“Tetapi mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati.” 1 Petrus 4: 5

Pernahkah anda memikirkan arti kata “adil”? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “adil” bisa berarti sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak; berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran; sepatutnya; dan tidak sewenang-wenang. Definisi kata itu agaknya mudah di mengerti, tetapi masalahnya ialah bahwa selama hidup di dunia ini kita sering melihat apa yang kurang atau tidak adil.
Dalam hidup sehari-hari, mungkin kita sering melihat bahwa ada banyak orang yang bersalah tetapi tidak mendapatkan hukuman yang setimpal, dan sebaliknya ada orang yang tidak bersalah tetapi memperoleh hukuman berat. Bagaimana manusia bisa diharapkan untuk bertanggung jawab atas perbuatannya jika hukum yang ada tidak dapat dilaksanakan dengan benar?
Dalam hal ini kita juga tahu bahwa setiap orang yang berhadapan dengan masalah bisa mendapatkan bantuan hukum untuk mendapatkan keringanan dan bahkan pembebasan dari hukuman. Orang yang mampu dan berpengaruh memang bisa menyewa ahli-ahli hukum ternama untuk membela kasus mereka. Sekalipun seseorang bersalah secara fakta, ia mungkin tidak bersalah secara hukum; dan karena itu tugas para pembela hukum adalah meringankan hukuman sang klien. Orang yang bebas dari hukuman harus dipandang sebagai orang yang tidak bersalah. Itulah hukum di dunia, dan sekalipun tidak sempurna, sebagai orang Kristen kita harus menaatinya.
Selama hidup di dunia, orang Kristen adalah warga dunia tetapi juga warga surga. Mereka harus menaati hukum dunia tetapi juga hukum Tuhan. Ketaatan kepada pemerintah dan hukumnya adalah keharusan bagi setiap orang Kristen dan itu diajarkan dalam Alkitab (Roma 13: 6 – 7). Walaupun demikian ada kalanya apa yang dibenarkan oleh hukum setempat belum tentu sesuai dengan apa yang tertera dalam Alkitab. Makin banyak hal yang disetujui oleh masyarakat di zaman modern ini yang bertentangan dengan firman Tuhan. Itu bukan saja menyangkut uang, bisnis, sekolah, hubungan antar manusia dan budaya, tetapi juga menyangkut soal makanan dan pakaian dan sebagainya. Dengan demikian, banyak orang Kristen menjadi bimbang: manakah yang harus dituruti?
Adalah kenyataan bahwa ada banyak orang Kristen yang sekarang segan untuk menunjukkan kekristenan mereka dan sebaliknya cenderung untuk mengikuti arus dunia. Banyak orang Kristen yang tidak mau dipandang “aneh” oleh masyarakat atau dianggap sebagai “orang Farisi” oleh sesama umat. Ada juga orang Kristen yang kuatir dianggap sesat karena berusaha untuk berbuat baik sekalipun keselamatan hanya diperoleh melalui anugerah Allah. Menjadi orang Kristen adalah orang yang dibebaskan dari tuntutan hukum, begitu kata mereka. Jadi, selama apa yang dilakukan dianggap sah dan adil menurut hukum setempat, mereka akan hidup dan bekerja seperti orang bukan Kristen, agar tidak mengalami masalah dalam hidup bermasyarakat. Mereka tidak sadar bahwa walaupun mereka bisa menghindari masalah yang bertautan dengan hukum dunia dan cara hidup manusia, mereka tidak akan bisa menghindari fakta bahwa mereka mungkin melanggar hukum Tuhan karena tidak hidup menurut cara hidup yang sudah dinyatakan Tuhan dalam Alkitab. Berbeda dari hukum dunia yang bisa berubah-ubah dan bisa dihindari, hukum Tuhan adalah kekal dan tidak bisa dipengaruhi oleh kehendak manusia dan situasi. Manusia harus bertanggung jawab atas hidupnya kepada Tuhan, hakim yang di surga.
Ada orang Kristen yang berpendapat bahwa karena Tuhan adalah mahakuasa, umat pilihannya harus yakin bahwa tidak ada apa pun yang perlu dilakukan untuk keselamatan mereka. Yesus yang akan menghakimi manusia, adalah pembela kita. Dengan demikian, kita tidak perlu memikirkan cara hidup kita di dunia. Benarkah itu? Sudah tentu itu tidak benar karena mereka yang sudah diselamatkan harus mau meninggalkan cara hidup yang lama, yang tidak sesuai dengan hukum Tuhan. Umat pilihan-Nya yang sejati adalah orang yang dibebaskan dari perhambaan kepada dosa, dan kemudian menjadi hamba Allah. Dengan demikian, mereka sekarang harus memakai hukum surgawi sebagai pedoman hidup mereka.
Pagi ini, ayat pembukaan di atas mengingatkan kita bahwa sebagai orang percaya, kita mempunyai Tuhan di surga yang mengawasi semua tingkah laku dan perbuatan kita. Jika hidup kita hanya berdasarkan apa yang dianggap pantas, layak, lumrah , jamak dan adil di dunia, lambat laun kita akan hidup seperti mereka yang belum percaya. Tuhan yang mahaadil adalah Tuhan yang sudah menanamkan hukum-Nya dalam hati setiap orang percaya. Sekalipun dalam hidup sehari-hari kita tidak terus menerus membaca hukum utama tentang mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama kita, seharusnya kita bisa mengingatnya setiap kali kita melangkahkan kaki kita. Rasa takut akan Tuhan haruslah selalu ada dalam hati kita, dan itu membimbing kita untuk hidup dengan bijaksana. Memang pada akhirnya kita harus memberi pertanggungjawab kepada Dia, Tuhan yang mahaadil, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Sebagai umat-Nya, kita tentu berharap bahwa Tuhan akan menyambut kita dengan tangan terbuka di surga.
“Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” Matius 25:23