“Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.” Filipi 4: 12

Sebagai seorang dosen, saya sudah terbiasa bekerja seorang diri di ruang kantor saya. Tetapi, setiap bulan Desember dan Januari saya sering merasa agak “kesepian” karena banyaknya rekan saya yang mengambil cuti selagi murid-murid masih berlibur panjang. Dengan demikian, suasana di universitas terlihat sepi dan lenggang karena jarang terlihat orang yang berlalu-lalang. Walaupun demikian, keadaan saat ini adalah cocok untuk memikirkan apa yang perlu dilakukan dalam tahun yang baru ini, agar lebih banyak keberhasilan yang bisa dicapai. Selain itu, bagi banyak orang, saat ini belumlah terlambat untuk memikirkan bagaimana mereka bisa lebih berbahagia daripada tahun yang lalu.
Sungguh menarik bahwa untuk memperoleh atau menambah kebahagiaan, di zaman modern ini orang tetap tertarik pada berbagai resep yang sudah ada sejak lama, seperti resep awet muda, resep umur panjang, resep keharmonisan rumah tangga, resep kesuksesan dalam bisnis dan lain-lain. Dalam hal ini, resep hidup bahagia juga sering dibaca orang di berbagai media. Penulis resep bahagia bisa saja seorang psikolog, motivator, atau pemuka agama.
Memang pada umumnya kebahagiaan dimasukkan dalam hal yang abstrak, yang muncul dalam alam pikiran atau hati manusia. Para penulis itu pada umumnya setuju bahwa kesuksesan, kekayaan atau pun kesehatan belum tentu membawa kebahagiaan. Walaupun demikian, sering juga didengar dalam pengajaran orang-orang tertentu bahwa kesuksesan jasmani dan materiel adalah tanda kesuksesan rohani, dan dengan demikian kesuksesan dan materi adalah tanda kebahagiaan dalam hidup bersama Tuhan.
Hari Natal yang baru kita rayakan menunjukkan bahwa Yesus dilahirkan dalam suasana yang sangat sederhana, untuk tidak dikatakan miskin. Yesus juga dibesarkan dalam keluarga yang tidak berada, yang memperoleh nafkah dari usaha bertukang kayu. Yesus dan murid-murid-Nya pergi ke mana-mana dengan berjalan kaki di jalan yang berdebu dan kotor. Tetapi Yesus dan murid-murid-Nya berhasil, sukses, dalam mengabarkan jalan keselamatan. Yesus jugalah yang mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak dapat kita peroleh di dunia jika kita terpukau pada harta dan kesuksesan. Harta dan kesuksesan adalah sementara, karena itu pastilah bukan kunci maupun tanda kebahagiaan hidup dalam Tuhan. Sebaliknya, jika kita terpukau pada kesuksesan jasmani, kerohanian kita akan mengalami kemunduran.
“Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” Matius 6: 21
Pagi ini, saya mendapat ucapan selamat tahun baru dari seorang rekan yang baru kembali dari liburannya. “Selamat tahun baru, semoga Anda memperoleh kesuksesan dan kemakmuran tahun ini”, tulisnya dalam sebuah email kepada semua rekan sekantor. Saya tersenyum seorang diri. Inikah arti kebahagiaan dalam hidup manusia?