui. Walaupun demikian, sudah diketahui bahwa di antara tiga orang yang ditembak polisi ada dua pria, putra dari seorang pendeta dan penulis buku Kristen yang terkenal. Orang ketiga adalah istri dari salah satu pria itu. Lebih lanjut, dapat dipastikan bahwa salah satu pria adalah bekas kepala sekolah yang dikenal sebagai orang yang ramah.

Bagi orang tua mana pun, meninggalnya anak tentunya suatu hal yang membawa kesedihan. Saya yakin bahwa kenyataan bahwa kedua anak pendeta itu tewas dalam baku tembak dengan polisi, tentunya tidak mengurangi kesedihan orang tua mereka. Namun, yang lebih saya pikirkan adalah mengapa anak dan menantu seorang hamba Tuhan bisa melakukan apa yang berlawanan dengan hukum dan melakukan kekejian terhadap hamba hukum. Apakah semua itu sudah ditetapkan oleh Tuhan? Sebagian orang Kristen mungkin berpendapat begitu. Namun bagi saya, yang pasti adalah adanya pengaruh lain yang menyebabkan hal itu terjadi. Tuhan mengizinkan hal itu terjadi, tetapi bukan Tuhan yang membuat mereka melakukan apa yang bertentangan dengan hukum Tuhan. Jika seseorang berubah sifat dan cara hidupnya secara drastis, itu mungkin karena adanya “polusi” pikiran.

Sejak kapan kita mengenal kata polusi? Kata ini sebenarnya sudah ada sejak abad ke 14 dalam bahasa Latin polluere yang berarti “mengotori” diri sendiri secara jasmani. Dengan adanya perkembangan industri dan tumbuhnya kesadaran tentang kebersihan lingkungan, kata ini mulai sering dipakai sejak tahun 1980an. Sekarang, kata polusi atau pollution mungkin muncul setiap hari di media manapun karena memang pencemaran lingkungan ada dimana-mana.

Di zaman ini efek polusi bisa terjadi pada semua makhluk hidup maupun benda apapun di dunia. Semua polusi membawa akibat yang buruk atau degradasi dalam jangka waktu yang berbeda-beda, tergantung dari apa penyebabnya, siapa/apa korbannya dan bagian apa yang terkena. Untuk manusia, pada umumnya pencemaran lingkungan yang banyak dibicarakan orang adalah hal-hal yang bisa menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat di sekitarnya.

Jika polusi yang kita kenal biasanya hanya menyangkut soal jasmani, ayat di atas menyebutkan polusi lain yang mungkin tidak sering dibicarakan. Polusi yang juga disebabkan oleh cara hidup manusia ini adalah hal-hal yang mempengaruhi pikiran dan hati orang lain, polusi yang menimbulkan masalah rohani.

Siapakah orang yang mengalami polusi rohani ini? Ayat diatas menjelaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang mengaku mengenal Allah, tetapi dalam perbuatan dan cara hidup, mereka menyangkali Yesus, yaitu tidak mau menurut firman-Nya. Mereka mungkin adalah orang-orang yang kelihatannya baik hidupnya, tetapi dalam kenyataannya adalah orang-orang yang sudah terpolusi (polluted) pikirannya dan rusak (corrupted) rohaninya. Mereka adalah orang-orang yang masih mempertahankan hidup lamanya dan tidak mau tunduk kepada Tuhan.

Mereka yang sudah rusak dan kotor hati dan pikirannya hanya bisa menghasilkan apa yang najis, yang keji dan yang durhaka dalam pandangan Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang secara terang-terangan atau pun terselubung hidup bergelimang dalam dosa, dan dengan demikian juga bisa menyebabkan pencemaran rohani orang lain melalui segala tindak tanduk, tujuan hidup, pikiran dan perkataan mereka yang sesat.

Dalam kenyataannya, di dunia ini ada banyak orang yang mangalami polusi rohani. Mereka bisa saja orang-orang yang menjadi pemimpin di negara, masyarakat, sekolah atau kantor. Mereka mungkin kekasih, guru, teman baik atau juga sanak kita. Mereka adalah orang-orang yang belum mengenal Tuhan dengan benar dan karena itu, cara hidup mereka yang memuliakan seks, harta, kedudukan, diri sendiri, dan hal-hal duniawi lainnya.

Hari ini, firman Tuhan mengingatkan bahwa dalam hidup ini kita harus berhati-hati dalam hubungan kita dengan mereka yang dalam cara hidup, pikiran maupun suara hati sudah atau masih tercemar oleh unsur-unsur duniawi. Bagaimana kita bisa hidup di dunia dan mengenali bahaya, serta menghindari dampak pencemaran seperti itu adalah bergantung pada kesadaran kita. Dengan bimbingan Roh Kudus biarlah kita mau dengan giat mempelajari dan melaksanakan firman-Nya dengan benar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s