Rasa malu harus pada tempatnya

“Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu.” 1 Petrus 4: 16

Pernahkah anda merasa malu? Tentunya setiap orang pernah mengalami peristiwa yang memalukan dalam hidupnya. Mungkin itu hanya soal kecil seperti memakai pakaian yang kurang sesuai ke pesta, atau hal yang lebih besar seperti lupa mengerjakan tugas penting yang diberikan atasan.

Untuk hal yang kecil, biasanya orang lebih mudah melupakan rasa malunya, tetapi ada hal-hal lain yang signifikan yang membuat rasa malu sulit hilang dari pikiran. Dalam hal ini, ada hal yang sekalipun terasa kecil untuk seseorang, merupakan hal yang besar untuk orang lain. Walaupun demikian, ada orang yang tidak pernah merasa malu sekalipun ia melakukan hal-hal yang membuat orang lain merasa sangat malu. Tidak tahu malu, istilahnya. Tetapi rasa malu adalah soal pribadi, dan tiap orang agaknya mempunyai kesadaran yang berbeda. Begitu juga, jika orang percaya memiliki rasa malu kepada Tuhan atas cara hidupnya, orang yang tidak kenal Tuhan tidak akan sadar akan dosanya, dan karena itu tidak pernah malu atau menyesal atas perbuatannya.

Di zaman sekarang orang mudah merasa malu jika mobil sudah nampak tua, atau rumah yang tidak sebesar rumah tetangga. Tetapi, banyak orang tidak merasa malu ketika ketahuan sudah menyalah-gunakan uang perusahaan atau uang negara. Mereka yang bisa memperoleh banyak uang dengan cara menjual diri pun tidak merasa malu mempertunjukkan hasil jerih payahnya

Sering kali kita mendengar bahwa hidup orang yang beriman adalah hidup yang diberkati Tuhan. Dari mimbar gereja sering dikumandangkan pesan bahwa Tuhan yang mengasihi anak-anak-Nya, akan juga memberikan berkat-Nya dengan berkelimpahan. Malahan, ada banyak pendeta yang mengkhotbahkan bahwa orang Kristen akan mempermalukan Tuhan yang mahakaya jika tidak kaya. Untuk menjadi kaya, apa yang diperlukan adalah iman yang kuat, dan dengan itu Tuhan akan memenuhi kebutuhan umat-Nya di dunia. Orang Kristen yang sedemikian, tidak merasa malu ketika mereka memperlakukan Tuham seperti dewa Mamon.

Apa yang kita lihat sebagai kenyataan hidup adalah sebaliknya. Mereka yang hidupnya tidak baik sering kali terlihat jaya dan nyaman hidupnya, dan mereka yang berusaha hidup dalam kejujuran justru sering mengalami kekurangan dan penderitaan. Lebih payah lagi, jika penderitaan bisa datang kepada siapa saja, kapan saja, dan di mana saja, sebagian orang Kristen mungkin merasa terpukul kalau sanak saudara, teman atau diri sendiri mengalami musibah. Adakah keuntungan menjadi orang Kristen di dunia ini?

Ayat diatas jelas mengatakan bahwa sebagai orang Kristen kita tidak perlu merasa malu jika kita mengalami penderitaan. Itu jika kita tidak berbuat jahat atau salah (1 Petrus 4: 15). Jadi, apa pun yang terjadi atas diri kita, kita tidak perlu merasa tertekan, sedih, malu, gundah ataupun merana.

Penderitaan memang bisa datang kepada orang percaya melalui beberapa sebab:

  • Dunia sudah jatuh dalam dosa, apa yang sekarang ada di dunia adalah cacat dan jahat.
  • Pengikut Tuhan sering dibenci oleh mereka yang membenci Tuhan Yesus.
  • Iblis ingin menghancurkan umat Tuhan dan gereja-Nya.
  • Tuhan mendidik anak-anak-Nya untuk bisa lebih baik.
  • Pengikut Yesus ingin mengikuti cara hidup-Nya di dunia dan mau berkurban untuk sesama dan membela keadilan seperti Dia yang sudah mati untuk mereka.

