“Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut. Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat! Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.” Yakobus 1: 14-18

Anda tentu tahu kisah kejatuhan Adam dan Hawa di atas. Adam dan Hawa sudah diberitahu oleh Allah akan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dimakan. Jika kemudian si ular membujuk keduanya untuk melanggar larangan Tuhan, mungkin Anda berpendapat bahwa Tuhan agaknya terlalu kejam. Bukankah Tuhan tahu kbahwa manusia adalah makhluk yang lemah dan mudah terbujuk? Mengapa Tuhan membuat pohon yang menyebabkan manusia tergoda dan kemudian jatuh dalam dosa? Apakah Tuhan sengaja mencobai Adam dan Hawa? Apakah Ia yang mahatahu sengaja membiarkan ular melakukan perbuatan kejinya agar manusia bisa dihukum-Nya?
Pengakuan Westminster Bab 9 Poin 1 dan 2 bisa membantu kita untuk mengerti apa yang terjadi. Di situ dinyatakan bahwa Allah telah memperlengkapi kehendak manusia dengan kebebasan kodrati yang tidak dipaksa dan tidak ditentukan oleh keharusan alamiah apa pun untuk berbuat baik atau jahat. Ketika masih berada dalam kedudukan tidak berdosa, Adam dan Hawa memiliki kebebasan dan kuasa yang membuatnya mampu menghendaki dan melakukan apa yang baik dan berkenan dan kepada Allah. Akan tetapi, dalam hal itu mereka peka terhadap perubahan, sehingga dapat jatuh dan kehilangan kemampuan itu.
Dari apa yang ditulis raul Yakobus di atas, kita membaca bahwa Allah bukanlah pencipta dosa siapa pun. Jika ada manusia yang melakukan penganiayaan terhadap sesamanya, atau ketidakadilan dan dosa apa pun terhadap orang lain, Allah tidak bisa dituntut atas hal-hal itu. Dan dosa apa pun yang membuat manusia terprovokasi melalui pencobaan dan penderitaan yang mereka alami, Tuhan bukanlah penyebabnya.
Sekalipun pernah membaca tentang apa yang terjadi di taman Eden, ada orang Kristen yang merasa bahwa ketika mereka jatuh pada saat pencobaan, Tuhan membiarkan adanya tekanan besar pada mereka sehingga mereka memilih jalan yang buruk, dan membuat mereka melakukan kejahatan (fatalisme). Itu terjadi agar rencana Tuhan terjadi. Tetapi, ini tidak benar. Meskipun rencana Tuhan harus terjadi, dan karena itu mereka berusaha untuk menyalahkan Tuhan, kesalahan mereka harus sepenuhnya ditanggung oleh diri mereka sendiri. Manusia harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya, sekalipun ia menolak tanggung jawabnya, dan sekalipun ia tidak akan sanggup menerima hukumannya. Tuhan adalah mahasuci, dan Ia menuntut manusia ciptaan-Nya untuk tidak melalukan apa yang cemar.
Yakobus menulis: Janganlah ada orang berkata, ketika dia tergoda untuk mengambil jalan yang jahat, atau melakukan hal yang jahat, saya dicobai oleh Allah; karena Tuhan tidak dapat dicobai dengan kejahatan. Semua kejahatan moral disebabkan oleh suatu kekacauan pada orang yang bertanggung jawab atas kejahatan itu, karena keinginan mereka akan kemasyhuran, harta atau kekuasaan, atau kenyamanan (bandingkan dengan Tujuh Dosa Yang Membinasakan). Siapakah yang dapat mendakwa Tuhan yang mahasuci dengan adanya kekurangan manusia yang merupakan esensinya? Tidak ada hal yang dapat menggoda Dia untuk tidak menghormati atau menyangkal diri-Nya sendiri yang mahasuci, dan karena itu Dia harus menjatuhkan hukuman-Nya. Ia tidak dapat digoda oleh kejahatan manusia.
