“O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya.” Roma 11: 33

Baru saja memasuki tahun 2023, kemarin terjadi kecelakaan di Dunia Laut (Sea World) di Gold Coast, Australia. Dua helikopter milik Sea World bertabrakan di udara ketika helikopter yang mau mendarat bersenggolan dengan helikopter lain yang baru berangkat. Helikopter yang baru saja terbang kemudian jatuh dan menewaskan pilot bersama 3 orang penumpangnya. Helikopter yang lain rusak tapi masih bisa mendarat dengan selamat. Dari ketiga penumpang yang tewas itu ada pasangan suami istri dari Inggris yang baru setahun menikah dan seorang ibu dari Sydney, sedangkan yang luka berat adalah seorang ibu dan anaknya, serta seorang anak lain. Berkenaan dengan hal ini, saya sempat terbangun tadi malam dan memikirkan satu masalah yang sering diperbincangkan di kalangan umat Kristen: Mengapa ada hal-hal yang buruk dan jahat? Mengapa ada penderitaan dan ketakutan? Mengapa ada malapetaka? Apakah Tuhan bertanggungjawab atas hal-hal itu?
Memang dunia ini sudah jatuh dalam dosa dan tidaklah mengherankan bahwa ada saja kejadian-kejadian yang mengerikan di segala penjuru dunia. Tetapi, apakah Tuhan yang membuat semua itu? Jika Tuhan itu mahakuasa tetapi tidak menghentikan hal-hal yang jahat dan berbagai malapetaka, bukankan Ia juga bersalah? Mengapa Tuhan membiarkan manusia, termasuk umat-Nya, menderita dan bahkan mati dalam kesengsaraan di dunia ini? Jika Tuhan itu mahakasih, bukankah Ia harus melindungi anak-anak-Nya setiap saat dan dalam semua keadaan? Jika Tuhan tidak bertangungjawab atas hal-hal itu, bukankah Ia adalah Tuhan yang jahat? Jika Ia tahu bahwa hal yang jahat akan terjadi tetapi tidak dapat berbuat apa-apa, bukankah Ia bukan Tuhan yang mahakuasa?
Selanjutnya, kita tahu bahwa Tuhan membimbing umat Israel keluar dari tanah Mesir dan selama itu umat Israel menerima berbagai hukuman Tuhan dan bangsa-bangsa lain disekitarnya juga mengalami kejadian serupa. Jika itu untuk menggenapi rencana Tuhan untuk penyelamatan, apakah Tuhan tetap melakukan hal-hal yang serupa di zaman ini? Mungkinkah Tuhan mahakuasa dan mahaadil sehingga setiap hal yang jahat adalah hukuman-Nya kepada mereka yang mengalaminya?
Pertanyaan-pertanyaan diatas adalah pertanyaan yang sulit dijawab dan tidak seorangpun yang tahu jawaban apa yang 100% benar. Roma 11: 33 diatas seharusnya dapat menyadarkan bahwa kita tidak mungkin bisa mengerti jalan pikiran dan rencana Tuhan sepenuhnya. Walaupun demikian, dengan mempelajari Firman, kita setidaknya akan mengerti beberapa pokok yang penting.
Memang di dunia yang penuh dosa ini, hidup manusia adalah berat dan penuh perjuangan. Alam semesta dengan semak duri dan berbagai bencana alam adalah bagian kehidupan manusia. Selain itu, karena manusia adalah mahluk yang lemah, ia juga sering membuat kesalahan dalam mengolah dan memelihara apa yang ada di bumi. Juga membuat kekeliruan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Karena itu tidak mengherankan kalau ada berbagai bencana, perang dan kecelakaan di dunia karena adanya kelemahan dan kesalahan manusia. Umat percaya boleh bersandar kepada Tuhan untuk memberi bimbingan dan perlindungan, tetapi karena hidup seluruh manusia di dunia adalah seperti lalang dan gandum yang hidup dalam satu lahan, siapapun dapat mengalami bencana yang berbagai ragam bentuknya, terutama jika pimpinan dan masyarakat membuat kekeliruan kolektip yang besar.
Bencana juga menunjukkan keterbatasan manusia secara fisik maupun moral. Manusia bisa membuat kekeliruan secara jasmani maupun rohani. Dengan demikian, setiap orang yang mengalami bencana di dunia belum tentu lebih besar dosanya dari yang lain. Tapi untuk anak Tuhan, adanya bencana justru membuka kemungkinan adanya keajaiban Tuhan yang terjadi dalam hidup atau nurani mereka dan juga dalam hidup orang lain. Bagi mereka yang belum percaya, adanya bencana memberi kesempatan untuk menyadari bahwa hanya Tuhan yang mahakuasa dan mahasempurna.
Hidup orang percaya juga selalu dalam incaran iblis, yang ingin menghancurkannya. Ayub adalah contoh yang nyata bahwa hidup orang-orang Kristen mungkin mendapat serangan iblis sedemikan rupa sehingga iman mereka benar-benar mengalami ujian berat. Tetapi bencana yang terjadi bukanlah berasal dari Tuhan, sekalipun itu terjadi dengan seizin Tuhan. Tuhan tahu kekuatan Ayub dan Ia tidak mebiarkan Ayub dicobai lebih dari kekuatannya. Kitapun harus yakin bahwa seperti Ayub, kita harus tetap teguh dalam iman untuk memenangkan pergulatan hidup seperti itu. Selain itu, dalam menghadapi tantangan kehidupan, kita seharusnya bisa saling menolong agar nama Tuhan makin dipermuliakan.
Hari ini biarlah kita bisa meyakini bahwa Tuhan kita baik. Ia tidak mendatangkan atau membuat bencana untuk umat manusia. Tuhan ‘bertanggungjawab’ dalam kasih-Nya yang memberikan kesempatan kepada seluruh umat manusia untuk bisa mengambil keputusan dan kemampuan memilih apa yang baik selama mereka hidup dengan bimbingan-Nya. Ia mengasihi seluruh umat manusia dan bahkan mengurbankan anak-Nya untuk menebus dosa mereka yang percaya. Tuhan jugalah yang menggerakkan umat-Nya untuk bisa mengasihi mereka yang tertimpa bencana atau dalam kesusahan. Karena itu, Tuhanlah yang menuntut tanggung jawab kita dalam hal mendengarkan suara-Nya dan atas bagaimana kita menggunakan hidup kita.
“Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.” 1 Yohanes 4: 16