“Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.” Filipi 2: 12-13

Apa yang menyebabkan seseorang mengerjakan sesuatu? Mungkin itu perlu untuk mencari nafkah. Selain itu mungkin karena apa yang dikerjakan adalah bagian dari cara hidupnya. Ada juga kemungkinan bahwa apa yang dikerjakan adalah diharuskan oleh yang berwenang. Atau mungkin juga itu karena suatu hobi. Semua itu mudah dimengerti jika bertalian dengan hidup manusia di dunia. Tetapi bagaimana jika apa yang harus dikerjakan adalah bersangkutan dengan kehendak Tuhan? Mungkin jarang orang yang melakukan hal itu dengan benar karena berbagai alasan.
Jika seseorang bukan Kristen, sudah pasti mereka tidak dapat mengerti apa kehendak Tuhan yang ada dalam Alkitab. Tetapi, jika orang itu mengaku Kristen, mungkin saja ia jarang mempelajari firman-Nya. Selain itu, ada orang Kristen yang tidak percaya bahwa mereka tetap harus bekerja untuk Tuhan dan sesama, karena mereka merasa sudah diselamatkan. Ada juga orang Kristen yang percaya bahwa jika mereka tidak dapat bekerja untuk kemuliaan Tuhan, itu adalah sudah ditentukan Tuhan.
Ayat di atas beralih dari fokus Paulus pada kerendahan hati Kristus menjadi kebutuhan orang Kristen untuk menghidupi iman mereka untuk dilihat dunia (Filipi 2: 8-10). Dia mencatat peralihannya dengan menggunakan “oleh karena itu”, mengacu pada pembacanya sebagai “kekasihku” atau orang yang dicintai. Paulus juga akan menggunakan rujukan ini kepada orang Kristen Filipi dalam Filipi 4:1. Dalam kedua konteks tersebut, fokusnya adalah untuk menekankan kasihNya kepada pembacanya, yaitu orang Kristen yang sudah diselamatkan, dan sekaligus memberi mereka perintah untuk dipatuhi.
Paulus mencatat orang-orang Filipi dengan setia mengikuti ajarannya apakah dia bersama mereka, atau tidak. Mengikuti instruksi seorang guru ketika mereka tidak hadir adalah ujian kesetiaan yang terakhir, dan orang Kristen Filipi telah melakukan hal itu. Selama tahun-tahun mereka berpisah, Paulus tetap berhubungan dengan kelompok orang percaya ini. Bab 4 membahas beberapa kali mereka telah mengirimkan kepadanya sumbangan keuangan untuk membantu dia dalam pelayanannya.
Paulus juga memberikan perintah dengan menggunakan ungkapan yang aneh dan sering disalahpahami: “kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar.” Pernyataan unik ini berbicara tentang ketaatan yang berkelanjutan bagi mereka yang telah diselamatkan. Sangat penting untuk dicatat bahwa Paulus tidak mengatakan kepada mereka untuk bekerja demi keselamatan mereka. Pernyataan ini menyiratkan kebutuhan untuk menghidupi—untuk mempraktikkan, mendemonstrasikan, dan menunjukkan—keselamatan yang dimiliki orang percaya di dalam Kristus.
Konsep “takut dan gentar” membahas rasa hormat yang memuja kepada Tuhan. Ini bergema kembali ke konteks setiap lutut yang bertekuk lutut di hadapan Tuhan yang disebutkan dalam ayat 11. Banyak orang Kristen yang tidak mengerti bahwa keselamatan yang sudah dikaruniakan kepada mereka bukanlah surat izin untuk berbuat dosa, mengerjakan apa saja untuk kenikmatan pribadi dan untuk melupakan adanya kewajiban sebagai hamba Allah.
Paulus menulis bahwa Allahlah yang memberi jemaat Filipi baik kemauan maupun pekerjaan menurut keputusan-Nya. Setiap orang Kristen sudah diberi tugas dan kemampuan untuk bekerja demi kemuliaan-Nya. Setiap umat Kristen harus menyadari hal itu dengan rasa takut dan gentar, dalam arti dengan sungguh-sunnguh, dan tidak mengabaikan atau menghindarinya.
Orang yang sudah diselamatkan pasti akan mengerti peringatan Paulus ini karena mereka sadar akan kasih dan kuasa Allah yang sudah mengaruniakan anugerah-Nya. Tetapi, mereka yang belum lahir baru tidak akan benar-benar bisa mempunyai rasa takut dan gentar kepada Allah. Mereka tidak akan merasa perlu untuk berubah dari hidup lamanya. Mereka tidak pernah merasa perlu untuk bersungguh-sungguh dalam mempraktikkan keselamatan yang terasa sudah dalam genggaman. Mereka justru tidak pernah menganjurkan orang lain untuk hidup baik demi kemuliaan Tuhan.