Mengapa semua orang perlu mendapat tawaran Injil?

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Matius 28:19-20

Ayat di atas adalah ayat yang sangat terkenal yang disebut sebagai “The Great Commission” atau “Amanat Agung” dari Tuhan Yesus kepada para murid-Nya agar mereka memberitakan Injil ke seluruh muka bumi. Injil menurut definisi adalah “kabar baik”—sebuah maklumat tentang Yesus Kristus yang menggenapi keselamatan bagi orang berdosa melalui kematian dan kebangkitan-Nya sebagai pengganti mereka. Karena karya penyelamatan-Nya, pertobatan dan pengampunan dosa sekarang harus dimaklumkan dalam nama-Nya. Maklumat Injil ini memerlukan panggilan untuk pertobatan dan iman sebagai sarana untuk masuk ke dalam pengalaman keselamatan individu. Dalam Injil, Allah mengumumkan karya penyelamatan tunggal Anak-Nya, dan ketika kita menanggapi pengumuman itu dalam iman dan pertobatan, Allah menyambut kita dan menerima kita dengan melaui rahmat-Nya secara cuma-cuma. Jadi, dalam kabar baik ini dan “tawaran” implisitnya, kita, dengan iman dan pertobatan, menemukan kedamaian di hadapan Allah (1 Korintus15:1).

Menurut ayat di atas, Injil seharusnya ditawarkan secara bebas kepada semua orang, terlepas dari hal mereka dipilih atau tidak oleh Tuhan, tidak bergantung pada hal mampu atau tidak untuk menanggapi ajaran penebusan dari Kristus. Tawaran untuk memilih tidak bertentangan dengan pemilihan yang berdaulat dan kemahatahuan Allah. Jelas bahwa kabar baik Injil harus ditawarkan secara cuma-cuma kepada semua orang di dunia tanpa perbedaan. Tetapi, tidak semua orang Kristen menerima doktrin ini karena mereka secara berlebihan menekankan kedaulatan Allah, penebusan Kristus yang khusus untuk orang tertentu, keutamaan inisiatif ilahi, dan ketidakmampuan orang berdosa untuk menanggapi dalam iman terlepas dari anugerah kelahiran kembali dari Allah. Namun, sebenarnya semua orang berdosa dipanggil untuk percaya dan mereka akan dihakimi karena ketidakpercayaan mereka, bukan karena apakah mereka dipilih atau tidak, sehingga mereka tidak dapat mempersalahkan Allah.

Orang-orang Kristen dari hampir semua kalangan mengakui pentingnya pemberitaan Injil secara bebas, tetapi dengan alasan yang berbeda. Sebagian orang mengabarkan Injil karena tahu bahwa Alkitab menyatakan bahwa semua orang yang mendengar Injil dan percaya akan diselamatkan, tetapi sebagian lagi mengabarkan Injil karena mereka tidak tahu siapa yang akan diselamatkan. Alasan kedua, yang mungkin lebih sering didengar di Indonesia, adalah sebuah hal yang aneh dalam menginjil, karena itu mempunyai implikasi bahwa mereka yang mengabarkan Injil itu sendiri tidak yakin apakah mereka akan diselamatkan. Semua tergantung pada pilihan Tuhan yang belum dinyatakan. Pada pihak lain, jika mereka yang mengabarkan Injil itu merasa yakin akan keselamatan mereka, itu hanya berkesan kesombongan karena mereka sebenarnya tidak bisa menunjukkan bukti bahwa Tuhan yang berdaulat sudah menyatakan hal itu secara pribadi kepada mereka. Mereka tidak bisa meyakinkan diri akan keselamatan mereka jika mereka benar-benar mengikuti teologi yang mereka ajarkan.

Keberatan lain terhadap tawaran bebas Injil berasal dari doktrin pemilihan terbatas. Kalau saja umat pilihan akan diselamatkan, bukankah seharusnya Injil, kemudian, ditawarkan kepada umat pilihan saja? Bukankah tidak tulus untuk menawarkan keselamatan kepada orang-orang yang tidak terpilih? Dan apakah benar jika tawaran kita lebih luas dari tujuan penyelamatan Allah? Tidaklah mengherankan bahwa ada orang Kristen yang mempertanyakan legitimasi penawaran keselamatan kepada orang-orang yang kelihatannya tidak terpilih atau belum dilahirkan kembali. Jika Kristus mati hanya untuk umat pilihan, adakah dasar yang sah untuk membagikan kasih-Nya kepada semua orang? Bukankah kita berbohong kepada mereka yang tidak akan diselamatkan? Ataukah kita tidak perlu memikirkan bahwa kita harus bertanggung jawab atas apa yang kita sampaikan dalam mengabarkan Injil?

