“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.” Roma 3:23-26 TB

Topik ini telah menjadi perdebatan selama berabad-abad di Gereja. Tidak berlebihan jika kita menyatakan kalau perdebatan mengenai ini memang terkait inti dari Injil itu sendiri. Ketika kita membahas peran Tuhan dan peran manusia mengenai keselamatan, ada dua faham yang bertolak belakang, yaitu faham monergisme dan faham sinergisme. Monergisme, yang berasal kata Yunani yang berarti “bekerja sendirian/sepihak,” adalah pandangan yang menganggap hanya Allah sendiri yang berperan dalam keselamatan kita. Sinergisme, yang juga berasal dari kata Yunani, dan berarti “bekerja bersama-sama/kerjasama dua pihak,” adalah pandangan yang menganggap Allah bekerja bersama-sama dengan manusia terkait keselamatan.
Kedua istilah ini kemudian dikenal sebagai bagian dari Calvinisme (monergisme) dan Arminianisme (sinergisme). Dalam kenyataannya, orang bisa mempunyai berbagai pandangan yang berlainan di antara kedua kutub teologi ini sekalipun keduanya mengakui bahwa baik Tuhan maupun manusia harus melakukan sesuatu sebelum manusia dapat diselamatkan. Ada golongan Kristen yang seakan merendahkan perlunya tindakan manusia, dan ada pula yang seakan merendahkan pentingnya bimbingan Ilahi.
Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa tindakan Ilahi dan manusia sebagai hal yang penting dalam rencana keselamatan Allah. Ini tidak berarti bahwa manusia tidak perlu menjawab panggialn Ilahi karena Tuhan sudah menentukan siapa yang ke surga dan siapa yang ke neraka. Sebaliknya, ini bukan berarti rencana keselamatan Tuhan bergantung pada kehendak manusia. Pengakuan Westminster dalam hal ini membantu kita untuk bisa mengerti apa yang dikatakan Alkitab.
Apa peran manusia dalam rencana keselamatan?
1. Seseorang harus bertobat dan percaya untuk diselamatkan.
Tidak ada seorang pun yang pernah diampuni dan dijadikan anak Allah yang tidak mau berbalik dari dosa kepada Kristus. Tidak ada di mana pun di dalam Alkitab bahkan mengisyaratkan bahwa manusia dapat diselamatkan melalui karunia Tuhan tanpa pertobatan dan iman. Firman selalu menyatakan hal-hal ini penting sebelum seseorang dapat diselamatkan. Satu-satunya jawaban Alkitab untuk pertanyaan “Apa yang harus saya lakukan untuk diselamatkan?” adalah “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan diselamatkan.”
2. Setiap orang yang bertobat dan percaya Injil akan diselamatkan.
Setiap jiwa, tanpa kecuali, yang menjawab perintah Injil untuk datang kepada Kristus akan diterima dan diampuni oleh Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Jika kita dapat benar-benar yakin akan isi Alkitab, kita dapat yakin bahwa Kristus tidak akan membatalkan janji-Nya untuk menerima “semua orang yang datang kepada-Nya”.
3. Pertobatan dan iman merupakan tindakan perseorangan yang bebas (yaitu secara sukarela, bukan dipaksa).
Manusia, dengan pikiran, hati, dan kemauannya sendiri harus meninggalkan dosa dan menerima Kristus. Berpaling dari dosa dan menjangkau dalam iman kepada Kristus adalah tindakan manusia, dan setiap orang yang menanggapi panggilan Injil melakukannya karena dia dengan jujur ingin melakukannya. Dia ingin diampuni dan dia hanya bisa diampuni dengan bertobat dan percaya. Tidak seorang pun, termasuk Tuhan, dapat mewakili kita untuk bertobat dari dosa untuk kita, kita harus melakukannya. Tidak seorang pun dapat mempercayai Kristus untuk “menggantikan kita”; sebaliknya, kita harus secara pribadi, sadar, dan rela mempercayai Dia untuk bisa diselamatkan.
Ketiga hal: pikiran, hati, dan kehendak manusia berdosa, yang harus menerima kebenaran Injil, tidak memiliki kemampuan untuk menerima kebenaran tersebut atau bahkan berkeinginan atau berkehendak untuk memiliki kemampuan tersebut. Faktanya justru kebalikannya yang benar. Kebebasan manusia berdosa tidak hanya menyebabkan hilangnya keinginan untuk datang kepada Kristus, dan setiap bagian dari sifatnya secara aktif menentang Kristus dan kebenaran.
Menolak Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat bukanlah “tanpa tindakan” yang pasif, melainkan pilihan yang disengaja. Itu adalah dengan sengaja memilih untuk berkata “tidak” kepada Kristus dan “ya” kepada diri sendiri dan dosa. Tidak ada seorang pun yang “netral” sehubungan dengan Tuhan dan otoritas-Nya. Ketidakpercayaan adalah tindakan pikiran, hati, dan kehendak yang disengaja seperti halnya iman. Inilah yang Yesus maksudkan dalam Yohanes 5:40 ketika Dia berkata, “Kamu tidak mau (sengaja membuat pilihan) datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.”
