“Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan” Kejadian 50: 20a

Dalam menghadapi penderitaan orang sering bertanya: Mengapa ini harus terjadi? Mereka yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu belum tentu orang yang bukan Kristen, karena orang Kristen pun sering bergulat menghadapi gejolak hidupnya. Di antara beberapa jawaban, satu yang paling mudah dilontarkan, tetapi juga merupakan jawaban yang keliru adalah “karena semua itu sudah ditetapkan Tuhan”.
Bagi mereka yang percaya bahwa manusia sudah jatuh ke dalam dosa dan karena itu harus meninggalkan taman Eden, pertanyaan ini mungkin tidak sukar untuk dijawab. Karena Adam dan Hawa sudah jatuh ke dalam dosa, mereka harus meninggalkan tempat yang serba indah dan nyaman dan kemudian mengalami hidup yang penuh derita dan susah-payah (Kejadian 3: 23 – 24). Kita sekarang hidup di dunia yang harus dihadapi dengan perjuangan, dan adanya kelaparan, penyakit, kematian dan malapetaka lainnya adalah suatu yang lumrah. Walaupun demikian, jawaban ini belumlah lengkap.
Menyimak apa yang tertulis dalam pengakuan Westminster, kita bisa membaca:
“Semua orang kudus yang disatukan dengan Yesus Kristus, Kepala mereka, oleh Roh-Nya dan oleh iman, bersekutu dengan Dia dalam karunia-karunia-Nya,dalam penderitaan-Nya, dalam kematian-Nya, dalam kebangkitan-Nya, dan dalam kemulian- Nya. Dan karena mereka disatukan yang seorang denganyang lain dalam kasih, maka karunia-karunia dan anugerah-anugerah mereka masing-masing menjadi milik bersama;lagi pula, mereka wajib menunaikan tugas-tugas, dalam lingkungan masyarakat dan pribadi, yang mendatangkan kebaikan bagi masing-masing, baik sejauh menyangkut manusia batin maupun sejauh menyangkut manusia lahir.” Pengakuan Iman Westminster Bab 26, Poin 1.
Dari pengakuan iman di atas, kita bisa melihat bahwa orang Kristen memang sudah sewajarnya kalau mengalami penderitaan yang tidak seharusnya terjadi padanya, karena itu adalah salah satu wujud persekutuan dengan Yesus Kristus. Adanya penderitaan bisa menguatkan iman mereka yang percaya bahwa Tuhan adalah memengang kontrol atas segala sesuatu, dan juga membuka kesempatan bagi umat Kristen untuk bisa menolong saudara-saudara seiman yang menderita, dan juga untuk bisa melaksanakan panggilan humanis dalam masyarakat.
Lalu apakah Tuhan yang membuat semua penderitaan manusia dan dosa? Dari pengakuan iman yang sama kita bisa membaca:
“Allah, dari kekal, telah menetapkan segala sesuatu yang terjadi, melalui rencana kehendak-Nya sendiri yang berhikmat sempurna dan mahakudus, denganbebas dan tidak dapat diubah-ubah. Namun, dengan demikian Allah tidak menjadi Penyebab dosa, kehendak makhluk tidak diperkosa, dan kebebasan atau sifat kebetulan sebab-sebab sekunder tidak dihapuskan, malah diteguhkan.” Pengakuan Iman Westminster Bab 3, Poin1.
Dari sini kita bisa melihat bahwa bukan Tuhan yang membuat dosa, dan penderitaan akibat dosa adalah terjadi karena kehendak manusia yang tidak dipaksakan oleh-Nya. Apa yang dilakukan oleh orang dalam kebebasannya dan sebab-sebab lain dari apa yang terjadi dalam hidup manusia tidak dihapus oleh Tuhan, tetapi justru diizinkan untuk terjadi oleh Tuhan agar rencana-Nya terwujud. Tuhan tidak memaksa manusia untuk berbuat dosa atau melakukan kejahatan. Sebaliknya, dosa dan kejahatan adalah dalam kemampuan dasar manusia yang sudah jatuh. Bagaimana kita bisa menyelami semua ini?
Ayat di atas adalah ucapan Yusuf kepada saudara-saudaranya yang menyatakan bahwa mereka ingin menjadi budak Yusuf setelah ayah mereka meninggal dunia. Mereka takut jangan-jangan Yusuf akan melampiaskan rasa dendamnya atas perlakuan mereka terhadap Yusuf sebelum dijual ke tanah Mesir. Tetapi Yusuf menjawab bahwa ia tidak mempunyai rasa dendam karena Tuhan sudah menggunakan apa yang jahat yang diperbuat saudara-saudaranya untuk mencapai rencana-Nya, yaitu untuk membuat mereka menjadi bangsa Israel.
