Jika kita mengenal diri kita, kita akan mengenal Tuhan

“Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.Jika kita b erkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.” 1 Yohanes 1:8-10

Judul di atas sering dipakai dan diajarkan oleh pengikut aliran spiritual tertentu. Bahkan ada yang mengajarkan bahwa dengan menenali diri kita, kita akan menemukan bahwa Tuhan ada di dalam diri kita. Selain itu, ada juga yang mengajarkan bahwa dengan mengenali diri sendiri, pada akhirnya kita akan bisa menjadi dekat dan bersatu dengan-Nya, untuk bisa berpikir dan bertindak seperti Dia. Pada akhirnya, kita bisa menjadi (seperti) Tuhan.

Bagi mereka yang tidak percaya adanya Tuhan, sudah tentu semboyan di atas tidaklah ada artinya. Bagi mereka yang tidak mau menerima kenyataan bahwa mereka adalah orang yang berdosa, sudah tentu tidak akan mengerti adanya Tuhan yang mahasuci, yang hanya bisa menerima manusia yang sudah ditebus oleh darah Kristus untuk bisa diselamatkan. Mereka tentunya sulit untuk menjadi orang Kristen. Mengapa begitu?

Sebenarnya, untuk orang percaya ada pengertian bahwa hampir semua hikmat yang kita miliki, yaitu hikmat yang benar dan sehat, terdiri dari dua bagian: pengetahuan tentang Tuhan dan tentang diri kita sendiri. Bagi orang yang tidak beriman, hikmat hanya ada untuk mengerti hal-hal jasmani saja. Bagi mereka, pengetahuan akan Tuhan adalah suatu kebodohan. Dan karena mereka tidak takut akan (adanya) Tuhan, mereka tidak dapat mendapatkan hikmat rohani yang datang dari surga.

Judul di atas adalah benar, tetapi harus diartikan dari konteks yang tepat. Seringkali, garis itu digunakan sebagai pembenaran untuk introspeksi atau kesadaran diri secara psikologis.Adalah keliru jika kita menginginkan hubungan erat dengan batin kita karena kita merasa tidak dapat memahami Tuhan tanpa belajar dari pengalaman kita sendiri. Yang benar adalah: kita bisa mengenal Tuhan karena Dialah yang membuka jalan bagi kita untuk menyadari dosa-dosa kita.

Apa yang benar adalah bahwa kita harus mengenal diri kita sendiri untuk mengenal Allah, tetapi yang harus kita ketahui adalah “ketelanjangan yang memalukan” yang menyingkapkan “banyaknya kelemahan” dalam hidup kita. Pengetahuan tentang diri sangat diperlukan karena dari “ketidaktahuan, kesombongan, kemiskinan, kelemahan kita sendiri” kita dapat mengenali bahwa “cahaya kebijaksanaan sejati, kebajikan yang murni, kelimpahan penuh dari setiap kebaikan, dan kebenaran sejati hanya ada di dalam Tuhan”. Sebuah kontras yang besar. Dengan demikian, jelaslah bahwa apa yang sering menghambat pengenalan akan diri sendiri adalah kebodohan dan kesombongan manusia. Mereka yang yakin bahwa hidup mereka adalah cukup baik, tidak akan dapat mengenal Tuhan yang mahasuci.

Tujuan pengenalan akan diri sendiri juga bukan untuk membedakan tipe kepribadian kita atau mengetahui bakat kita atau berhubungan dengan masa lalu kita, meskipun semua ini ada gunanya. Bagi orang Kristen sejati, pengetahuan tentang diri sendiri adalah sangat penting karena kita hanya akan mulai mencari Allah ketika “kita mulai tidak senang dengan diri kita sendiri”. Apa arti hidup kita? Apakah manusia hanya dilahirkan untuk bekerja dan kemudian kembali menjadi tanah? Usaha mengenali diri sendiri dan mencari makna kehidupan adalah bagian dari proses pengenalan akan Tuhan.

Mana yang lebih dulu: pengenalan akan diri sendiri atau pengenalan akan Tuhan? Meskipun keduanya saling terkait, kita harus mulai dengan pengenalan akan Tuhan. Ini penting agar kita tahu seberapa jauh kita dari kemuliaan dan kekudusan Allah. Manusia yang belum mengenal Tuhan selalu menimbang bahwa diri mereka adalah benar, lurus, bijaksana dan suci. Kebanggaan semacam ini adalah bawaan dalam diri setiap manusia. Jika Tuhan tidak mencelikkan mata rohani kita, kita tidak akan melihat adanya ketidakbenaran, kekotoran, kebodohan, dan kenajisan dalam diri kita sendiri. Selain itu, kita tidak akan yakin akan dosa kita jika kita hanya memandang diri kita sendiri, tetapi tidak pernah sadar adanya Tuhan, yang merupakan satu-satunya standar yang dengannya penilaian ini harus diukur. Kita harus mengenal Tuhan, bukan untuk memahami perasaan, temperamen, dan pengalaman kita (sekalipun ada gunanya), tetapi untuk memahami kebutuhan kita akan Tuhan. Kita melihat Tuhan ketika Dia mengungkapkan dirinya kepada kita, dan kemudian kita kan bisa melihat adanya kontras antara Dia dan diri kita.

Malam ini, firman Tuhan berkata: Kenalilah Tuhan, dan kenalilah dirimu sendiri. Kenali diri Anda untuk mengetahui kebutuhan Anda akan Tuhan. Kenali Tuhan untuk mengetahui bahwa Anda bukanlah orang yang bisa menyelamatkan diri sendiri. Jika kita mengaku dosa kita, maka kita akan mengenal Dia yang setia dan adil, dan percaya bahwa Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Dengan demikian kita akan bisa hidup dalam kedamaian dan kebahagiaan sejati.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s