Apa peran Tuhan dalam rencana keselamatan?
1. Alkitab menyatakan bahwa manusia, karena sifatnya yang berdosa, sama sekali tidak dapat bertobat dan percaya dengan usaha sendiri.
Beberapa teks Akitab yang secara tegas menyatakan beberapa hal yang tidak dapat dilakukan oleh orang yang terhilang:
- Manusia tidak dapat melihat kebenaran – sampai saat dia dilahirkan kembali. (Yohanes 3:3)
- Manusia tidak dapat mengerti – sampai ia diberi sifat baru terlebih dahulu. (I Kor 2:14)
- Manusia tidak dapat datang kepada Yesus – sebelum dia dipanggil secara efektif oleh Roh Kudus. (Yohanes 6:44-45)
Ada banyak ayat Alkitab yang menyebutkan ketidakbisaan manusia dalam usaha mencapai keselamatan, tetapi ketiga poin di atas sudah cukup untuk menunjukkan bahwa seorang pendosa mutlak tidak dapat (perhatikan bahwa ini bukan hanya “tidak mau”) datang kepada Kristus sampai Allah terlebih dahulu melakukan “sesuatu” dalam sifat pendosa itu. Tindakan Allah harus terjadi sebelum manusia bisa bertindak. “Sesuatu” itu adalah apa yang Alkitab sebut regenerasi, atau kelahiran baru, dan itu adalah karya eksklusif Allah Roh Kudus (lahir baru di sini berbeda dengan pengertian Arminianisme). Manusia tidak memiliki bagian apa pun dalam regenerasi.
2. Kelahiran baru, atau regenerasi, adalah apa yang terjadi ketikaTuhan memberi kita kehidupan rohani yang memampukan kita untuk melakukan apa yang harus kita lakukan (bertobat dan percaya), tetapi yang sebelumnya tidak dapat kita lakukan karena belenggu dosa kita.
Ketika Alkitab berkata bahwa manusia mati dalam dosa, itu berarti pikiran, hati, dan kehendak manusia semuanya mati secara rohani dalam dosa. Ketika Alkitab berbicara tentang keberadaan kita dalam “perbudakan dosa”, itu berarti bahwa seluruh keberadaan kita, termasuk kehendak kita, berada di bawah perbudakan dan kuasa dosa. Kita memang membutuhkan Kristus untuk mati dan membayar hukuman dosa kita, tetapi kita juga sangat membutuhkan Roh Kudus untuk memberi kita sifat baru dalam kelahiran kembali. Anak Allah membebaskan kita secara sah dari hukuman dosa, tetapi hanya Roh Kudus yang dapat membebaskan kita dari kuasa dan kematian kebobrokan kita dalam dosa. Kita membutuhkan pengampunan untuk diselamatkan, dan Kristus memberikan pengampunan dan kebenaran yang lengkap bagi kita dalam kematian-Nya. Namun, kita juga membutuhkan kehidupan dan kemampuan rohani, dan Roh Kudus menyediakannya bagi kita dalam kelahiran kembali. Ini adalah karya pembaharuan Roh Kudus yang memampukan kita menerima karya penebusan Kristus dengan iman yang benar.
3. Iman dan pertobatan terjadi setelah lahir baru. Anugerah Allah tidak hanya memberikan keselamatan, tetapi kuasa-Nya juga memberi kita kemampuan untuk menginginkan dan menerimanya.
Allah bekerja di dalam kita “baik kemauan maupun pekerjaan”. Pekerjaan-Nya di dalam kita untuk “menghendaki” adalah kelahiran baru, dan pekerjaan pembaharuan (kelahiran baru) ini sepenuhnya adalah pekerjaan Roh Kudus. Saat kita melupakan perbedaan antara “diselamatkan oleh iman” (tindakan manusia) dan “dilahirkan kembali oleh Roh Kudus” (tindakan Allah), kita sedang menuju ke arah kebingungan dan masalah.
Jika perlunya pekerjaan Roh Kudus untuk mengarahkan kemauan manusia diabaikan secara teologis, tidak lama kemudian hal itu bisa diabaikan dalam praktik hidup baru yang berpuat pada kemampuan jasmani manusia. Pada pihak yang lain, mereka yang mengabaikan peranan manusia dalam keselamatan dan hidup baru akan menghadapi kesulitan untuk melepaskan diri dari pengaruh fatalisme.
Sebagai penutup, Poin 4 dari pengakuan Westminster menyatakan bahwa ketika Allah membuat orang berdosa bertobat dan memindahkan dia ke kedudukan seorang yang telah beroleh rahmat, Dia membebaskannya dari perhambaan kodratnya di bawah dosa dan oleh rahmat-Nya semata-mata menjadikan dia mampu menghendaki dan melakukan apa yang baik secara rohani. Bagaimana dengan hidup Anda saat ini?
Bahan dari “God’s Part and Man’s Part in Salvation” oleh John G. Reisinger (Monergism)