Saudara-saudara Yusuf sudah melakukan dosa melalui kebebasan mereka, tetapi Tuhan bukanlah penyebabnya. Tuhan tahu apa yang akan terjadi, tetapi bukanlah penyebab semua hal yang terjadi di dunia. Dalam hal ini, Tuhan adalah Oknum yang mahakuasa yang memegang kontrol. Tuhan yang mengizinkan terjadinya apa yang buruk di dunia, bisa membuatnya menjadi apa yang baik sesuai dengan rancangan besar-Nya dan yang akan membawa kemuliaan bagi-Nya.
Sebagian orang Kristen merasa bahwa menjadi pengikut Kristus adalah jaminan untuk hidup nyaman dan untuk memperoleh kelimpahan dalam segala sesuatu. Karena itu, banyak orang yang mengajarkan bahwa iman adalah kunci segala kesuksesan baik di bidang jasmani atau pun rohani. Tetapi, thema Alkitab secara keseluruhan bukanlah kesuksesan atau berkat secara jasmani. Firman Tuhan selalu menekankan bahwa berkat yang berbentuk apa pun adalah datang dari Tuhan, tetapi berkat yang paling utama dan yang tidak bisa hilang adalah adanya keselamatan yang abadi yang dikaruniakan kepada setiap orang percaya melalui darah Yesus Kristus. Dengan demikian, jika kita mengalami masalah kehidupan, semangat kita tidak boleh hancur. Setiap orang di dunia ini bisa mengalami penderitaan jasmani, tetapi seperti Yusuf, mereka yang berada dalam Tuhan akan memperoleh kekuatan untuk menghadapinya.
Semua hal di dunia terjadi agar rencana Tuhan tercapai. Tetapi, jika ada masalah yang sangat besar, setiap orang bisa merasa sedih atau terpukul. Selain itu, sering kali muncul pertanyaan apakah semua itu, satu per satu, adalah kehendak Tuhan. Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus dengan rendah hati mengakui bahwa kita tidak selalu bisa menjawabnya. Tidak ada seorang pun yang bisa membaca pikiran Tuhan. Saudara-saudaraYusuf melakukan kekejian ketika menjualnya sebagai budak, tetapi Yusuf tahu bahwa apa yang terjadi bukanlah dari Tuhan. Yusuf tahu jika Tuhan menghendaki sesuatu terjadi, apapun yang dilakukan manusia pada akhirnya akan berakhir sesuai dengan rencana-Nya. Dalam ayat di atas, Yusuf baru tahu apa yang dikehendaki Tuhan ketika saudara-saudaranya datang menghadap dia. Yusuf karena itu yakin bahwa Tuhan tetap mengasihi bangsa Israel sekalipun mereka dalam penderitaan.
Apakah Tuhan itu benar-benar mahakasih? Pertanyaan ini lebih mudah dijawab jika kita berada dalam keadaan nyaman dan aman. Tetapi jika malapetaka terjadi dan banyak orang sudah menjadi korbannya, termasuk mereka yang beriman, pertanyaan ini sulit untuk dijawab. Berbeda dengan Yusuf, banyak orang Kristen yang kemudian jatuh ke dalam fatalisme: jika apa yang buruk terjadi, itu adalah kehendak Tuhan dan manusia tidak bisa mengubahnya. Pandangan ini kelihatannya benar, karena siapakah yang dapat melawan kehendak Tuhan? Tetapi pandangan ini juga mudah ditolak, karena siapakah yang tahu dengan pasti apa kehendak Tuhan sebelum itu dinyatakan? Masa lalu sudah lewat, masa kini kita alami, tetapi siapa yang tahu akan masa depan? Siapakah yang tahu apa rencana Tuhan untuk anak-cucu kita? Ayat pembukaan kita menyimpulkan bahwa sekalipun ada hal-hal yang buruk, Tuhan bisa memakainya untuk maksud-Nya yang baik, yang mungkin belum kita ketahui saat ini. Kita yang beriman harus tetap bekerja dan berusaha sambil tetap yakin bahwa Tuhan yang tidak pernah berubah, adalah Tuhan yang mahakasih adalah Tuhan yang tidak mendatangkan bencana bagi umat-Nya.
Memang, selama kehendak Tuhan belum dinyatakan kepada kita, kita mungkin merasa gundah dalam mereka-reka apa yang akan dilakukan-Nya. Apakah Tuhan benar-benar mahakuasa? Di manakah Dia ketika kita mengalami malapetaka? Jeritan dan tangisan ini sering muncul di tengah penderitaan. Tuhan yang mahakuasa dan mahakasih sudah pasti tetap memegang kemudi kehidupan manusia dan bahkan alam semesta. Tuhan tetap ada dan melihat semuanya terjadi. Tuhan tahu apa yang akan kita lakukan dan melihat apa yang sedang kita lakukan. Tuhan yang selalu memegang kontrol kehidupan selalu dapat mewujudkan rencananya dalam keadaan apa pun. Dalam hal ini, bagi umat Kristen, adanya iman kepada Tuhan membuat mereka bisa hidup dalam kedamaian sebab Tuhanlah yang mengatur segalanya. Di sini juga, peranan doa adalah sangat penting; bukan untuk mengubah rencana Tuhan, tetapi agar apa yang kita perbuat bisa sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya.