Bagaimana kehendak Tuhan yang baik bisa terjadi di antara perbuatan jahat manusia

Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi TUHANlah yang menentukan arah langkahnya. Amsal 16:9

Ayat di atas adalah salah satu ayat yang sering diutarakan jika ada sesuatu yang terjadi di luar dugaan manusia. Ayat ini sering ditafsirkan bahwa apa juga yang kita perbuat, Tuhan akan menentukan hasilnya. Dengan demikian, kesuksesan atau kegagalan dalam hidup seseorang dipercaya sebagai keputusan Tuhan. Tuhan yang menetapkan segalanya, termasuk apapun yang dilakukan manusia baik hal yang jahat atau yang baik. Apa alasannya? Karena Tuhan yang berdaulat dan mahakuasa sudah menetapkan segala sesuatu untuk berakhir sesuai dengan rencana-Nya, dan untuk mencapai itu Ia harus menetapkan segala sesuatu sampai ke hal yang sekecil-kecilnya agar hasil akhirnya bisa tercapai.

Pendapat semacam ini sepertinya meninggikan Tuhan, tetapi sebenarnya merendhakan kedaulatan dan kemahakuasaan Tuhan. Tuhan dianggap hanya bisa bekerja menurut cara manusia yang harus melakukan segala sesuatu yang perlu agar mencapai hasil yang baik. Pendapat ini juga menyebabkan orang berpikir bahwa segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendak Tuhan, termasuk hal yang jahat dan dosa. Tuhan dianggap satu-satunya penyebab semua kejadian di alam semesta. Pandangan ini sering disebut faham determinisme,yang dalam bentuk ekstrim bisa menjadi faham fatalisme karena segala sesuatu yang terjadi dianggap sudah merupakan kehendak Tuhan yang final.

Menurut pandangan Reformed klasik, Tuhan adalah penyebab utama dari segala sesuatu di alam semesta, yang memungkinkan apa saja terjadi sesuai dengan rencana-Nya, sekalipun bukan merupakan hal yang dikehendaki-Nya. Manusia bisa melakukan apa yang tidak dikehendaki-Nya (seperti Ailkitab sudah mencatat banyaknya orang yang melawan Tuhan), tetapi pada akhirnya kehendak Tuhanlah yang akan terjadi. Dalam hal ini, manusia, makhluk lain serta seisi alam sermesta bisa menjadi penyebab kedua atas terjadinya sesuatu. Manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar Allah bisa berpikir dan bertindak menurut perasaan dan pikiran mereka, sedangkan apa yang ada di muka bumi bisa menghasilkan sesuatu berdasarkan hukum alam yang juga diciptakan Tuhan.

Menjadi manusia berarti menjadi agen yang bertanggung jawab, bertanggung jawab di hadapan Allah. Paganisme dan sekularisme sama-sama berusaha menyangkal tanggung jawab itu — baik dengan menyangkal Tuhan atau dengan menyangkal kesalahan. Sebagian orang Kristen menyatakan bahwa karena Tuhan memegang kendali penuh, manusia yang lemah dan berdosa tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas tindakannya. Jawaban sederhana ini gagal untuk memahami cara kerja Allah. Karena itu kita harus mengerti apa yang dinamakan Doktrin Persetujuan Ilahi (Doctrine of Devine Concurrence). Concursus dei atau concursus divinus (Latin, secara literal berarti “persetujuan Ilahi”) adalah ajaran teologis dan filosofis bahwa aktivitas Ilahi sejalan dengan aktivitas orang dan benda. Untuk memahaminya marilah kita melihat pengakuan Westminster Bab 3 Poin 1:

“Allah, dari kekal, telah menetapkan segala sesuatu yang terjadi, melalui rencana kehendak-Nya sendiri yang berhikmat sempurna dan mahakudus, dengan bebas dan tidak dapat diubah-ubah. Namun, dengan demikian Allah tidak menjadi penyebab dosa, kehendak makhluk tidak diperkosa, dan kebebasan atau sifat kebetulan sebab-sebab sekunder tidak dihapuskan, malah diteguhkan.”

Doktrin persetujuan Ilahi berarti bahwa Allah dan manusia keduanya bertindak dan bekerja pada waktu yang sama, atau, secara bersamaan. Kita tahu bahwa Tuhan itu Tritunggal, dan Kristus adalah Tuhan dan manusia, dan kita harus menemukan cara untuk bernalar tentang kebenaran Alkitab ini tanpa menyangkal salah satunya. Demikian juga, kita tahu bahwa Allah berdaulat dan manusia bertanggung jawab. Semua ini akan membantu untuk pertama-tama menjelaskan apa itu tindakan, untuk memahami bagaimana Tuhan dan manusia bertindak secara bersamaan. Tuhan tidak memaksakan kehendak-Nya, atau menghilangkan kebebasan makhluk ciptaan-Nya. Ia juga tidak menghilangkan kemungkinan adanya hal-hal yang bersifat “kebetulan”.

Niat kita menentukan tindakan kita. Dan doktrin persetujuan ilahi mengajarkan bahwa jika ada sesuatu yang terjadi, tindakan yang sama sedang terjadi, tetapi atas dua niat yang berbeda, jadi, dua tindakan yang berbeda. Tuhan bertindak melalui kita dengan niat baik (tindakan dengan satu niat, dan Tuhan sebagai penulis), dan ketika kita berdosa, niat kita jahat (tindakan terpisah, karena niat terpisah, dan orang sebagai penulis). Tapi semua ini adalah satu, tindakan tunggal. Seperti yang dikatakan Kitab Suci, “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.” (Filpi 2:13), tetapi kita harus memperhatikan fakta yang menarik: Tuhan bekerja 100% dan kita juga bekerja 100%. Meski kelihatannya aneh, begitulah cara kerja matematika teologis!

Kita tidak dapat menyimpulkan bahwa manusia tidak bertanggung jawab atas tindakannya, atau bahwa Tuhan tidak berdaulat bekerja dalam tindakan seseorang. Mari kita meringkas dengan contoh. Jika saudara-saudara Yusuf melakukan suatu tindakan kejam dengan menculik Yusuf dan menjualnya kepada pedagang budak (Kejadian 37), Tuhan juga sedang bekerja melalui Yusuf. Bukan berarti Tuhan bekerja ketika kehendak saudara-saudara Yusuf memungkinkan Dia untuk bekerja. Baik Tuhan dan saudara-saudara Yusuf sedang bekerja, 100% dalam tindakan yang sama. Tapi, Tuhan memiliki niat yang berbeda. Inilah sebabnyaYusuf dapat berkata, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” (Kejadian 50:20).

Oleh karena itu, kita tidak dapat menyimpulkan bahwa manusia tidak bertanggung jawab atas tindakannya, atau bahwa Tuhan tidak berdaulat bekerja dalam tindakan seseorang. Ini harus menjadi dorongan besar bagi orang Kristen yang khawatir – untuk semua hal yang buruk yang terjadi dalam hidupnya- kita tahu bahwa “segala sesuatu bekerja untuk kebaikan orang yang mengasihi Allah” (Roma 8:28), karena Allah adalah di tempat kerja 100%. Meskipun orang lain mungkin memiliki niat jahat terhadap Anda, melalui tindakan yang sama, Tuhan bekerja dengan niat baik. 

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Roma 8:28

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s