Ingat kelemahan, ingat Tuhan

“Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: ”Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.” Ibrani 12: 5-6

Dalam kehidupan sehari-hari sering manusia merasa lelah dan lemah. Berbagai masalah di kantor, sekolah, maupun rumah tangga, seringkali membuat kita lelah. Mereka yang bekerja di ladang Tuhan juga kerap kali merasa penat baik secara jasmani maupun rohani. Rasa lelah terasa lebih parah jika kita merasa sudah berusaha sebaik mungkin tetapi tidak mendapat hasil yang kita harapkan. Dalam keadaaan ini, orang Kristen mungkin teringat untuk berdoa guna meminta pertolongan Tuhan.

Jika kita jujur, mungkin kita ingat bahwa jumlah doa kita ketika berada dalam keadaan nyaman adalah lebih kecil, jika dibandingkan jumlah doa kita ketika mengadapi persoalan. Ini adalah hal yang umum di kalangan umat percaya. Mengapa begitu? Perumpamaan anak yang hilang menjelaskanbahwa manusia dalam keadaan nyaman sering lupa bahwa hidupnya yang harus disyukuri bergantung pada Tuhan; tetapi jika ia mengalami derita, ia mungkin baru sadar bahwa hanya Tuhan yang bisa menolong.

Soal merasa lelah dan lemah, jika tidak diatasi, bisa menimbulkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Rasul Paulus pernah mengungkapkan penderitaannya dalam hidup sebagai rasul Tuhan. Paulus menulis bahwa ia sudah banyak berjerih lelah dan bekerja berat; dan kerap kali ia tidak tidur; ia sering lapar dan haus; kerap kali dia harus berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian (2 Korintus 11: 27). Sudah sewajarnya ia merasa kuatir dengan adanya jemaat Korintus, yang sudah lama dibimbingnya, yang disesatkan oleh rasul-rasul palsu yang mungkin dianggap hebat dengan segala yang dibanggakan mereka.

Jika Paulus adalah orang yang tidak kuat imannya, ia mungkin akan mengalami kekecewaan yang besar karena adanya orang-orang yang tidak menghargai segala pengurbanannya untuk jemaat di Korintus. Apalagi ia mempunyai masalah kesehatan kronis yang tidak kunjung sembuh sekalipun ia sudah memohon kesembuhan tiga kali. Bukannya menyembuhkan Paulus, Tuhan justru berkata bahwa kasihNya kepada Paulus sudah cukup. Heran, dengan jawaban Tuhan itu, Paulus justru bisa makin merasakan bahwa hidupnya tergantung kepada Tuhan. Memang, Tuhan sering menghajar orang yang dikasihi-Nya, tetapi semua itu terjadi agar orang itu menjadi kuat karena sadar bahwa Tuhan adalah mahakuasa.

Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” 2 Korintus 12: 9a

Hari ini, jika kita merasa masih sangat lelah baik dalam hal lahir maupun batin, itu mungkin disebabkan oleh hal-hal dan suasana yang kita hadapi saat ini. Apalagi jika penghargaan, pertolongan, simpati dan empati orang lain tidak pernah kita terima. Keadaan yang demikian memang bisa membuat kita merasa sangat lemah dalam menghadapi hidup ini.

Tetapi, jika kita mengingat Paulus dengan kelelahan serta penderitaannya, dan juga dengan adanya jemaat di Korintus yang tidak menghargai segala pengurbanannya, biarlah kita juga bisa bersikap seperti dia, yang merasa bahwa kesulitan hidup justru membuat dia makin dekat kepada Kristus yang memberinya kesabaran, dan kekuatan. Adanya kesulitan hidup bisa membuat kita sepenuhnya bergantung pada Tuhan yang mahakuasa. Adanya kelelahan bisa membawa berkat karena dapat membuka kesempatan bagi kita untuk membina hubungan yang lebih baik dengan Kristus.

“Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku”. 2 Korintus 12: 9b

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s