Damai di bumi?

“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.” Yesaya 9: 6

Tidak terasa hari Natal sudah di ambang pintu dan dengan itu semua orang, Kristen dan bukan Kristen, dapat menikmati suasana Natal karena hotel, pertokoan dan tempat wisata sudah dihias dengan pohon, hiasan dan lampu Natal. Teringat saya akan masa kecil saya di Indonesia, mendengarkan lagu-lagu Natal dari radio luar negeri; membayangkan seolah hari Natal di luar negeri itu penuh kedamaian, apalagi dengan taburan salju di pohon-pohon dan di atas atap rumah-rumah. Salah satu lagu Natal klasik yang sering diputar saat itu adalah Hark! The Herald Angels Sing, ciptaan Charles Wesley. Lagu ini dikenal di Indonesia sebagai lagu Gita Sorga Bergema.

Gita Sorga Bergema adalah kidung yang termuat dalam buku nyanyian Kristen “Kidung Jemaat” Nomor 99 yang diterbitkan oleh Yamuger, dan juga dalam buku “Puji Syukur” nomor 457. Kidung ini biasa digunakan sebagai Nyanyian Gloria besar pada hari Natal dalam gereja-gereja Kristen Protestan. Lagu Natal ini juga populer di kalangan gereja-gereja Amerika Serikat dan Kanada. Pertama kali dipublikasikan pada tahun 1739 dalam koleksi Himne dan Sajak Kudus, Wesley sebenarnya membuat lirik kidung ini khidmat, bukan dengan tempo cepat atau disko seperti yang sering muncul di TV saat ini. Syair bait pertamanya berbunyi:

Gita sorga bergema,
“Lahir Raja mulia!
Damai dan sejahtera
turun dalam dunia.”
Bangsa-bangsa, bangkitlah
dan bersoraklah serta,
permaklumkan Kabar Baik;
Lahir Kristus, T’rang ajaib!
Gita sorga bergema,
“Lahir Raja mulia!”

Himne aslinya digubah sebagai “Himne untuk Natal” oleh Charles Wesley, yang termasuk dalam koleksi John Wesley yang diterbitkan tahun 1739. John dan Charles Wesley adalah dua bersaudara, pendeta gereja Metodis Amerika. Bait pertama kata-katanya direvisi pada tahun 1758 oleh George Whitefield, sahabat John dan Charles Wesley, menjadi syair bahasa Inggris yang sekarang. Kidung ini diterjemahkan oleh Yamuger pada tahun 1977. Versi terjemahan Indonesia lainnya adalah: “Dengarlah Malak Menyanyi” yang dimuat di Pujian Bagi Sang Raja, Sinode GBIS, dan Kidung Persekutuan Reformerd Indonesia, Sinode GRII, dan “Dengarlah Malaikat Nyanyi” yang dimuat di Nyanyian Kemenangan Iman.

Damai dan sejahtera turun dalam dunia, tertulis dalam bait pertama lagu ini. Agaknya yang dibayangkan dan diharapkan manusia dengan datangnya hari Natal seringkali tidak sesuai dengan apa yang terjadi dalam kenyataannya. Setelah dewasa saya menjadi sadar bahwa adanya Natal belum tentu membawa kedamaian. Di berbagai tempat, perayaan Natal terjadi di tengah peperangan, kemiskinan dan kekacauan. Bahkan, sekalipun banyak yang merayakan Natal di keluarga, di gereja atau negara, kedamaian itu seringkali sukar dirasakan. Apa guna merayakan Natal jika kedamaian itu tidak ada? Dapatkah kita membayangkan Yesus yang lahir sebagai bayi kecil lemah lembut di palungan? Dan malaikat-malaikat yang menyanyikan lagu malam kudus?

Yesus sebenarnya datang ketika bangsa Israel sedang dijajah bangsa Romawi. Bagi mereka, situasi pada saat itu tentunya tidak damai. Tetapi, Yesus datang ke dunia bukan dengan maksud untuk mendamaikan manusia dengan manusia. Ia tidak datang untuk memberi ketenteraman, kepuasan dalam kehidupan duniawi. Ia datang ke dunia untuk memisahkan mereka yang mau didamaikan dengan Allah Bapa, dari mereka yang ingin mendekati Allah dengan cara mereka sendiri.

“Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.” Matius 10: 34-36

Yesus adalah Raja Damai karena Ialah yang membawa damai antara Allah dan umat manusia. Murka Allah terhadap manusia yang tidak mau bertobat dari dosa mereka, terhadap mereka yang merasa dapat membeli karcis ke surga, atau yang merasa hidup mereka sudah cukup baik, tidaklah dapat dipadamkan kecuali melalui penebusan Yesus Kristus.

Hari ini biarlah kita sadar bahwa walaupun di dunia ini sering kita menjumpai berbagai hal yang tidak membawa kedamaian di antara umat manusia; dalam keluarga, pekerjaan, negara dan bahkan gereja, kita boleh yakin bahwa kita sudah didamaikan dengan Allah Yang Mahasuci. Dan karena kita sudah mendapatkan kebahagiaan yang tertinggi, kita juga seharusnya dapat membagikan kabar baik itu kepada sesama kita supaya mereka, melalui hidup kita, juga dapat memperoleh dan merasakan kedamaian dengan Allah Tuhan kita.

“Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!” Roma 10: 15b

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s