Ada beberapa alasan teologis yang ditawarkan untuk menolak usaha membagikan tawaran gratis Injil. Yang pertama berasal dari doktrin tentang kebejatan total manusia — ketidakmampuan total untuk mencari apa yang baik. Jika orang berdosa tidak dapat percaya, bagaimana iman dapat menjadi kewajibannya? Apakah orang berdosa berkewajiban untuk bertobat jika dia, pada kenyataannya, tidak dapat bertobat? Dapatkah orang berdosa dianggap bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukannya? Selain itu, apakah tidak konsisten untuk mendesak orang berdosa untuk bertobat mengetahui bahwa dia tidak bisa? Ini adalah argumen mereka yang berusaha keras meninggikan kedaulatan Tuhan di atas kasih-Nya. Mereka juga menolak adanya kemungkinan bagi manusia untuk bisa bertanggung jawab untuk cara hidup mereka. Itu karena keadaaan manusia yang sudah rusak sebobrok-bobroknya.

Akhirnya, beberapa orang berpendapat bahwa tawaran keselamatan gratis bagi mereka yang tidak akan pernah diselamatkan akan mengurangi keagungan Tuhan—bahwa adalah merendahkan Tuhan jika kita membuat tawaran seperti itu kepada orang-orang yang sebenarnya hanya akan terus memberontak.

Pertanyaan kepada kita sekarang adalah apakah tawaran keselamatan yang tulus dapat secara sah diberikan kepada yang terhilang tanpa pandang bulu. Dapatkah kita berkata kepada sembarang orang, “Jika Anda mau datang kepada Yesus Kristus dalam iman dan dalam pertobatan dosa Anda, Allah akan menyelamatkan Anda seperti Dia sudah menyelamatkan saya?” Dalam hal ini, Alkitab jelas menunjukkan bahwa ada tiga hal yang bersangkutan dengan keselamatan: pertobatan, iman dan karunia Allah. Ketiganya ada atas inisiatif Allah. Manusia diselamatkan hanya karena karunia, tetapi karunia datang bersama pertobatan dan iman.

Memang benar bahawa kasih Tuhan untuk milik-Nya adalah unik (Efesus 2:4; 1 Yohanes 3:1), tetapi ini bukan untuk mengatakan bahawa Tuhan tidak mempunyai kasih sama sekali untuk yang terhilang. Alkitab penuh dengan penegasan akan kasih, kebaikan, dan kebaikan Allah kepada yang terhilang (misalnya, Mazmur 145:9). Dan sebenarnya “karunia umum” Allah memerlukan tawaran keselamatan-Nya (Mazmur 14:1-3). Dengan kata lain, Allah menawarkan kasih-Nya yang menyelamatkan kepada semua orang. Mereka yang melakukan penginjilan hanya untuk memenuhi perintah Yesus adalah oran-orang yang tidak percaya akan adanya karunia umum atau common grace.

Lukas 24:47 secara eksplisit menghubungkan tawaran universal Injil pengampunan dengan karya penyelamatan Kristus yang telah selesai. Dalam konteksnya, Matius 28:18-20 membuat kaitan yang sama: otoritas universal Kristus untuk menyelamatkan yang didasarkan pada karya-Nya yang telah selesai. Dengan kata lain, karya penebusan Kristus adalah dasar dari misi yang universal. Apa yang ditawarkan dalam Injil, tepatnya, adalah Yesus Kristus yang di dalam-Nya semua manfaat keselamatan dari Injil telah diperoleh. Membatasi jangkauan penebusan Kristus adalah merendahkan arti pengurbanan-Nya.

Apa yang seharusnya dituntut oleh para “duta besar Injil” Kristus sewaktu menginjil adalah bahwa agar orang berdosa yang terhilang dan tak berdaya menyerahkan dirinya kepada Juruselamat yang sempurna itu, dengan pernyataan yang tegas bahwa dengan menerima dan bersandar pada Kristus saja untuk keselamatan ia pasti akan diselamatkan. Dan apa yang dilakukan oleh orang berdosa yang terhilang atas dasar surat perintah untuk beriman adalah menyerahkan dirinya kepada Juruselamat itu dengan jaminan bahwa ketika ia percaya ia akan diselamatkan. Apa yang ia percayai, bukanlah bahwa ia telah diselamatkan, tetapi bahwa karena percaya kepada Kristus keselamatan menjadi miliknya, sesuai dengan janji Allah.