Jika kita merasa hidup kita berat, kita mungkin mengalami salah satu atau sebagian dari sebab diatas. Firman Tuhan mengatakan bahwa kita tidak perlu merasa malang; sebaliknya kita harus merasa bersyukur karena ada kesempatan bagi kita untuk menunjukkan iman kita kepada seisi dunia, bahwa dalam semua hal kita bisa merasakan penyertaan Kristus dan menyelami betapa besar kasih-Nya yang sudah menebus dosa kita. Lebih dari itu kita bisa berharap bahwa pada suatu saat kita akan mendapat kemuliaan di surga sebagai anak-anak Allah.

“Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” Roma 8: 17

Bagi orang Kristen yang benar-benar hidup dalam Tuhan, rasa malu bukanlah karena merasa kalah dengan orang lain dalam hal duniawi. Tuhan bukanlah yang menimbulkan rasa malu, tetapi umat Tuhan yang sejati bisa merasa malu karena apa yang kurang baik yang diperbuatnya. Pada waktu Adam dan Hawa melanggar larangan Tuhan di taman Firdaus, mereka tiba-tiba sadar akan ketelanjangan mereka (Kejadian 3: 7). Mereka merasa malu bukan karena Tuhan membuatnya muncul, dan bukan juga karena adanya bentuk tubuh yang berlainan, tetapi karena adanya kesadaran bahwa mereka sudah mengkhianati kasih Tuhan.

Dalam kehidupan umat Kristen, penebusan oleh darah Kristus sudah mencuci bersih dosa kita (Yesaya 1: 18). Apa yang dulunya gelap, sekarang menjadi terang; apa yang dulunya kotor sekarang menjadi putih bersih. Dengan itu semua rasa bersalah, rasa malu dan rasa pahit dari masa lalu kita seharusnya bisa dihilangkan dari pikiran kita. Karena pengampunan Tuhan, kita juga wajib mengampuni diri kita dan juga orang lain, melupakan hal-hal memalukan dari masa lalu.

Walaupun demikian, jika kita tidak memuliakan Kristus sepenuhnya, patutlah kita merasa malu. Hidup baru orang yang sudah diselamatkan seharusnya bisa terlihat dari apa yang diperbuatnya dan apa yang dihasilkannya. Karena kita sudah diselamatkan bukan karena usaha kita, kita harus selalu bersyukur dan memuliakan Kristus Juruselamat kita, baik oleh hidup kita maupun oleh mati kita. Selama hidup ini kita harus memuliakan Kristus dalam segala apa yang kita kerjakan, sehingga jika tiba waktunya untuk kita meninggalkan dunia ini, Tuhan akan menerima kita dengan ucapan selamat atas segala jerih payah kita (Matius 25: 21).

Hari ini, marilah kita menganalisa hidup pribadi kita. Marilah kita memikirkan apa yang sudah kita lakukan dalam hidup kita sampai sekarang. Apakah kita sudah memakai segala apa yang kita punyai untuk memuliakan Tuhan dalam segala kesempatan yang diberikan-Nya? Apakah kita merasa puas dengan pujian orang lain atas hidup kita yang terlihat indah di depan umum? Ataukah kita secara pribadi mengakui bahwa kita masih sering mementingkan apa yang kita senangi saja dan melupakan rasa malu kepada Tuhan yang sudah mencurahkan kasih-Nya yang sungguh besar kepada kita? Semua itu hanya bisa dijawab oleh setiap orang percaya secara pribadi sesuai dengan panggilan Tuhan dan bukannya dengan mendengarkan pendapat dunia. Semoga pencerahan Roh Kudus bisa kita rasakan dan sadari dalam hidup kita.

“Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.” Filipi 1: 20

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s