Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Roma 6: 1

“Iman bukan hanya percaya bahwa Kristus mati untuk dosa-dosa kita, tetapi juga bahwa Ia jauh lebih baik daripada dosa.”
Penjelasan alkitabiah tentang kasih karunia Allah akan selalu membuat adanya orang yang mengatakan, “Jika apa yang Anda katakan itu benar, lalu mengapa saya tidak bisa hidup secara bebas dan berbuat dosa semau saya?”. Ini bukan lelucon, tetapi pikiran sedemkian sudah ada sejak zaman Paulus. Keberatan manusia terhadap Roma 6:1 adalah keberatan alami terhadap ajaran kasih karunia. Jika seseorang mengajar tentang kasih karunia Allah, bahwa kita diselamatkan melalui karunia semata-mata (by Grace only, Sola Gratia) dan setelah pelajaran itu selesai, tidak ada yang mengajukan keberatan yang diajukan untuk Roma 6:1, maka pengajaran itu belum sepenuhnya membahas kasih karunia Allah.
Roma 6:1 sebenarnya adalah ujian litmus untuk pengajaran siapa pun tentang kasih karunia. Pernah saya mendengar sebuah ungkapan “Kasih karunia Allah melampaui segala perbuatan manusia”. Ungkapan yang bagus, tetapi bisa ditafsirkan dalam berbagai cara. Walaaupun demikian, sehubungan dengan ayat di atas, ada dua arti yang bisa saya renungkan: (1) Kasih karunia Allah sanggup menhapus segala dosa manusia dan (2) Kasih Karunia Allah jauh lebih besar dari dosa yang dilakukan manusia. Kedua pengertian ini adalah benar. Walaupun demikian, keberatan yang selalu muncul jika saya menulis tentang kasih karunia seperti ini adalah: Tidakkah orang akan menyalahgunakan pengartian tentang kasih karunia seperti ini?
Keberatan saya mungkin cukup beralasan, karena itulah juga yang membuat Paulus menulis peringatannya kepada jemaat di Roma. Namun, jika kasih karunian Tuhan diberitakan dengan pembatasan untuk menghindari penyalahgunaan manusia, itu bukan lagi kasih karunia Tuhan yang mahakuasa. Tak pelak lagi, setiap kali saya berbicara atau menulis tentang kasih karunia yang tidak terbatas, ada orang yang berkeberatan atas Paulus yang mengatakan dalam Roma 6:1 bahwa kita tidak boleh terus berbuat dosa dengan maksud agar kasih karunia Tuhan makin berlimpah. Jika Tuhan mahabesar, tentu kasih karunia-Nya mampu menghapus dosa yang bertumbuh sebesar apa pun. Orang pilihan tentu mendapat pengampunan sekalipun dosanya merah seperti kirmizi (Yesaya 1:18). Begitu alasan mereka.
Dalam Roma 4–5, Paulus telah menulis tentang kasih karunia Tuhan yang luar biasa besarnya. Mengapa Roma 6:1 berlainan dengan ajaran Paulus sebelumnya tentang kasih karunia? Jika apa yang telah ditulis Paulus itu benar, mengapa orang Kristen sejati tidak dapat hidup tanpa memikirkan dosa? Dan apa perlunya kita berusaha untuk hidup baik jika kita tidak diselamatkan oleh perbuatan baik kita? Jika Anda sedang mengajar atau menulis tentang kasih karunia dan Anda mendapatkan pertanyaan ini, bersukacitalah, karena Anda telah menolong seseorang melihat sifat kasih karunia Allah yang luar biasa, dan sekarang mendapatkan kesempatan untuk menjelaskan implikasinya.
Dari pengakuan Westminster Bab 9 Poin 4, kita tahu bahwa jikaAllah membuat orang berdosa bertobat dan memindahkan dia ke kedudukan seorang yang teal beroleh rahmat, Dia membebaskannya dari perhambaan kodratnya di bawah dosa dan oleh rahmat-Nya semata-mata menjadikan dia mampu menghendaki dan melakukan apa yang baik secara rohani. Akan tetapi, caranya begitu rupa sehingga, disebabkan kerusakan yang masih tinggal padanya, ia tidak menghendaki apa yang baik itu secara sempurna, dan hanya itu saja, tetapi menghendaki juga apa yang jahat.
