Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” Yakobus 4: 15

Ada seorang teman saya yang pernah bertanya apakah masih ada yang ingin saya capai dalam hidup ini. Ketika saya menjawab tidak ada, muncullah pertanyaan kedua yakni apakah saya merasa sukses. Ketika saya menjawab saya tidak merasa bahwa saya sudah mencapai kesuksesan, kemudian muncul pertanyaan apakah saya puas dengan apa yang ada. Saya jawab bahwa saya bersyukur atas apa yang ada, sekalipun masih ada yang ingin saya kerjakan. Lalu, ia lalu bertanya apa yang masih ingin saya lakukan. Ketika saya menjawab bahwa saya ingin untuk lebih bisa memuliakan Tuhan, ia kemudian berhenti bertanya. Agaknya jawaban saya tidak bisa dimengertinya.
Sebenarnya, dalam usia senja banyak orang yang menerima kenyataan bahwa apa yang sudah tercapai mungkin adalah hasil maksimal dari usaha mereka. Sesudah usia tertentu, sebagian orang mungkin harus pensiun, ingin pensiun, atau ingin mengurangi tekanan pekerjaan untuk dapat menikmati apa yang masih bisa dilakukan selain bekerja untuk mencari nafkah. Walaupun demikian, ada orang yang tetap ingin bekerja keras untk mencapai hasil yang lebih baik, atau mencapai apa yang belum pernah didapat sampai saat ini. Mereka tidak pernah merasa puas dengan apa yang ada, atau masih merindukan kesuksesan. Mungkin mereka kurang sadar bahwa selagi masih ada kesempatan, mereka harus bisa merasa cukup agar bisa lebih memuliakan nama Tuhan.
Pada umumnya orang selalu mempunyai keinginan untuk melakukan atau mendapatkan sesuatu di masa depan. Memang hal ini lebih umum di kalangan orang yang belum mencapai usia uzur, tetapi di antara mereka yang sudah pensiun tidaklah jarang ditemui orang yang masih mempunyai rencana masa depan sebelum mereka meninggalkan dunia ini. Masa depan adalah relatif, buat mereka yang masih anak-anak menjadi orang dewasa barangkali tidak atau belum pernah terpikirkan, tetapi mereka yang sudah termasuk dewasa tetapi masih tergolong muda mungkin mempunyai berbagai cita-cita dan rencana hidup yang diharapkan untuk tercapai sebelum datangnya usia tua. “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”, begitulah nasihat yang sering diberikan kepada orang muda; tetapi bagi sebagian orang yang sudah pensiun mungkin pandangan hidup sudah berubah untuk menerima apa yang ada.
Berlainan dengan pandangan atau kebiasaan umum, buat orang Kristen tujuan hidup bukanlah hanya untuk menggantungkan cita-cita setinggi langit dan berusaha mencapainya, dan juga bukan untuk hidup pasif dan tidak berbuat apa-apa – tetapi untuk memuliakan Tuhan, karena itulah tujuan Tuhan untuk menciptakan manusia. Manusia dari segala bangsa, jenis, status sosial dan umur seharusnya mengabdikan diri mereka selama hidup di dunia untuk kemuliaan Tuhan.
“Semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan!” Yesaya 43: 7
Jika tujuan hidup kita adalah untuk memuliakan Tuhan, itu bukan berarti kita tidak boleh berusaha mencapai apa yang bisa dicapai dalam hidup kita, karena Alkitab mengatakan bahwa apapun yang kita perbuat dalam hidup ini, kita harus melakukan semuanya untuk kemuliaan Tuhan. Ini berarti bahwa apa yang kita pikirkan dan rencanakan haruslah mempunyai tujuan agar nama Tuhan dibesarkan. Dengan tidak bersemangat untuk mencapai hasil baik atau dengan kepuasan untuk tidak berbuat apa-apa, manusia tidak dapat memuliakan Tuhan.
“Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.” 1 Korintus 10: 31
Dalam kenyataannya, kebanyakan manusia, tua atau muda, memiliki cita-cita dan membuat rencana untuk dirinya sendiri. Bukan saja mereka yang muda ingin untuk memperoleh segala kenikmatan duniawi yang ada, mereka yang sudah tua pun jarang memikirkan apa yang harus diperbuat untuk kemuliaan Tuhan dalam sisa hidup mereka. Manusia tidak tahu apa yang terjadi esok hari, tetapi seolah merasa bahwa mereka harus dan akan hidup untuk mencapai apa yang mereka senangi.
Hari ini, kita harus menyadari bahwa hidup mati kita bukannya ada di tangan kita, dan karena itu dalam merencanakan segala sesuatu seharusnya kita melakukannya dengan rasa rendah hati dan penyerahan kepada Tuhan. Manusia memang bisa merencanakan segala sesuatu, tetapi jika itu bukan untuk kemuliaan Tuhan, pada akhirnya semua itu tidak ada gunanya sesudah hidup kita berakhir di dunia ini.
Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: “Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung”, sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Yakobus 4: 13-14
Semoga kita bisa mengarahkan hidup kita ke arah yang benar dan mau menyerahkan semua rencana hidup kita ke tangan Tuhan demi kemuliaan-Nya!