Menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak Tuhan melaui doa

Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu, sehingga nama Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu dan kamu di dalam Dia, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.” 2 Tesalonika 1: 11-12

Apakah setiap orang Kristen berdoa? Pertanyaan ini terdengar aneh. Tetapi, adalah kenyataan bahwa banyak orang yang menyebut dirinya Kristen, walaupun tidak atau jarang berdoa secara teratur. Sebagian hanya berdoa bersama-sama jemaat lainnya ketika di gereja, tetapi di luar kebaktian tidak pernah berdoa. Mungkin karena malas, tidak ada waktu untuk berdoa, atau tidak terbiasa atau tidak bisa berdoa. Ini tentunya sangat menyedihkan, karena ada tertulis dalam Alkitab bahwa kita harus berdoa dengan tidak berkeputusan:

Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” 1 Tesalonika 5:17-18

Pada pihak yang lain, memang ada pemikiran sebagian orang Kristen bahwa doa kita tidak akan ada gunanya karena Tuhanlah yang menetapkan segalanya, dan semua rancangan-Nya pasti terjadi. Doa adalah usaha manusia yang sia-sia, begitu argumen mereka. Ini ada benarnya, jika kita berdoa dengan maksud untuk mengubah kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan yang mahakuasa tidak dapat diubah manusia, dan kehendak Tuhan bukanlah atas usul manusia. Bukankah kita menyebut “Kehendak-Mu jadilah” dakam Doa Bapa Kami?

Ada pertanyaan lain, mengapa Yesus mengajarkan kita untuk mengajukan permohonan kita secara pribadi dan ringkas kepada Tuhan, jika Ia tahu apa yang kita butuhkan sebelum kita memintanya?

“Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu j yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.” Matius 6: 6-8

Hal berdoa adalah suatu misteri dalam iman Kristen karena Alkitab mengajarkan adanya kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia. Tuhan berkuasa untuk menentukan segala apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi Ia menuntut tanggung jawab kita atas apa yang kita lakukan. Oleh karena itu, kita tetap diperintahkan untuk berdoa dan bekerja. Ora et Labora.

Dalam agama Kristen, frasa berdoa dan bekerja mengacu pada praktik monastik gereja Katolik yang umumnya terkait dengan ajaran Santo Benediktus, yang percaya akan perlunya memadukan kontemplasi dengan tindakan. Frasa ini mengungkapkan kebutuhan untuk menyeimbangkan doa dan kerja dalam aturan-aturan monastik, dan telah digunakan dalam banyak komunitas Kristen secara umum sejak abad pertengahan hingga saat ini. Pandangan ini adalah alkitabiah, sekalipun kita harus tahu apa yang akan kita kerjakan dan apa yang patut kita doakan.

Ayat pembukaan di atas ditulis oleh rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika dan bisa memberikan pedoman hidup kita, terutama dalam hal berdoa dan bekerja. Paulus menyatakan bahwa ia selalu berdoa agar: (1) Tuhan menganggap jemaat Tesalonika layak bagi panggilan-Nya, dan (2) dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendak mereka untuk berbuat baik, dan (3) menyempurnakan segala pekerjaan mereka sehingga (4) nama Yesus dimuliakan di dalam hidup mereka dan (5) hidup mereka di dalam Dia.

Kita bisa melihat bahwa Paulus berharap bahwa Tuhan memanggil jemaat Tesalonika untuk hidup baik sesuai dengan panggilan-Nya. Kita harus sadar bahwa tidak ada satu manusia pun yang bisa hidup baik jika Tuhan tidak memanggil mereka dan mempersiapkan, membimbing dan menyempurnakan kehendak mereka. Sebagai contoh, Tuhan yang menganggap Musa layak untuk memimpin orang Israel, sudah merencanakan untuk membawa umat Israel untuk keluar dari Mesir sebelumnya.

Musa yang berusaha menghindar dari tugas yang ditentukan Tuhan, akhirnya tidak bisa mengelak dari perintah Tuhan. Itu bukan karena Musa dipaksa Tuhan, tetapi karena Tuhan yang menguatkan Musa dan menyempurnakan kehendak Musa untuk menolong bangsanya. Tujuan Tuhan untuk membawa umat Israel keluar dari tanah Mesir sudah tentu berhubungan dengan rencana agung-Nya untuk menyelamatkan umat manusia dari hukuman dosa melalui kelahiran Yesus, tetapi yang paling utama adalah agar Dia dipermuliakan dalam hidup setiap orang yang diselamatkan, dan agar mereka yang percaya kepada-Nya bisa hidup bersama dengan Dia di surga.

Kembali kepada hal menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak Tuhan, peranan doa adalah penting. Memang Tuhan sudah mempunyai rencana tertentu untuk setiap umat-Nya. Jika kita hidup dalam terang-Nya, melalui Roh Kudus kehendak Tuhan akan makin lama makin terasa dalam hidup kita. Sebagai umat-Nya, kita sudah tentu mempunyai kehendak untuk melayani Tuhan. Tetapi, jika Tuhan tidak mengarahkan hidup kita dan kita tidak mau mendengar suara-Nya, kehendak kita sendiri tidak akan membawa kemuliaan kepada Tuhan.

Melalui doa kita dan doa saudara-saudara seiman, hari demi hari kita akan lebih bisa merasakan bahwa Ia sudah memanggil kita, mempersiapkan kita, membimbing kita dan menyempurnakan kehendak kita. Jika kita rajin berdoa dan kemudian memiliki hidup yang berkenan kepada-Nya, hidup kita akan berguna untuk memuliakan Dia. Pada akhirnya, kita akan yakin bahwa kita akan menerima kemuliaan di surga pada waktunya.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s