Tetapi Tuhan menjawabnya: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” Lukas 10: 41 – 42

Baru saja tahun baru, sekarang bulan Februari hampir berlalu. Saya yakin jika bulan Juli datang, banyak orang yang akan berkata “tak terasa setengah tahun sudah berlalu”. Memang dengan kesibukan hidup, hari berlalu dengan cepat dan usia pun bertambah tanpa terasa. Memikirkan hari-hari yang telah lalu atau tahun-tahun yang sudah silam, terkadang saya merenung. Seperti pemazmur dalam Mazmur 102: 11, saya berpikir dalam-dalam: “Hari-hariku seperti bayang-bayang memanjang, dan aku sendiri layu seperti rumput”.
Memang dengan terbatasnya waktu dan umur yang dimiliki manusia, setiap orang tentunya ingin secepatnya mencapai apa yang diharapkan. Selagi masih bisa, manusia harus berusaha. Tetapi, dengan berlalunya waktu terkadang kita merasa adanya kemungkinan bahwa beberapa hal yang kita ingini, mungkin tidak bisa tercapai. Dengan demikian timbullah berbagai pertanyaan. Jika kita dapat mengulangi hidup kita, apakah kita akan menempuhnya dengan cara yang berbeda atau dengan cara yang sama? Jika kita menempuh hidup yang penuh kesibukan, apakah semuanya itu sudah membawa kepuasan dan keberhasilan?
Jika jujur, semua orang tentunya mengaku adanya cita-cita atau keinginan yang mungkin tidak akan tercapai sampai akhir hayatnya. Sebagian orang mungkin bisa menerima kenyataan itu tanpa menjadi kecewa, tetapi banyak juga orang yang menyesali apa yang terjadi pada masa yang silam. I wish I could do that! Aku sebenarnya ingin seperti itu! Begitulah kata orang yang sedih mengapa orang lain bisa, sedangkan ia sendiri tidak mampu. Walaupun begitu, ada juga orang yang sekalipun pernah kecewa, merasa bahwa semua yang terjadi sudahlah ditentukan Tuhan. Sudah nasib. Karena itu buat apa dipikirkan lagi? I am what I am. Aku adalah sebagaimana adanya.
Dalam ayat diatas, Yesus menegur Marta yang kecewa karena saudaranya, Maria, tidak mau membantu dia mempersiapkan makanan di dapur. Selagi Marta sibuk melayani, Maria duduk dekat kaki Yesus dan sibuk mendengarkan suara Yesus. Marta dalam kesibukannya merasa bahwa waktu-waktu berlalu dengan cepat dan ia kuatir kalau-kalau ia tidak dapat menangani apa yang perlu dikerjakan. Pada pihak yang lain, Maria sibuk mendengarkan pengajaran Yesus dengan penuh perhatian sehingga waktu berlalu tanpa terasa. Baik Maria maupun Marta mengasihi Yesus, dan mempunyai kesibukan hidup. Bagi keduanya waktu berlalu dengan cepat, tetapi kesibukan yang satu membawa kedamaian sedangkan yang lain membawa kekuatiran dan juga iri hati.
Hari ini, jika kita hidup seperti Marta, mungkin kita bisa melihat adanya saudara-saudara seiman kita yang seperti Maria , terlihat bahagia dan damai hidupnya. Mereka kelihatannya tidak sibuk dan kurang peduli akan keramaian, kemewahan, kesibukan orang disekitarnya. Mungkin kita bertanya-tanya apa sebabnya. Sangat mudah bagi kita untuk menuduh orang-orang yang sedemikian sebagai orang-orang yang malas, kurang bersemangat atau kurang mau untuk berhasil. Tetapi, mungkin saja mereka itu adalah orang-orang yang lebih berbahagia daripada kita yang selalu sibuk. Bagi kita yang selalu sibuk bekerja, sibuk mencari uang, mencari nama, dan mencari kepuasan hidup yang lain, waktu berlalu dengan cepat dan kita bertanya-tanya kemanakah perginya. Seperti Marta yang sibuk melayani, mungkin hidup kita terasa berat. Lebih dari itu, Marta tidak sadar bahwa dari awalnya Tuhan mengharapkan ketaatan manusia kepada Firman-Nya.
Firman Tuhan diatas mengingatkan kita bahwa sudah sewajarnya bahwa manusia mempunyai berbagai kesibukan di dunia ini. Adalah normal jika waktu berlalu dan kita merasa bahwa kita belum atau tidak bisa mencapai target hidup kita. Walaupun demikian, Yesus mengingatkan kita untuk memakai waktu kita dengan bijaksana, agar kita bisa memilih apa yang terbaik untuk hidup kita. Jika kita yakin bahwa kita adalah orang pilihan, bukannya kita boleh melakukan apa saja karena keselamatan kita sudah terjamin. Sebaliknya, kita harus mau untuk membina hubungan yang baik dengan Tuhan dan sesama kita. Kita harus memilih apa yang membawa kedamaian dan kebahagiaan yang sejati, apa yang membuat waktu berlalu dengan cepat, tetapi yang juga membuat kita makin ingin untuk lebih dekat kepada Tuhan selama kesempatan masih ada di dunia.