Dalam dispensasi pemeliharaan Allah tidak ada yang dapat disalahkan atas dosa siapa pun . Ia juga tidak mencobai siapa pun. Sebagaimana Allah sendiri tidak dapat dicobai oleh kejahatan, demikian pula Ia tidak dapat menjadi pencoba bagi orang lain. Dia tidak bisa menjadi promotor dari apa yang kotor sifatnya. Dalam hal ini, pikiran manusia sering ingin membebankan dosanya sendiri kepada Allah. Ada sesuatu yang turun-temurun dalam hal ini. Adam menyalahkan Tuhan, karena memberinya penggoda.
Di antara orang Kristen, ada yang percaya bahwa Tuhanlah yang memungkinkan kejatuhan mereka dalam dosa. Tetapi, jangan sampai kita berbicara demikian. Sangat buruk berbuat dosa; tetapi jauh lebih buruk, ketika kita telah melakukan kesalahan, untuk menyalahkan Tuhan, dan mengatakan bahwa itu adalah hak-Nya. Mereka yang menyalahkan dosa-dosa mereka di dunia, atau yang berpura-pura berada di bawah apa yang sudah ditetapkan Tuhan untuk berbuat dosa, secara tidak langsung menyatakan bahwa Tuhan yang salah, seolah-olah Dia adalah penyebab dosa. Penderitaan, seperti yang dikirim oleh Tuhan, dirancang untuk menarik manusia ke arah anugerah Tuhan, tetapi bukan untuk kerusakan kita.
Ayat 14 menyatakan kepada kita di mana letak penyebab sebenarnya dari kejahatan, dan di mana kesalahan harus ditimpakan. Setiap orang dicobai (dalam arti yang buruk) ketika ia diseret oleh nafsunya sendiri, dan dibujuk. Dalam tulisan Alkitab lain, iblis disebut si penggoda, dan hal-hal lain kadang-kadang bisa menggoda kita; tetapi baik iblis maupun orang atau benda lain mana pun tidak boleh dipersalahkan untuk memaafkan diri kita sendiri; karena sesungguhnya kejahatan dan pencobaan yang asli ada di dalam hati kita sendiri. Bahan yang mudah terbakar ada di dalam diri kita, meskipun nyala api dapat diledakkan oleh beberapa penyebab luar.
Bagaimana cara dosa bekerja dalam prosesnya? Pertama menarik, lalu membujuk. Karena kekudusan terdiri dari dua bagian—meninggalkan yang jahat dan berpegang teguh pada yang baik, maka kedua hal ini jika dibalik, adalah dua bagian dari dosa. Hati dibawa dari yang apa baik, dan terpikat untuk melekat pada yang jahat. Pertama-tama karena kecenderungan yang rusak, atau dengan bernafsu dan mengingini hal-hal yang sensual atau duniawi, terasing dari kehidupan Tuhan, dan kemudian secara bertahap terperangkap dalam jalan dosa. Dosa bukan terjadi karena sudah ditetapkan oleh Tuhan dalam hidup kita. Dosa terjadi karena kita tidak mau bertanggung jawab atas hidup yang diberikan Tuhan kepada kita.
Pagi ini, kita dapat mengamati kuasa dan kelicikan dosa. Ada banyak kekerasan yang dilakukan terhadap hati nurani dan pikiran manusia oleh kekuatan yang korup: dan ada banyak kelicikan dan tipu daya dan sanjungan dalam dosa untuk membawa kita pada maksudnya. Kekuatan dan kekuatan dosa tidak akan pernah menang, jika bukan karena kelicikan dan tipu muslihatnya. Orang berbuat dosa yang bisa membinasakan karena dibujuk dan disanjung untuk kehancuran mereka sendiri. Dan ini akan membenarkan Tuhan selamanya ketika Ia memberikan penghukuman kepada mereka, bahwa mereka menghancurkan diri mereka sendiri. Tuhan menuntut tanggung jawab setiap orang, Kristen dan Non-Kristen, atas cara hidup dan apa yang diperbuat mereka selama hidup di dunia. Tuhan tidak pernah berubah, dari awal sampai sekarang. Satu hal yang memberi harapan kepada umat manudia adalah janji Tuhan untuk mengampuni mereka yang bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus.
Tulisan di atas menakai buku tafsiran Alkitab oleh Matthew Henry.