Orang-orang yang terhilang bebas untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan, tetapi di situlah letak masalahnya: “keinginan” orang-orang berdosa adalah dosa dan karena itu menyimpang dari Allah. “Ketidakmampuan” orang-orang yang terhilang untuk menanggapi Injil terletak pada kehendak mereka sendiri – mereka tidak datang kepada Kristus hanya karena mereka tidak mau. Dan karena mereka “menolak untuk datang kepada-Ku” mereka bertanggung jawab (Yohanes 5:40). Sederhananya, kebejatan dan ketidakmampuan manusia tidak menghalangi tanggung jawab. Tanggung jawab universal untuk percaya dan diselamatkan tetap ada. Selain itu, tidak ada orang berdosa yang dapat mengetahui bahwa dia tidak mampu kecuali dengan mencoba untuk datang. Dan doktrin ketidakmampuan total (total depravity) bukanlah, “Kamu tidak bisa datang”; melainkan, “Anda tidak dapat terlepas dari bantuan ilahi.” Beginilah cara Yesus sendiri menerangkan hal ini.

Dan mereka sangat heran, dan berkata kepadanya, “Kalau begitu, siapa yang bisa diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan berkata, “Bagi manusia itu tidak mungkin, tetapi tidak dengan Allah. Karena segala sesuatu mungkin bagi Allah” (Markus 10:26–27).

Tanggung jawab tetap ada: seseorang yang peduli dengan jiwanya tidak diperintahkan untuk “menunggu” tetapi untuk segera “datang.” Dan semua yang datang, Ia menerima (Yohanes 6:37). Pengakuan akan ketidakberdayaan bukanlah alasan untuk ketidakpercayaan yang berkelanjutan, juga bukan penghalang bagi tawaran keselamatan universal. Perbedaan antara perintah Allah untuk percaya dan tawaran keselamatan-Nya tidak boleh dibesar-besarkan. Yang pasti, Allah “memerintahkan semua orang di mana-mana untuk bertobat” (Kisah Para Rasul 17:30), tetapi pertobatan yang diperintahkan ini adalah “pertobatan untuk pengampunan dosa” (Lukas 24:47). Perintah untuk bertobat dan percaya itu sendiri merupakan tawaran kasih karunia.

Kita mungkin setuju dengan mereka yang berpendapat bahwa tidak ada keharusan bagi Allah yang memiliki keagungan yang tak terbatas untuk membuat tawaran kasih karunia kepada mereka yang hanya akan terus memberontak. Memang, kita mungkin juga mengatakan bahwa adalah kedaulatan Allah untuk menawarkan keselamatan kepada siapa pun, terlepas dari tanggapan mereka pada akhirnya. Tetapi kenyataannya adalah, Dia melakukannya, dan Dia memberi tahu kita berulang kali. Dia memerintahkan, Dia meminta, Dia memohon, Dia berdiri dengan penuh kerinduan dengan tangan terentang — semua ini adalah bahasa alkitabiah. Lebih penting lagi, kita harus mengakui bahwa sikap welas asih ini adalah bagian dari penyataan diri Allah untuk dipahami sebagai salah satu aspek kemuliaan-Nya. Ini bukan pengertian filsafat manusia. Kita tidak menyembah Allah dengan benar sampai kita mengenali hati kasih-Nya yang besar. Dan kita tidak memberitakan Injil dengan benar sampai kita sendiri mencerminkan pendirian ini.

Pagi ini, janganlah Anda ragu bahwa tugas mengabarkan Injil kepada siapa pun memiliki jaminan Alkitab yang kuat dan eksplisit. Allah memposisikan diri-Nya kepada orang jahat sebagai orang yang bersedia menyelamatkan, dan Ia memohon kepada mereka sesuai dengan itu melalui juru bicara-Nya. Daya tarik universal Injil ini adalah sarana eksternal yang dengannya Allah, pada waktu-Nya sendiri, secara berdaulat memanggil umat pilihan-Nya secara individu ke dalam persekutuan Kristus. Jika dalam Injil Allah dengan bebas menawarkan Kristus kepada dunia, orang-orang Kristen harus membuat tawaran yang sama. Jika itu adalah tugas semua orang untuk percaya, maka itu adalah tugas orang Kristen untuk membagikan kasih Kristus. Jika kita yakin bahwa kita sudah diselamatkan karena kita sudah menjawab panggilan Kristus, kita dapat mengatakan kepada siapa pun, di mana pun—dan kita tidak boleh ragu—”Jika kamu mau datang kepada Yesus Kristus, Dia akan menyelamatkanmu, seperti Dia sudah menyelamatkan saya”.

Sumber: The Free Offer of the Gospel by Fred Zaspel, The Gospel Coalition

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s