“Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.” 1 Yohanes 1:6-7

Di zaman ini, orang mungkin sudah jarang memakai lampu tempel atau lampu petromaks. Dengan adanya tenaga listrik yang bisa disimpan dalam baterai atau disalurkan ke berbagai tempat, orang sekarang tentunya lebih sering memakai lampu listrik (baik jenis DC maupun AC). Bahkan dengan harga yang makin murah, lampu LED sekarang kelihatannya mulai mengganti bola lampu atau lampu neon. Lampu LED memang lebih terang, lebih awet, dan pemakaian listriknya sangat kecil jika dibandingkan lampu jenis lain. Hanya saja, saking terangnya lampu jenis baru ini, bagian rumah yang agak kotor yang dulunya kurang terlihat, sekarang kelihatan lebih mencolok. Terang menghilangkan kegelapan dan membuat apa yang kotor terlihat jelas.
Kitab 1 Yohanes 1 menyatakan fakta bahwa Yesus adalah Anak Allah yang kekal. Yohanes menegaskan bahwa dia secara pribadi telah melihat dan mendengar hal-hal yang Dia ajarkan. Kebenaran Tuhan disajikan sebagai “terang”, sedangkan ajaran palsu disajikan sebagai “kegelapan”. Mereka yang berpegang pada kebenaran diselamatkan dari kekotoran dosa melalui terang Kristus; tetapi, mereka yang mengaku tidak berdosa sama sekali adalah menipu diri sendiri karena hidup dalam kekotoran. Membaca tulisan ini, kita mungkin bertanya-tanya: apakah kita diselamatkan karena hidup baik kita?
Kitab 1 Yohanes 1:5–10 membuka topik utama surat Yohanes. Tuhan sepenuhnya adalah kebaikan dan kebenaran, dan mereka yang mengikuti Tuhan tidak bisa juga mengikuti kejahatan dan kepalsuan. Dalam ayat di atas, Yohanes menekankan kata “jika”, agar semua orang Kristen membandingkan diri masing-masing dengan kebenaran. Secara khusus, dalam ayat 10 menyebutkan adanya orang-orang yang mengaku sepenuhnya bebas dari dosa, atau tidak pernah berbuat dosa. Keyakinan seperti itu secara harfiah berlawanan dengan Injil. Tidak ada orang yang tidak berdosa selain Yesus Kristus.
“Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.” 1 Yohanes 1: 10.
Apa artinya 1 Yohanes 1: 6-7? Ayat 6 berbicara hal berjalan dalam kegelapan. Ayat 7 menawarkan kontrasnya, dan memanggil orang percaya untuk hidup menurut jalan Tuhan. Dalam hal ini, kita menemukan hubungan ayat-ayat ini dengan Injil Yohanes 1:8-9 tentang Yohanes Pembaptis yang menyatakan bahwa “ia (Yohanes Pembaptis) bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia”. Yesus dicatat sebagai “terang” dan “terang sejati”. Yohanes Pembaptis berbicara tentang Dia, dan ia memanggil orang-orang untuk bertobat sebagai persiapan kedatangan-Nya. Karena itu, sampai sekarang pun orang percaya dipanggil untuk berjalan menurut jalan Kristus dan bukan apa yang diajarkan oleh manusia.
Ayat 1 Yohanes 1:7 menyatakan apa yang terjadi ketika orang percaya benar-benar berjalan dalam terang Kristus: persekutuan orang percaya dan penyucian dari dosa. Pertama, orang percaya akan memiliki komunitas dan persahabatan satu sama lain. Dengan demikian, mereka akan dapat saling menguatkan dan saling menolong. Kedua, orang percaya akan mengalami pengampunan. Meskipun seseorang telah diampuni (selamanya) dari dosa ketika dia pertama kali percaya kepada Kristus, orang Kristen masih bisa melakukan dosa selama hidup di dunia dan membutuhkan pengampunan sebagai orang percaya.
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” 1 Yohanes 1: 9
Orang Kristen bukanlah orang yang sudah sempurna, tetapi adalah orang yang disadarkan Roh Kudus akan dosanya. Mereka yang tidak sadar akan hidupnya yang porak poranda justru adalah orang yang tidak pernah atau tidak mau menerima bimbiongan Roh Kudus. Mereka tidak menyadari bahwa Tuhan yang mahasuci adalah Tuhan yang membenci dosa sekecil apa pun. Jika manusia bisa membedakan apa yang disebut dosa besar dan apa yang disebut dosa kecil, bagi Tuhan semua dosa adalah kegagalan manusia untuk taat kepada kehendak-Nya yang sudah dinyatakan dalam Alkitab.
Setiap hari, dapatkah Anda menyebutkan dosa apa yang membutuhkan pengampunan dari Tuhan? Ataukah Anda mengira semua itu adalah lumrah dan termasuk dosa-dosa kecil yang umum dan biasa? Kita mungkin harus sadar bahwa rasul Paulus mencatat adanya banyak kegagalan dalam hidupnya, terlepas dari keinginannya untuk hidup benar dan banyaknya pekerjaan mulia yang telah dia lakukan untuk Tuhan.
“Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.” Roma 7:18
Implikasinya di sini jelas: kehadiran dosa dalam hidup orang Kristen yang sadar akan kelenahannya tidak berarti bahwa orang tersebut tersesat. Pengorbanan Kristus di kayu salib yang akan kita peringati sebentar lagi, sudah menghapus hukuman kekal dari semua dosa kita, di masa lalu, sekarang, dan di masa depan. Lebih penting lagi, mereka yang percaya kepada Kristus diampuni bahkan untuk dosa yang tidak mereka sadari. Bagaimana dengan dosa-dosa yang kita sadari? Kita harus mengakuinya, dan itu akan diampuni Tuhan – agar kita tidak melakukannya lagi. Jika kita bersikukuh untuk hidup dalam kegelapan setelah diampuni, itu berarti kita memakai kebebasan kita untuk tetap tinggal di jalan yang lebar yang akan membawa berbagai penderitaan (1 Timotius 6: 10). Itu bukanlah kehendak Tuhan atau rencana Tuhan untuk umat-Nya. Tetapi, jika kita mau dan bertekad untuk hidup dalam ketaatan, Tuhan akan melengkapi kekurangan kita dan memberikan kedamaian dalam hidup kita.
”Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” Yohanes 8: 11