Paulus mengajak kita untuk memikirkan cara hidup kita sekalipun kita yakin sudah menerima keselamatan. Kita harus sadar bahwa perjuangan kita adalah melawan kuasa-kuasa kegelapan yang ingin menjatuhkan kita ke dalam dosa dan membuat hidup kita di dunia sengsara. Jika sesudah menerima Roh Kudus Anda jatuh kedalam dosa, itu adalah karena pilihan Anda,
Anda mungkin pernah mendengar tentang tujuh dosa utama (seven capital sins) atau tujuh dosa mematikan (seven deadly sins) yang pernah disebut dalam tradisi gereja di abad mula-mula: kesombongan, iri hati, kemarahan, ketamakan, hawa nafsu, kerakusan dan kemalasan. Dosa-dosa semacam itu tidak terjadi secara “normal” dalam hidup orang percaya, yang sudah menerima Roh Kudus. Itu terjadi karena mereka tidak mau secara aktif melawan dosa. Mereka yang tidak sadar akan hal ini, lambat laun akan terjebak dalam antinominanisme. Antinomianisme berarti anti terhadap hukum. Ajaran ini mengajarkan bahwa orang-orang Kristen telah dibebaskan dari hukum Tuhan dan tidak perlu melakukan hukum Tuhan lagi karena orang-orang Kristen telah mendapat kasih karunia Allah.
Sebagian orang mungkin juga berpikir bahwa membuat kategori “tujuh dosa” adalah sia-sia, karena di mata Tuhan tidak ada dosa kecil atau dosa besar. Di Alkitab ada disebutkan berbagai macam dosa, dan jumlahnya jauh lebih besar dari tujuh. Ini benar. Namun, dalam tradisi Kristen yang panjang ketujuh dosa utama ini terus didengungkan karena sikap realistis bahwa ketujuh dosa ini memang “utama,” dalam arti ia melahirkan banyak dosa-dosa lainnya selama manusia hidup di dunia. Karena itu mereka disebut dosa utama (capital, caput, kepala), dosa yang merendahkan kasih karunia Tuhan yang sudah mengampuni mereka. Dosa yang bisa membawa kehancuran hidup orang Kristen di dunia dan merugikan masyarakat di sekitarnya. Selain itu, dosa-dosa orang Kristen bisa disebutkan sebagai perbuatan anti penginjilan.
Pada pihak yang lain, ada orang yang berpendapat bahwa tidak ada dosa yang bisa membawa kebinasaan kepada orang percaya. Orang yang sudah diselamatkan sudah dibasuh dengan darah Kristus dan karena itu tidak ada dosa yang bisa membatalkan penyelamatan itu. Orang pilihan selalu menerima karunia pengampunan Tuhan. Sudah tentu pandangan ini ada benarnya, yaitu jika orang berdosa sudah menerima hidup baru dari Tuhan dan berubah dari hidup lamanya, ia adalah orang yang benar-benar dipilih oleh Tuhan. Pada pihak yang lain, ini bukan berarti bahwa setiap orang yang rajin ke gereja, tetapi tetap bergelimang dalam dosa adalah orang yang sudah diselamatkan.
Jika setiap orang yang benar-benar bertobat akan diampuni Tuhan, mengapa kita harus kuatir akan kemungkinan jatuh dalam dosa? Bukankan dosa orang pilihan tidak akan membawa kebinasaan? Memang, jika kita benar-benar percaya kepada Allah dan Putra-Nya yang tunggal, Yesus Kristus, keselamatan sudah diberikan kepada kita. Itu adalah hasil pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus tidak akan meninggalkan kita dan Ia akan bekerja secara luar biasa dalam hidup kita, sehingga kita tidak tetap hidup dalam dosa.
“Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.” Roma 8: 11
Paulus selanjutnya menjelaskan mengapa orang tidak boleh berbuat dosa lagi, tetapi dia tidak pernah mengatakan mereka tidak bisa berbuat dosa. Dalam ayat di atas Paulus tidak mengatakan bahwa jika orang terus hidup dalam dosa, mereka akan mengakhiri kasih karunia Allah, atau akan membuktikan bahwa mereka tidak pernah benar-benar dibenarkan sejak awal. Tidak, Paulus berpendapat bahwa jika seseorang benar-benar memahami kasih dan anugerah Allah, dan apa yang telah Allah lakukan bagi mereka di dalam Yesus Kristus, pengetahuan ini akan menuntun mereka untuk hidup bebas dari dosa, bahkan tidak lagi hidup dalam dosa.
Malam ini, masih adakah pemikiran anda akan bahaya dosa dalam hidup Anda? Apakah dosa sudah membuat hidup Anda tenang, nyaman, dan bahagia? Apakah Anda masih peduli tentang dosa apa yang dilakukan hari ini sebelum Anda berdoa? Ataukah keyakinan bahwa keselamatan sudah ditangan Anda membuat Anda hidup dalam kebebasan dari bimbingan Roh Kudus? Percayakah Anda bahwa iman yang benar bukan hanya percaya bahwa Kristus mati untuk dosa-dosa kita, tetapi juga bahwa Ia jauh lebih baik daripada dosa? Hanya Anda yang bisa menjawab, dan jawaban dan cara hidup Anda yang sudah diselamatkan akan mempengaruhi cara hidup orang-orang di sekitar Anda yang juga merupakan milik Tuhan yang harus kita kasihi.